Anemone-40

1.1K 131 56
                                    

Agaknya hidup memang harus punya ruang masing-masing yang harus di siapkan, dengan porsi yang sama besarnya. Tidak terlena dalam kebahagiaan, tak juga putus asa dalam kesengsaraan. Langkah kaki Shanum yang limbung, membawanya masuk ke dalam rumah Dandi layaknya seorang anak yang jatuh dengan penuh luka di dalam tubuhnya.

Sebelumnya, ia sempat datang menuju rumah ibu mertuanya Lastri. Namun sungguh bukannya angin sejuk, justru duri yang ia dapat yang semakin merobek luka di dalam hatinya. Bagaimana bisa ia menjadi yang paling bodoh dalam drama rumah tangga dimana ia lah yang menjadi peran utamanya.

"Mbak, maaf ibu sudah tahu semuanya. Tapi ibu ndak bisa ngasih tahu kamu. Ibu juga ndak bisa melarang Ammar." Ucap Lastri yang membuat Shanum mengeratkan remasan pada dadanya yang tertutup hijab panjang.

Ya Allah, takdir apalagi ini.

"Jangan pisah ya mbak. Kasihan anak-anakmu. Hidup tanpa orangtua yang lengkap itu susah." Imbuhnya membuat Shanum tersenyum miring di dalam tangisnya.

"Kalau mbak ndak bisa menerima wanita itu, biar ibu nasihatin Ammar untuk ndak membawa perempuan itu ke kota ini."

Bukan bukan. Ini bukan soal perempuan itu berada di kota yang sama atau bahkan ribuan kilo jauhnya dari Shanum. Ini tentang fakta bahwa ada surga lain yang Ammar bangun di atas surga yang sempat membuat Shanum terlena karena dihiasi dengan bahagia yang teramat yang ternyata hanya semu belaka.

"Bu. Shanum kurang apa?" Tanyanya pada Lastri dengan nada yang sudah bergetar karena tangisnya tak kunjung berhenti.

"Kamu sudah lebih dari kata baik sebagai seorang istri dan ibu. Kamu total menjalankan tugasmu. Tapi Ammar juga ndak salah mbak, ia berhak menikah lagi karena dalam agama juga tidak di larang." Ucap Lastri yang membuat hati Shanum semakin teriris.

"Shanum paham Bu. Tapi ada syarat dan ketentuan yang harus mas Ammar penuhi sebelum melakukan keputusan sebesar ini. Lalu apa yang menjadi alasan dia untuk berbuat sejahat ini sama Shanum?"

"Kurang kah pengabdian Shanum kepada beliau sebagai seorang istri? Bagian mana dari urusan rumah tangga yang Shanum lewatkan? Empat anak Shanum, Shanum berusaha untuk pegang sendiri meski sesekali mendapat bantuan. Keperluan mas Ammar Shanum penuhi lahir dan batinnya. Apa ada cacat dalam diriku yang membuat dia setega ini? Ada dalam kewajibanku padanya yang ternyata tak memenuhi hawa nafsunya? Atau apa Bu?" Ucap Shanum dengan segala tanya yang tentu ia curahkan pada ibu dari suaminya itu.

"Maafkan Ammar mbak. Ammar bukan manusia sempurna." Ucap Lastri menutup pembicaraan keduanya, karena setelahnya Shanum beranjak dan pergi meninggalkan kediaman Lastri.

***

Seperti tahu putrinya akan datang menuju pelukannya. Dandi sedari tadi sudah berdiri di ambang pintu rumahnya. Menunggu kehadiran putri sulung dan cucu-cucunya. Hingga saat Shanum tiba, Dandi langsung menuju pintu mobil tempat Shanum duduk membukakan pintu untuknya dan membantu dirinya untuk turun. Sungguh, cinta pertama anak perempuan adalah ayahnya adalah benar adanya.

"Pi." Ucapnya lirih dalam rengkuhan tubuh Dandi.

"Opa." Panggil Rumma yang bingung melihat ibunya menangis tersedu-sedu.

"Kakak, bawa semua adeknya masuk ya. Itu ontila punya banyak jajan." Ucap Dandi yang membuat keempat cucunya langsung berlarian menuju kamarnya.

"Pi." Ucap Shanum lagi saat Dandi mendudukkan dirinya di kursi teras rumahnya.

"Apapun masalahmu dengan Ammar. Yang tabah ya mbak." Ucap Dandi lalu kembali membawa Shanum dalam pelukannya.

Apa ini? Batin Shanum bingung dengan tingkah Dandi.

AnemoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang