Anemone-23

1.5K 153 13
                                    

Drama mengidam Shanum tak berakhir begitu saja. Semalam saat Ammar berhasil mendapatkan rujak sesuai keinginannya, ia justru merajuk karena hampir subuh Ammar baru sampai di rumah. Berujung Shanum mengunci kamar dan tak mengijinkan Ammar memasuki kamarnya dan membuat Ammar memilih mengungsi ke rumah Fernand.

"Heh Ammar Harlian! Lo tahu waktu gak? Bentar lagi subuh dan Lo bertamu ke rumah gue." Ucap Fernand kesal karena Ammar mengganggu tidurnya lewat telepon sedari tadi.

"Gue cuma mau numpang tidur bentar. Gak bakal ganggu Lo sama Lala." Jawab Ammar sambil melirik sekilas ke motor yang biasa digunakan oleh Lala.

"Diusir Lo sama om Dandi? Ngelakuin kesalahan apa Lo?" Tanya Fernand yang masih membiarkan Ammar berdiri di depan pintu.

"Boleh gue masuk dulu gak?" Jawab Ammar balik bertanya.

"Oh iya sampai lupa gue."

Ammar masuk ke dalam rumah Fernand dengan langkah lesu juga kantuk yang sudah menderanya sedari tadi. Ia langsung merebahkan diri di sofa milik Fernand. Tak lama ia memejamkan matanya tak menggubris obrolan Fernand.

"Emang setan si Ammar. Diajakin ngobrol malah merem." Umpat Fernand berlalu meninggalkan Ammar untuk mengambilkan ya selimut.

Sebenarnya Fernand tak menyuruh Ammar tidur di sofa. Namun jika harus membangunkannya Fernand juga merasa kasihan. Jadilah ia memberikan selimut untuk menutupi tubuh Ammar agar tak kedinginan, karena cuaca subuh saat ini dinginnya diluar kendali.

***

Ayam sudah riuh berlomba untuk berkokok membangunkan setiap manusia yang mendengarnya, tak terkecuali Shanum. Ia baru ingat jika ia mendiamkan Ammar semalam suntuk. Pagi ini moodnya sudah membaik, ia lupa jika ia mengunci pintu kamar membuat suaminya itu tak bisa masuk.

"Astaghfirullah." Pekik Shanum ingat jika ia belum membuka kunci.

"Kok bisa lupa gak buka kunci kamar sih num. Kasihan mas Ammar pasti tidur di luar digigitin nyamuk." Gumam Shanum dengan wajah khawatir membayangkan Ammar yang tertidur di luar.

"Aduh bi, maafin umik ya. Gatau kenapa jadi baperan gini, kalau mau apa-apa harus ada detik itu juga. Jadi malah bikin susah abinya anak-anak." Ekspresi Shanum berubah sedih. Hampir saja ia menangis karena merasa tak enak hati dengan Ammar.

Tok. Tok. Tok.

Suara ketukan pintu menyadarkan Shanum dari bayangannya tentang nasib Ammar. Ia pikir Ammar lah yang mengetuk pintu, namun Shanum salah. Saat ia membuka pintu dilihatnya Mita yang menanyakan sekantong plastik makanan yang tergeletak di ruang tamu.

"Mbak." Panggil Mita dari balik pintu kamar Shanum.

"Iya ma. Sebentar." Jawab Shanum segera meraih outer untuk menutupi dress tanpa lengannya dan beranjak membuka pintu.

"Mbak semalam makan rujak?" Tanya Mita sambil menunjukkan makanan yang ia maksud.

Shanum geleng-geleng kepala sambil tersenyum. "Iya. Semalem minta dibelikan sama mas Ammar. Tapi karena kelamaan jadi gak pengen lagi, terus Shanum tinggal tidur." Jawab Shanum polos membuat Mita tersenyum.

"Terus, mas nya sekarang dimana?" Tanya Mita membuat Shanum mengedarkan pandangan mencari keberadaan Ammar.

"Haloo mbak." Ucap Mita sambil melambaikan telapak tangannya tepat di depan mata Shanum. "Ditanyain malah diem. Nyari apa?"

"Mas Ammar bukannya tidur di ruang tamu ma?" Jawab Shanum balik bertanya membuat Mita kebingungan.

"Kenapa Ammar tidur di ruang tamu?"

"Semalem tuh karena kelamaan ceritanya Shanum mau ngambek, jadi Shanum kunci pintunya dari dalem mama. Terus Shanumnya ketiduran, jadi bablas gak bukain pintu sampai pagi." Jelas Shanum membuat Mita kehabisan kata-kata untuk menanggapi Shanum.

AnemoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang