Anemone-8

1.8K 155 15
                                    

"Lho ada mbak Dinda juga?" Tanya Ammar yang melihat Dinda berdiri tak jauh dari tempat Lala berdiri. Sementara Daniel sekuat tenaga menahan tawa dan mulutnya yang gatal ingin meledek Ammar. Daniel memperhatikan reaksi Ammar yang sudah kikuk ketika melihat Dinda berada di sana.

Mampus pak dokter.

"Iya mas. Eh pak dokter maksud saya." Ucap Dinda membuat Ammar menghela nafas.

"Ini beberapa poster yang bapak minta kemarin sudah saya jadikan di satu folder. Bisa bapak lihat dulu, kalau ada koreksi nanti saya ambil kembali flashdisknya." Terang Dinda sambil memberikan sebuah flashdisk pada Ammar.

Halah si Dinda. Biasanya juga dikirim lewat email. Emang dasar ulet bulu. Batin Lala kesal.

"Biasanya dikirim lewat email mba?" Tanya Ammar membuat Lala tersenyum.

"Maaf pak, tadi saya sudah coba kirim lewat email beberapa kali tapi gak bisa. Mungkin internetnya masih gangguan." Jelas Dinda membuat alasan.

Halah alasan.

"Oh ya sudah. Terima kasih ya. Kamu bisa kembali ke ruangan." Ucap Ammar sambil tersenyum ke arah Dinda. Sementara Shanum sedari tadi hanya memperhatikan suaminya itu membahas pekerjaannya tanpa menginterupsi apapun.

"Makasih buat hari ini ya La. Saya sama Shanum permisi dulu." Pamit Ammar pada Lala yang diangguki dengan sopan.

"Saya duluan Niel." Pamit Ammar sambil menjabat tangan Daniel.

"Siap pak dokter. Siap-siap pecah genderang pak dokter." Sahut Daniel dengan candaan yang membuat Shanum sedikit bingung.

***

Sampai di kontrakan, Shanum langsung memasukkan barang pribadinya ke dalam lemari yang ada di kamar Ammar. Setelahnya ia beranjak ke dapur memindahkan beberapa kotak makanan yang ia bawa ke dalam kulkas. Dan menghangatkan sebagiannya lagi.

"Makan lauk apa sayang?" Tanya Ammar berdiri tepat di samping Shanum.

"Ini mas, Shanum gorengkan ikan lele buat mas beberapa. Yang lain Shanum taruh di freezer ya. Sudah Shanum bumbui. Ada beberapa lauk lain juga." Jawab Shanum sambil fokus menyiapkan bahan-bahan untuk dibuat sambal sebagai pendamping makan siang kali ini.

"Bisa cepet gemuk mas kalau gini. Masakan sayang gak pernah gagal." Puji Ammar dengan satu tangan yang ia lingkarkan pada pinggang Shanum.

"Gombal pak dokter ini." Jawab Shanum sambil menyenggol perut Ammar dengan sikunya.

"Masak gombal sih. Gimana gak makin gemuk orang mas bahagia. Punya istri cantik, pinter, rajin masak, seksi lagi." Bisik Ammar pada kata terakhir yang ia ucapkan membuat pipi Shanum bersemu merah.

"Pakai blush on merek Harlian lagi ya dek?" Tanya Ammar menggoda Shanum.

"Sudah ah mas. Lepas dulu. Nanti lelenya gosong. Mau makan lele gosong?" Ancam Shanum yang justru membuat Ammar tersenyum.

"Mau sekalian pakai lipstik merek Harlian gak sayang?"

"MAS!" Pekik Shanum, sudah tak kuat lagi menahan segala godaan dari Ammar. Sementara yang menggoda sudah melepaskan tangannya dari pinggang sang istri dan berlalu menuju makan dengan tak lupa memberi kecupan singkat pada pipi Shanum.

Orang kok hobinya bikin Shanum salting.

Selesai makan siang yang kesorean, Shanum dan Ammar kini sedang bersantai di teras rumah. Melihat beberapa anak kecil bermain, ada yang saling kejar, bermain sepeda, juga bermain gelembung air. Kontrakan Ammar memang berada di dalam kompleks perumahan yang di dalamnya memang berisi pegawai-pegawai yang sudah beristri dan memiliki anak.

AnemoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang