Anemone-18

1.7K 169 9
                                    

"Loh Lala?" Ucap Ammar sedikit terkejut melihat Lala tengah menuruni tangga, dengan menggunakan legging hitam dan sebuah kemeja yang cukup besar untuk dipakainya yang Ammar tebak pasti itu milik Fernand.

Si Fernand bangsat.

"E-eh. Mbak Shanum, pak dokter." Sapa Lala pada Ammar dan Shanum dengan tergagap.

"Bentar mas. Shanum ke kamar mandi dulu." Pamit Shanum sedikit berlari dan masuk begitu saja ke dalam kamar mandi.

"Jangan lari sayang." Peringat Ammar yang entah terdengar atau tidak di telinga Shanum.

Suasana meja makan Fernand berubah canggung. Fernand belum menjelaskan keberadaan Lala di sana. Begitupun dengan Lala yang sedari tadi hanya diam sambil sesekali menunduk.

"Nih makan." Ucap Fernand menyodorkan nasi dengan telur dadar beserta beberapa sayur yang ia rebus untuk Shanum.

"Sayang, kalau gak enak jangan dipaksa makan ya. Dilihat aja udah gak layak di sebut makanan manusia." Ucap Ammar pada Shanum yang sedikit ngeri melihat makanan Fernand.

"Hush. Gak boleh menghina makanan mas. Fernand juga udah berusaha bikinin untuk Shanum." Jawab Shanum yang membuat Ammar hanya pasrah terdiam melihat Shanum mulai menyendokkan nasi dengan lauknya.

"Denger tuh, apa kata bini Lo. Minimal terima kasih." Seru Fernand pada Ammar.

"Kenalin ini Nabila, pacar gue. Eh calon istri gue maksud gue." Jelas Fernand yang hampir membuat Shanum tersedak makanannya sendiri.

"Uhuk uhuk uhuk."

"Astaghfirullah pelan-pelan num. Pasti aneh ya rasa makanannya." Ucap Ammar sambil membantu menepuk-nepuk tengkuk Shanum. "Minum dulu sayang."

"Emang si Ammar babi, pakai ngatain masakan gue lagi." Jawab Fernand tak terima.

"Namanya Lala nand." Ucap Ammar membetulkan nama Nabila.

"Iya Nabila, dipanggil Lala."

"Sejak kapan?" Tanya Ammar lagi.

"Sejak sering ketemu di IGD rumah sakit." Jawab Fernand santai.

"Kenapa gak cerita?"

"Karena Lo gak tanya." Jawab Fernand datar.

"Bangke." Ketus Ammar kesal.

***

"La." Panggil Ammar pada Shanum.

"Eh iya pak dokter." Jawab Lala canggung.

"Jangan mau sama Fernand." Imbuhnya.

"Mas." Tegur Shanum pada Ammar.

"Jangan mau ditinggalin kalau dia udah berani pegang tubuh Lo. Sampai dia ninggalin Lo gue kebiri tuh manusia." Sarkas Ammar sambil melirik Fernand yang sedikit bergidik mendengar ancaman Ammar.

"Kalian sudah sejauh itu?" Tanya Shanum dengan polosnya.

"Enggak num. Si Ammar aja emang hobinya suudzon sama gue." Ucap Fernand mencoba membela diri. Ia memberi kode pada Ammar agar tak semakin membuka permasalahan ini pada Shanum.

"Gue bilangin sama mami Lo ya nand, kalau Lo jahatin Lala." Ancam Shanum yang membuat Fernand kini pasrah.

"Iya Shanum. Gue gak akan nyakitin Lala." Jawab Fernand yakin pada Shanum.

"Iya kalau abis ini Lo ninggalin Lala gue penggal pala Lo atas bawah." Ancam Ammar lagi. "Gadis sepolos Lala udah Lo renggut kepolosannya." Imbuhnya lagi.

"Kita udah sama-sama dewasa ya mar."

"Dewasa tuh nikah, bukannya Lo bawa ke kasur bego." Ketus Ammar yang membuat Fernand mendelik.

AnemoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang