Delapan

1K 254 11
                                    

Kay nyelonong ke luar. Dia pikir semuanya akan beres. Bahwa Sabda akan minggat dengan pacarnya, dan Agha akan mengejarnya.

Sumpah, hari ini dia malu banget. Lagian kenapa juga harus ketemu sama Sabda di mal? Di toko kue itu pula! Macam sinetron saja. Pas karakter utamanya jalan-jalan ke mal sama gebetan, tiba- tiba muncul Godzilla yang memporak-porandakan semuanya.

Yang awalnya Kay kira segalanya bersama Agha akan berjalan manis dan sempurna, kini berubah jadi nightmare. Kayana sudah mencapai eskalator, ketika mendadak tangannya dicekal oleh seseorang. Dia sudah pede saja kalau itu adalah Agha. Tidak tahunya ketika ia berbalik dan mendongak, yang ia lihat adalah wajah kaku dan datar milik Sabda. "Mau ke mana?"

Di saat bersamaan, muncul Tiara bersama Gama dari bawah. Suara Tiara yang heboh tidak peduli lagi bareng gebetan, membuat Kay hampir terjerembab karena kaget. "Kay?" ujarnya dengan nada bingung. "Kok lo di sini? Si Agha mana?" Tiara memandang muka Kay yang kusut, lalu berganti ke arah Sabda yang galak.

"Ini siapa?"

"Ini majikan gue!" Kay sengaja menjawab dengan ketus. Baru saat itu muncul Agha.

"Majikan lo?"

"Lo balik bareng gue."

"Hari ini kan saya libur. Saya udah izin sama Mas Saga. " Sialan. Kay merutuk dalam hati. Rencananya untuk menikmati kencan dengan Agha rusak sudah. Dan gadis itu sudah tidak punya muka di hadapan Agha. Terlebih sekarang ada Tiara dan Gama. Mau ditaruh di mana mukanya besok-besok?

Seakan-akan lima orang belum cukup, lalu muncul cewek yang tadi menggelendot manja di lengan Sabda. "Sayang, kok kamu tinggalin aku sih?"

Saat itu kesempatan bagi Kay untuk melepaskan cekalan tangan Sabda dari lengannya. Ia kemudian mengangkat kepalanya. Tatapannya beradu dengan sepasang mata Agha yang tampak menuntut penjelasan dari Kay.

Kay kemudian menghampiri cowok itu. Berdiri di hadapannya. "Kita ngobrol di bawah deh, Gha. Gue jelasin semua ke elo. "

***

"Jadi gitu, Gha." Ungkap Kay. Baru saja di lobi mal dia menjelaskan kondisinya pada Agha. "Kalo lo ngerasa nggak sudi temenan sama gue lagi, gue ngerti kok."

Agha yang sejak tadi hanya terdiam mendengarkan penjelasan Kay, kemudian menarik ujung-ujung bibirnya ke atas, membentuk senyuman hangat. "Tentu saja gue nggak sepicik itu," ia merespon.

"Lagian nggak ada salahnya sama yang lo lakuin sekarang. Yang ada gue jadi tambah kagum sama lo. "Lanjut cowok itu. "Atau sementara lo kerja di sana, gue bakalan cariin lo tempat kerja lain. Yang waktunya bisa Lo atur sehingga lo bisa tetap lanjutin kuliah lo. Sayang kan, lo udah mau skripsi ini. "

Mendengar respon Agha, Kay semakin kagum pada cowok itu. Ia pikir, sebagai salah satu cowok keren dari fakultas hukum dengan background keluarga terpandang, Agha akan menilainya sebelah mata. Akan tetapi ternyata cowok itu menunjukkan support untuk Kay.

"Ya sudah." Ujar Agha kemudian. "Lo udah hubungin Tiara? Kalian pulang barengan kan? Ntar gue sama Gama konvoi deh buat anterin lo balik ke kosan lo ya?"

Kayana mengangguk saja.

***

Kayana yang terbiasa bangun pagi walau saat sedang libur, seperti hari ini, berusaha untuk memejamkan matanya kembali dan menarik selimutnya hingga ke dagu.

Kamar kosannya ini sebenarnya dilengkapi dengan AC. Dulu, Mas Arik yang memastikan bahwa Kay punya tempat tinggal yang nyaman atas pesan ibu. Ketika mengumumkan bahwa kondisi keuangan keluarga sedang dalam masa-masa genting, Kay mengatakan bahwa dirinya bisa pindah kosan yang lebih murah. Namun kakak sulungnya melarang.

 Sweet HomeWhere stories live. Discover now