Empat Puluh

1.5K 362 93
                                    

Kebersamaan Dio dan Kay, mau tak mau juga memberikan kesempatan bagi Sabda untuk mendekati gadis itu dengan cara yang tidak terduga.

Pada akhirnya, Sabda yang selalu meninggalkan Dio di hotel ketika ia harus pergi ke toko furnitur untuk mengecek kondisinya, karena sang adik menolak untuk ikut serta ke Mal.

Hal itu yang membuat Kay jadi sering membawa Dio untuk makan siang bersama atau jalan-jalan sore sebentar sebelum ia pulang dari hotel.

Sabda sendiri terkadang  hanya sebentar mejeng di Mount of Glory, karena terus kepikiran Dio. Tapi, ketika ia pulang dari mal, adiknya itu bercerita tentang makan siang dengan Mbak Kay, atau ketika dirinya diajak jalan-jalan sore beli es krim, Sabda jadi punya pikiran untuk lebih mendekatkan Dio dengan Kay.

Jadi, pada hari Sabtu, ketika Kay libur , gadis itu akhirnya mengajak Dio untuk berkunjung ke rumahnya. Gadis itu memperkenalkan Dio sebagai adik temannya, tapi Arik sudah tahu persis siapa Dio sebenarnya.

Awalnya, kakak sulungnya itu mengecam tindakan Kay. Karena lelaki itu khawatir bila Dio dengan polosnya akan membuka rahasia, sehingga membuat Mama Kay kaget. Akan tetapi, Kay sudah memberi semacam briefing pada bocah itu. Walau dalam hati ia merasa bersalah karena meminta anak kecil untuk berbohong.

"Nanti Dio bilang kalau Dio adik temannya Mbak Kay ya,"

"Kenapa, Mbak Kay?"

"Soalnya, kalau mama mbak Kay tahu, Mbak Kay pernah kerja jadi pengasuh, beliau pasti kaget. Sedih. "

"Kok gitu? Pengasuh kan bukan kerjaan jelek."

"Soalnya, Mama Mbak Kay nggak tega kalau Mbak Kay kerja sambil sekolah."

"Apa salahnya dengan itu? Mas Bayu juga katanya sekolah sambil kerja. Tapi Bang Saga dan Bang Sabda nggak marahin?"

"Soalnya kan, Mama Mbak Kay lain." Aduh, Kay sudah kehabisan akal. Dia sendiri tidak mau mengatakan kalau keluarganya melarang dirinya bekerja jadi pengasuh. Tapi dia tidak ingin menimbulkan kesan bahwa pengasuh adalah pekerjaan rendahan. "Oh, ya? Lain gimana Mbak Kay?"

"Takutnya nanti Mbak Kay sakit gitu..."

Lagi pula, Dio ini memang kritis anaknya. Seharusnya Kay tidak heran, kalau sampai dirinya diberondong dengan pertanyaan yang bertubi-tubi oleh anak berusia sebelas. Kay bangga karena Dio tumbuh jadi anak yang cerdas, meski menurutnya, anak itu sangat kekurangan kasih sayang.

Dio kemudian mengangguk-angguk. Sepakat. Maka, semuanya langsung menyambut kehadiran Dio dengan hangat. Terlebih Mama Kay yang merasa bahwa anak-anaknya sudah besar dan menolak untuk dimanjakan oleh sang ibu.

Rifki si bungsu saja sekarang sudah masuk ke sekolah penerbangan dan mulai sibuk. Adik Kay itu ngotot ingin jadi pilot supaya bisa keliling dunia. Tapi pada saat itu, Rifki sedang berada di rumah, dan dia langsung membuat Dio akrab dengannya.

Selesai makan siang hari itu, sementara Kay membantu Rara dan Mbak Rini mencuci piring, lalu membereskan meja makan, serta membersihkan dapur, Rifki mengajak Dio ke kamarnya. Rifki punya koleksi mainan action figure mulai dari anggota Avengers, tokoh-tokoh dalam DC komik, hingga dari tokoh-tokoh anime seperti Dragon ball dan masih banyak lagi. Adik bungsu Kay bahkan juga punya banyak miniatur pesawat. Mulai yang pesawat komersial hingga pesawat tempur.

Dan kalau sudah mengenai pesawat, Rifki akan berubah menjadi ensiklopedia berjalan. Pengetahuannya tentang pesawat lebih dari pada pengetahuannya soal game. Dan hal itu tentu saja menarik minat Dio.

Bocah itu betah berlama-lama bersama Rifki. Dia mendapati bahwa Rifki terasa mirip dengan Mas Bayu-nya yang sekarang sangat dia rindukan.

Diam-diam, bocah itu kembali memikirkan kakak lelakinya yang semakin hari, semakin sulit untuk dihubungi. Juga semakin jarang menelepon Dio. Padahal, dulu Bayu berjanji untuk selalu menghubungi Dio tidak peduli dirinya akan sesibuk apa pun. Itu yang dijanjikan Bayu sebelum mengepak barang dan terbang ke Singapura.

 Sweet HomeWhere stories live. Discover now