Dio dan Abangnya saling diam. Sabda bahkan bertingkah kekanakan karena permintaannya tidak dituruti oleh sang adik. Dia semakin kesal, ketika alasan Dio tidak menuruti permintaannya adalah Bayu.
"Jadi kamu tetap akan bela Mas Bayu, ketimbang Bang Sabda?" Sabda berdiri di hadapan Dio dengan dua tangan terlipat dan urat-urat bertonjolan di pelipis. Bibirnya mengatup. Rahangnya kaku. "Dikasih apa sih kamu sama Mas Bayu?"
Dio yang duduk di pinggiran ranjang juga hanya mengerucutkan bibirnya. Dia sebenarnya dilema. Yang dia inginkan hanyalah satu, yaitu Mbak Kay akan jadi kakaknya. Seperti apa yang pernah dijanjikan Mas Bayu beberapa tahun lalu.
"Dio harus sembuh. Dan kalau udah sembuh, Dio harus jadi anak pinter. Anak yang mandiri. Soalnya Mas Bayu harus cepat-cepat selesaikan kuliah."
Waktu itu Dio hanya menatap kakaknya dengan sorot mata tidak mengerti. Tapi dia tetap ingin mendengarkan apa pun yang dikatakan oleh kakaknya itu.
Matanya membundar dengan lebar, pertanda bocah itu sangat antusias dengan apa pun yang ingin disampaikan sang kakak. "Dio mau nggak kalau Mbak Kay jadi kakak Dio? Selalu sama-sama Dio?"
Bocah itu mengangguk pasti.
"Nah, kalau gitu, Dio harus bantuin Mas Bayu. Mas mau cepat lulus. Supaya bisa menikah dengan Mbak Kay. Kalau kami menikah, Mbak Kay akan selamanya tinggal sama-sama kita. Sama Dio, sama Mbak Vidia, sama Mas..."
Seketika mata Dio membulat karena rasa antusias. Ide itu sepertinya bagus. Orang menikah kan harus tinggal bersama-sama. Seperti ayah dan ibunya juga.
"Jadi Dio mau jadi anak pinter kan?"
"Mau, mau!"
Akan tetapi, selama dua tahun ini Mas Bayu bahkan lebih sibuk dari yang sebelum-sebelumnya. Lelaki itu akhirnya mendapatkan beasiswa dari NUS, terakhir kabarnya, Bayu juga mendapatkan kesempatan magang di perusahaan teknologi terkemuka di negara yang terkenal dengan patung singa Merlion nya itu.
"Sekarang Mas Bayu aja jarang loh nelepon kita," Sabda tahu, dia sedang menggunakan cara yang rendahan untuk membujuk adiknya. Dia juga sedang berusaha untuk menikung adik tiri yang satunya lagi.
Sejak dulu, Sabda sudah curiga bahwa Bayu menyimpan perasaan suka pada pengasuh mereka. Tapi Sabda mengira bahwa rasa suka adiknya pada Kay, kemungkinan cuma sekedar cinta remaja yang tidak tumbuh terlalu kuat. Terlebih mengingat Bayu yang tidak sering bertemu Kayana karena adiknya itu tinggal di Depok, dan hanya akan pulang ke Kembangan bila akhir pekan saja.
Ya, Sabda sedang melancarkan aksi kotornya. Dia memutuskan untuk ingin mendalami perasaan yang belakangan muncul. Perasaan yang muncul bila ia berdekatan dengan sosok Kayana.
Terlalu dini untuk memutuskan apakah itu jatuh cinta. Mungkin saja hanya perasaan euphoria sesaat, atau lantaran keputusasaan yang membuatnya memandang semua perempuan menjadi semacam target.
Ah, ada desaier furnitur yang baru saja direkrut kantornya. Kana Artyadevi. Tidak kalah cantik dengan Kay. Jarak usianya pun tidak terlalu jauh dengan Sabda. 28 tahun.
Tapi sejak awal pertama perjumpaan mereka, Sabda tidak merasakan percikan apa pun yang biasanya muncul jika berhadapan dengan lawan jenis dengan paras mempesona.
Sabda akhirnya melambaikan tangannya. Percuma juga dia memaksa Dio untuk membantunya menjalankan rencana yang sudah dia buat untuk mendekati Kay tanpa dicurigai oleh gadis itu.
Gadis itu ... kecil-kecil cabai rawit.
Sabda menggeleng-geleng tidak jelas.
Kesetiaan Dio pada Bayu memang tidak akan ada yang bisa mengalahkan.
YOU ARE READING
Sweet Home
RomanceKayana Amandhira tiba-tiba harus cuti kuliah karena orangtuanya tertimpa masalah. Ayahnya yang pengusaha popor senapan di Surabaya terkena stroke dan usahanya mandek karena kasus penipuan. Kay terpaksa menjadi pengasuh untuk Dio, bocah lima tahun y...