Empat Puluh Lima

1.3K 328 105
                                    

Seharian itu mereka memutuskan untuk tidak ke mana-mana. Di kamarnya, Kay hanya menghabiskan waktu dengan membaca sambil mendengarkan musik. Belakangan ini dia suka menggalau ditemani lagu-lagu random. Kadang Billie Eilish, lalu Olivia Rodrigo, kemudian Celine Dion, juga kadang Phill Collins sampai The Script, dan pada akhirnya Sheila on 7.

Dia kembali melanjutkan bacaannya. Kali ini George Orwell. Yang judulnya 1984. Serasa baca esai juga. Gadis itu merasa kali ini kerja otaknya benar-benar memprihatinkan lambatnya. Satu paragraf dibaca berulang-ulang. Akhirnya dia frustasi. Menutup bukunya, dan memandang ke luar jendela.

Pemandangan fenomenal di Ubud sudah pasti adalah hamparan persawahan yang hijau nan permai. Sungguh memanjakan mata. Walau begitu, masih ada yang mengganjal hatinya. Entah apa.

Sedikit demi sedikit, dirinya sudah mulai bisa mengikhlaskan Sabda. Memang ada perasaan bergetar di dadanya ketika berada di dekat lelaki itu. Namun sepertinya, perasaan itu belum begitu dalam.

Pintu kamarnya digedor dengan tidak sabaran. Sebentar kemudian, terdengar suara Aruna yang berteriak. "Kay! Bukain dong!"

Kayana mendengus. Liburan bukannya tambah rileks, yang ada malah tegang melulu kalau bareng Aruna Swastika.

Kay kemudian bangkit. Ia meletakkan buku di atas nakas, kemudian berjalan tersaruk-saruk ke arah pintu. Menampilkan wajah semalas mungkin. Jaga-jaga siapa tahu Aruna ngajak dia buat gila-gilaan lagi. Mengingat kemarin malam, Kay sempat diseret ke bar buat gabung sama sekelompok cowok dari Singapura yang sedang ada seminar Internasional di Ubud.

Mereka memang have fun. Terlebih kalau Aruna sudah ngomong, pasti bakalan banyak yang terpesona. Soalnya, meski dia kelihatan menolak konsep pernikahan, tapi buat ngobrol ataupun berinteraksi dengan lawan jenis, Aruna adalah tipikal orang yang percaya diri. Baginya, cowok itu tidak ada beda sama cewek. Alias sama saja. Dengan begitu, Aruna tidak pernah terlihat canggung ngobrol sama cowok. Alhasil, teman cowok Aruna itu bejibun. Yang naksir dia juga banyak. Tapi gadis itu tidak pernah menggubris.

"Apa?"

Mata tajam dan belok milik Aruna langsung memindai sosok Kay yang sore itu hanya mengenakan kaus oblong gambar beruang warna putih dan short pants berbahan denim warna abu-abu besi. Rambutnya yang kini mencapai tengah punggung hanya dicepol ke atas dengan asal. Tapi mampu memperlihatkan fitur-fitur terbaik dari bagian atas tubuhnya. Yaitu, leher jenjangnya yang agak kurus, wajahnya yang oval, dan pundak yang bagus.

"Buset!" gumam Aruna. "Lo lagi liburan juga kucel banget!"

"Iya nih. Nggak enak badan. Maunya rebahan aja!"

"Rebahan?" ulang Aruna tak percaya. Ia lantas memutar bola matanya. "Halo! Kita ini liburan loh. Udah bayar mahal-mahal, masa cuma mau ngedekem di kamar doang? Gitu doang mah nggak usah jauh-jauh sampai ke Ubud. Rumah lo juga ada balkonnya! Ikut gue yuk!"

"Ke mana?" Kay bertanya asal-asalan. Selama liburan di Bali ini, rencananya sudah berantakan. Amburadul. Dan semuanya itu berkat pikiran impulsif milik Aruna! Ha. Tadinya Kay sudah pesan hotel di Seminyak. Cabang Kalachakra. Sekalian ngintip muka bos besar yang ganteng banget. Bapak Kennan Hadibratha dan istrinya yang mirip bintang film Hollywood tahun 80 an, Scarlett O' Hara. Lalu diam-diam memotret mereka yang kemungkinan lagi baby moon mengingat Ibu Davinsha Lalitavistara lagi hamil saat ini. Setelah itu, dia berniat berbagi foto itu dengan teman-temannya.

Hmmm.

Tapi karena bujukan Aruna yang sudah menyewa villa besar di kawasan Ubud, dan mengatakan bahwa kalau Kay tidak mau tinggal bareng dia selama liburan di Bali ini, maka dosa mubazir akan ditanggung oleh Kay, makan dengan sangat terpaksa dia membatalkan booking hotel itu.

 Sweet HomeWhere stories live. Discover now