Cinta Pertama 03

218 49 0
                                    

Happy Reading





Sepatu kets warna putih dengan kaos kaki warna putih membalut kaki mungil milik Jimin, pagi ini dia akan berangkat sekolah dengan kakak tertua nya.
Delvian Marcellino Januarta, duda satu anak itu masih terus membujuk anaknya agar mau ditinggal bekerja.

Jimin yg sudah siap, kini menatap kakak dan keponakan nya secara bergantian, kebahagiaan nya langsung musnah ketika melihat wajah sendu Marcel saat mengingat mendiang istrinya.

"Kamu berangkat aja, Cel. Biar Arfin sama mama" tukas Ava yg baru datang, Jimin yg melihat mama nya masih cantik di usia paruh baya, tersenyum manis

"Ma, aku nanti ke cafe dulu sebelum pulang. Ada banyak tugas"

"Butuh koneksi internet, Jim.?"

"Iya Ma." Jawab nya dengan senyum manis

"Perasaan dirumah juga Wi-Fi nya ngga bermasalah, kan.?" Jimin menggeleng dengan tegas, menjawab Pertanyaan Reno

Memang di rumah nya terpasang Wi-Fi, tapi sungkan juga jika kedua teman nya mengerjakan di cafetaria sedangkan dirinya di rumah

"Kenapa ngga dirumah aja.?" Tanya Reno dengan jas kantornya

"Kalau di Cafe kan bisa diskusi sama temen, kak"

Reno mengangguk dan mengusap puncak kepala adiknya, Ava hanya bisa menghembuskan napas pasrahnya, dia bukan ingin mengekang Jimin, namun dia tak menyukai saat Jimin sering keluar rumah.

"Anak Gadis harus betah dirumah." Itu kata Ava dan Melvin (Papa Mama Marcel, Reno dan Jimin)

"Ayo berangkat" ajak Marcel saat melihat Arfin sudah tertidur

Jimin mengangguk dan mulai pamit pada mama nya, sedangkan Reno sudah lebih dulu berangkat ke kantor.
Marcel membukakan pintu untuk Jimin, hal yg selalu dilakukan oleh kedua kakaknya saat dirinya akan masuk mobil.
Sikap manis Reno dan perhatian Marcel membuat Jimin tak memikirkan pacar, karena dia rasa selama kedua kakak dan orangtua nya masih ada, semua akan baik-baik saja.

"Belum dapet DoI, Jim.?"

Gadis cantik yg tengah membaca buku tersebut menoleh kearah kakaknya, pembahasan yg selalu Jimin hindari adalah tentang DoI.
Dia bingung harus menjawab apa, jika ditanya punya pacar.? Pasti jawabannya, Tidak.
Tapi DoI kan artinya Dia Orang Istimewa, sedangkan di hatinya memang ada orang yg istimewa.

Entah sadar atau tidak, dia mencintai sosok tampan kakak kelasnya, lelaki yg memiliki sifat mirip seperti Melvin dan Reno.
Itu alasan Jimin menyukai nya dari dulu.

"Ngga tau, bingung juga"

"Kalau memilih laki-laki, harus di lihat dari cara dia memperlakukan orangtua nya. Terutama pada ibu nya, percaya sama kakak. Kalau dia mencintai dan sangat perhatian pada ibu nya, dia juga akan melakukan hal yg sama dengan mu. Tapi satu hal yg harus kamu ingat, jangan pernah sekalipun kamu cemburu dengan ibu nya"

"Aku pengen punya pacar kayak Papa dan kak Reno, dingin diluar tapi sifat dan sikapnya manis, kak" Marcel terkekeh pelan dan mengangguk

"Kamu akan dapat yg seperti itu, perbaiki kualitas dalam dirimu. Jangan hanya kualitas fisik, yg glowing dan mulus sudah banyak, sedangkan yg memiliki hati tulus dan jujur sudah jarang"

Jimin hanya mampu tersenyum, Marcel selalu bisa membuatnya tersenyum dan menangis diwaktu yg bersamaan.
Teguran yg di lapisi kelembutan membuat Jimin cepat paham dengan apa yg disampaikan kakak nya itu.

"Turun gih, udah sampai nih"

"Kok aku ngga sadar sih.."

Marcel tersenyum mendengar gumaman adiknya.

"Belajar yg bener, cantik doang ngga bikin sukses"

"Kalau aku jadi model, model cantik bakalan sukses." Canda nya, tubuh Marcel menegang mendengar candaan adiknya. "Kak, maaf... Aku ngga maksud buat kakak inget mendiang kak Angel"

Marcel segera menarik adiknya dalam pelukan hangat.
Bibir Marcel menyunggingkan senyum lembut, tangan nya terangkat untuk mengusap pipi Jimin, perempuan yg tulus mencintainya setelah Ava dan almarhum istrinya.

------

Ketukan bolpoin diatas meja kayu menimbulkan suara yg lumayan keras, apalagi didalam kelas tersebut sangat sepi.
Dia bosan jika harus dikelas sendirian, mana belum ada satu anak pun yg datang.
Karena merasa bosan, Jimin meninggalkan meja nya menuju depan kelas.
Benar-benar tidak ada orang, sekolahnya menjadi sangat menyeramkan, bahkan anak-anak lain juga tidak ada yg datang.

"Ehem..." Dehem seseorang disebelah kanan Jimin

"Kak.?" Sapa nya sopan, saat melihat yoongi mengangguk samar, Jimin tersenyum

"Lo OSIS.?" Tanya Yoongi, Jimin menggeleng dengan tegas. "Anggota panitia pentas.?" Tanya Yoongi lagi

"Bukan, kak. Saya murni murid biasa, gak ikut kegiatan sekolah apapun" jawabnya lembut

"Kok ke sekolah.? Hari ini libur."

"Kok saya gak tau.?"

"Pengumuman nya kemarin, saat pulang"

"Kemarin saya ngga denger berarti, soalnya saya gak tau"

"Pulang sana."

"Iya kak, terimakasih info nya. Untung saya ketemu kakak, kalau enggak. Mungkin saya masih jadi kambing congek dikelas.!"

"Sengaja lewat" gumam yoongi sangat pelan

"Apa kak.?" Tanya Jimin untuk memastikan indra pendengaran nya

"Gak apa-apa, cepet balik sana" tanpa menunggu jawaban Jimin, Yoongi memutar tubuhnya dan meninggalkan gadis mungil itu sendirian

Jimin yg melihat punggung kokoh lelaki itu sudah hilang ditelan ruangan lain, ia segera berlari kedalam kelas dan mengambil tas sekolahnya.
Dia akan langsung pulang dan bermain dengan keponakan nya.
Ava jam segini pasti sibuk dan tidak bisa bermain dengan cucu nya, apalagi Arfin itu banyak tingkah seperti Marcel.

"Jimin.." panggilan dari arah belakang membuat Jimin membalikkan badan, ternyata Yoongi datang dengan ke empat teman nya

"Iya kak.?"

"Bawa Almamater gue, sebentar lagi mau hujan" Yoongi menyerahkan jas OSIS nya, Jas berwarna biru dengan name tag bertuliskan 'Yoongi Alister M.'

"Ngga usah kak, Saya bisa hujan-hujanan. Lagian baru mau kok, belum turun" tolaknya sopan

Tanpa menunggu balasan dari Yoongi, Jimin berlari meninggalkan lima lelaki idola sekolah tersebut.
Namun sebelum berlari, dia menyempatkan menunduk dan tersenyum manis.
Menurut Jimin, pergi tanpa berpamitan bukanlah hal yg sopan, walaupun hanya dengan anggukan, tapi itu lebih baik.

"Cara pendekatan cowok kulkas tuh gini, Ya. Dingin-dingin tapi manis gimana gitu.." ejek Namjoon dengan kekehan kecil

"Lo suka sama Jimin.? Dia keknya ngga pernah Deket sama cowok selama sekolah disini, tapi ngga tau deh kalau diluar udah punya pacar.!" Timpal hobi santai, Yoongi hanya diam sembari menatap punggung Jimin yg semakin menjauh






To Be Continued



Cinta Pertama (YoonMin GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang