Cinta Pertama 12

253 52 5
                                    

Happy Reading





Trotoar di jalan raya menjadi tempat pilihan untuk Jimin menunggu angkutan umum, dia memang sudah terbiasa menunggu angkutan di bahu jalan.
Kepalanya menoleh ke kanan dan kiri untuk memastikan ada angkutan atau tidak, namun tatapan mata nya mengarah pada lelaki yg menaiki motor cross berwarna hijau melintas didepan nya.
Saat motor tersebut berhenti, Jimin tersenyum manis menyambut Yoongi, dia tidak mau di cap gadis sombong hanya karena tidak tersenyum pada orang lain.

"Nunggu angkot.?" Tanya Yoongi

Poni Yoongi yg menutupi dahi membuat Jimin sedikit kagum dengan wajah Kakak kelasnya itu.
Yoongi memang tergolong lelaki tampan di sekolahnya, meskipun bukan yg paling tampan.

"Iya, kak... Kakak nunggu temen nya lagi.?"

Yoongi menggeleng dengan senyum tipis, ia melepas jaket yg melekat di tubuhnya, lalu memberikan nya pada Jimin. "Bareng aku aja." Jimin yg tak mengerti hanya mengangkat sebelah alisnya. "Buat nutupin paha kamu."

Tanpa membantah atau beradu argumen, Jimin segera menaiki motor milik Yoongi, merasa Jimin sudah duduk manis diatas jok motor nya, Yoongi menjalankan motor nya dengan pelan.
Menaiki motor saat sendiri dan bersama orang lain, harus berbeda kecepatannya.

"Kak, tapi aku ngga mau pulang." Teriak Jimin

Yoongi mengernyitkan dahi, ia segera menepikan motor, mematikan mesin, lalu membuka helm nya. "Kenapa.?" Tanya nya heran

"Aku lagi ada sedikit masalah, aku pengen nenangin diri dulu." Jawab Jimin pelan, Yoongi hanya mengangguk, kemudian menjalankan motornya kembali

Jimin tak perduli kemanapun Yoongi membawanya, Reno pernah berkata jika yoongi adalah pria yg baik dan bertanggung jawab.
Entah dimana Reno tahu tentang hal itu, yg penting Jimin sangat percaya, karena orang yg paling Jimin percaya di dunia ini adalah orangtua dan kedua kakak nya.

"Kak, ini mau kemana.?" Tanya Jimin saat sadar, mereka melewati jalan setapak, bukan lagi jalan raya

Bahkan jalanan nya seperti hendak masuk kedalam hutan, Jimin yg awalnya selalu positive thinking terhadap Yoongi, kini ada sedikit keraguan di hatinya.

"Aku tau baik dan buruknya, Jim.. gak usah takut" ujar Yoongi, Jimin yg duduk di belakang hanya mengangguk

Saat udara disana semakin terasa dingin, Jimin semakin mengeratkan genggaman pada pinggiran jas sekolah milik Yoongi.
Yoongi yg merasakan cekalan tangan Jimin pada bajunya tersenyum tipis.

Sampai Yoongi berhenti didepan rumah yg terbuat dari kayu, namun Jimin tak segera turun, dia justru menatap sekeliling.
Keraguan Jimin terhadap Yoongi semakin menjadi, apalagi disekitar mereka hanya ada pohon jati dan pohon buah.

"Jim, Turun.." perintah Yoongi pelan

Jimin mengangguk, perlahan ia turun dari motor milik Yoongi, mata nya kembali menatap ke sekeliling.
Benar-benar jauh dari pemukiman, hanya ada rumah itu disana.

"Ini rumah siapa.?"

"Punyaku, aku kalau lagi ada banyak masalah pasti kesini. Tempatnya enak buat berfikir." Jawab Yoongi dengan senyum tipis

Tanpa menunggu Jimin, Yoongi berjalan ke teras rumah, dia mendudukkan dirinya di kursi panjang yg terbuat dari bambu.

"Kak, ini beneran rumah kakak.?" Tanya Jimin, dia meletakkan tas sekolah nya di samping tas milik Yoongi

Yoongi yg sedang tiduran di tempat tersebut hanya mengangguk, karena dia merasa jawaban tersebut sudah mewakili pertanyaan Jimin.

"Kok bangun rumah nya disini.?"

"Dulu ada orangtua yg tinggal disini, dia orang yg pernah aku tolong"

"Terus sekarang orangnya dimana.?"

"Sudah meninggal.!"

Jimin melotot, dia segera merapatkan tubuhnya kearah Yoongi.
Percayalah, seberani apapun Jimin pada orang lain, dia akan ketakutan jika mendengar kalimat yg menjurus pada hal mistis.

"Kenapa.?" Tanya Yoongi, dia bangun dari tidurnya

"Aku takut sama hal gituan." Jawab nya pelan

"Aku disini malem-malem juga gak ada apa-apa, tenang aja"

"Tetep aja kak, geser dong.. aku mau duduk."

"Disana masih ada tempat, Jimin."

"Aku takut..." Rengek Jimin manja

Yoongi yg mendengar rengekan Jimin seketika menegang, dia tak pernah mendengar seorang gadis merengek padanya, semua gadis akan bersikap sok anggun saat bertemu Yoongi.

"Sini.." Yoongi berucap dengan senyum tipis menghiasi bibirnya. "Kenapa ngga mau pulang.?" Tanya Yoongi saat Jimin sudah duduk nyaman di sampingnya

"Mama hamil lagi, aku sebenernya ngga terima tentang hal itu. Tapi aku ngga mau bikin mama dan papa sedih karena keegoisan ku, aku bohong dan bilang kalau aku baik-baik saja. Padahal jauh di lubuk hati, ada banyak ketakutan besar kak."

"Apa yg kamu takutkan.?"

Senyum tipis Jimin membuat Yoongi semakin penasaran, Jimin ikut menoleh dan menatap Yoongi dengan mata berkaca-kaca.

"Apa yg aku punya selama ini akan berubah, apa yg selalu aku dapatkan akan direbut.! Aku takut dengan masa yg akan datang itu semua menjadi berbeda."

Satu tetes air mata Jimin membuat Yoongi terkejut, tangan besarnya terangkat untuk mengusap ujung mata gadis itu.

"Ngga ada yg perlu kamu takutkan." Bisik Yoongi pelan. "Jim, ngga akan ada yg berubah. Percayalah, semua itu hanya kemungkinan buruk yg ada di otak kamu, coba kamu pikirkan kemungkinan baiknya juga. Pasti ngga ada pemikiran takut tentang masa yg akan datang, kamu bisa menjalani hari demi hari dengan sangat baik untuk saat ini, seharusnya untuk kedepannya kamu bisa menjadi lebih baik lagi. Karena setiap harinya yg kamu lewati akan memberi mu pelajaran yg berharga yg tidak dapat ditukar dengan uang. Ada juga yg bilang, perjalanan hidup itu adalah guru paling baik."

Jimin semakin meneteskan air matanya, Yoongi menggenggam jari mungil gadis itu dengan lembut, ibu jarinya perlahan mengusap punggung tangan Jimin.

"Jika kamu butuh pundak untuk bersandar, ada aku. Tapi jangan berharap saat kamu ingin melabuhkan hati mu pada pria untuk sekedar pacaran, bukan aku orang nya."

"Kenapa.?" Tanya Jimin

"Aku pelajar, uang yg aku punya bukan dari hasil kerja ku. Akan sangat memalukan mengajak anak gadis orang jalan-jalan memakai uang pemberian, apalagi aku ngga siap mematahkan hati anak gadis orang lain. Karena selama ini hidupnya di atur dengan mulus tanpa kendala oleh orangtua nya, lalu tiba-tiba ada orang lain masuk dan mengobrak-abrik hatinya tanpa rasa bersalah. Aku bukan hanya akan menyakiti hatimu, tapi juga hati keluarga mu yg membangun hati mu tanpa beban dan luka."

"Kenapa selama ini menjadi pendiam dengan wajah datar.? Padahal kak Yoongi bisa berkata panjang lebar seperti barusan"

Yoongi melepaskan genggaman tangan nya, dia turun dari tempat duduk, lalu berjalan sedikit menjauhi Jimin.

"Jim, mau jambu.?" Tanya Yoongi yg ada dibawah pohon jambu biji didepan rumah

Jimin tersenyum sumringah dan segera berlari kearah Yoongi, saat sampai di bawah pohon, Yoongi tersenyum tipis.
Badan nya yg tinggi jangkung serta tangan nya yg panjang, semakin memudahkan nya meraih jambu.

"Mau yg mana..?"

"Itu, yg ada di atas kepalanya kakak aja." Yoongi mendongak sedikit, dia tersenyum dan mengangguk

Tangan nya meraih jambu itu dengan mudah, membuat Jimin tersenyum sumringah, senyum gadis itu membuat Yoongi ikut tersenyum.

"Tidak mudah untuk membuat ku tak muak, Jim.. jarang ada yg membuat ku berkata panjang lebar seperti tadi."

Jimin yg tengah memakan jambu biji sontak menghentikan nya, matanya menatap wajah Yoongi dari bawah, karena tingginya dengan Yoongi yg hanya sebatas dada.







To Be Continued

Cinta Pertama (YoonMin GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang