Cinta Pertama 20

323 81 11
                                    

Happy Reading





Air mata Jimin lagi-lagi menetes, ia ingat betul bagaimana Yoongi membentaknya tadi.
Bahkan, sakit hatinya masih terasa sampai saat ini.

"Ngapain.?" Tanya lelaki jangkung yg tengah berada di belakang Jimin

Suara yg sangat Jimin kenali, suara yg tadi membentaknya kini terdengar seperti biasa.
Apakah Yoongi memiliki kepribadian ganda.? Atau mungkin hal lain.?

"Gak ngapa-ngapain." Jawabnya pelan

Yoongi mengambil tempat duduk di samping Jimin, tempat mereka saat ini adalah belakang sekolah.
Meskipun tempatnya terlihat tak terawat, setidaknya ditempat itu ia bisa menenangkan diri.

"Kak, aku kira setelah apa yg kita lewati beberapa hari kemarin. Kamu bisa percaya sama aku." Gumam Jimin pelan

Yoongi menundukkan kepalanya, ia tidak tahu harus merespon seperti apa.
Sampai hembusan napas panjang nya membuat Jimin menoleh.

"Memang nya apa yg telah kita lewati.? Semuanya terasa biasa saja."

Gadis cantik itu terkejut mendengar ucapan Yoongi, begitu mudahnya kalimat itu keluar dari bibir kakak kelasnya.
Bahkan terlihat seakan tidak ada beban sama sekali.

"Kita udah sering cerita-cerita bareng, bahkan kakak juga pernah menginap dirumah ku. Kenapa kak Yoongi bilang apa yg pernah kita lewati.? Apa kakak pikir semua itu aku lewati sendiri.? Enggak, Kak.!"

Percayalah, sebuah masalah dapat di selesaikan dengan mudah dan bahkan tanpa emosi oleh gadis itu.
Tapi saat dia mendapatkan tamu bulanan seperti ini, jangankan masalah, sebuah kesalahan kecil saja akan berbuntut panjang.

"Jangan terlalu percaya pada harapan, apalagi kamu menggantungkan harapan itu padaku. Karena harapan apapun sudah tidak ada didalam hidupku.!"

Jimin mendongak dan menggigit bibir bawahnya, menahan isak tangis.
Yoongi menoleh, menatap datar wajah Jimin.
Dia tidak tahu harus berkata apa.

Tarikan napas panjang dari gadis itu membuat Yoongi ikut bangkit dari duduknya.
Dia terus menatap Jimin tanpa berkedip, gadis itu masih bungkam dan tak bereaksi apa-apa.

"Kamu harus tahu, Jimin... Merubah sesuatu yg sudah lama ditanam itu tidak mudah, aku berusaha keras melindungi diriku sendiri dari kekecewaan. Maka dari itu aku tidak pernah ingin percaya pada siapapun, kecuali memang ada bukti kalau dia tidak bersalah."

Jimin tersenyum miring dan mengangguk, dengan cepat ia menoleh dan mendongak.
Wajah Yoongi hanya terlihat dari samping dan tertutup oleh poni miliknya.

"Tapi apa kakak juga gak percaya sama aku.? Kakak sudah tahu aku seperti apa, kenapa masih gak percaya sama aku.?"

"Jimin, bahkan ada orang lain yg aku tahu betul bagaimana sifatnya, kepribadian dan kebiasaannya. Tapi apa.? Dia juga mengecewakan ku.! Dia mengkhianati ku.! Dia juga yg akhirnya membuat ku tidak percaya pada siapapun, apalagi kita baru dekat beberapa bulan. Sedangkan dia, aku mengenalnya dari kecil, apalagi hanya kamu.!"

Jimin semakin menatap Yoongi dengan tajam, napasnya yg memburu dan Tan beraturan membuat Yoongi hendak menarik pergelangan tangan Jimin.
Namun dengan cepat Jimin menepisnya.

"Bisakah kamu tidak menyamakan ku dengan dia, kak.? Tidak bisakah kakak melihat aku sebagai diriku sendiri.? Bukan terbayang-bayang oleh kesalahan orang lain.! Tidak bisakah kak Yoongi melihat aku tanpa teringat akan masa lalu.? Tidak bisakah.?" Jimin berteriak frustasi

"Jimin, kamu gak akan ngerti.!" Gumam yoongi pelan

"Bagaimana aku bisa ngerti kalau kakak gak bisa lupa dengan masa lalu.? Kalau kakak masih terbayang-bayang dengan dia dan selalu menyamakan orang lain dengan nya.! Kak Yoongi gak hidup di masa lalu, kak Yoongi hidup di masa sekarang untuk bersosialisasi dan mempercayai orang lain. Agar orang lain juga bisa percaya sama kakak." Ucap Jimin dengan air mata yg terus mengalir

"Kamu gak ngerti rasanya di sakiti, Jimin.! Kamu gak tahu rasanya di kecewakan.! Kamu gak tahu rasanya saat harapan mu dipatahkan oleh orang yg sangat kamu percaya.! Kamu gak tahu bagaimana rasanya.!" Teriak Yoongi dengan mata memerah, napas memburu serta tatapan tajam membuat Jimin menggeleng tak percaya

"Aku benci kamu, kak.. aku benci kamu.!" Gumam Jimin pelan, sebelum berlari keluar sekolah melalui gerbang belakang

Yoongi menarik napas dalam-dalam, tangan nya mengacak rambutnya frustasi.
Apa yg akan dia katakan pada Melvin dan Ava nantinya, saat melihat Jimin pulang kerumah dengan tangisan yg memilukan.



-----



Disebuah rumah makan milik Marcel, Jimin duduk termenung dengan pikiran berkecamuk.
Apalagi saat mengingat jika yoongi hanya hidup seorang diri.
Ibunya sakit dan membenci Yoongi, jika ia ada di posisi Yoongi mungkin dirinya akan menangis setiap hari.

"Kenapa.?" Tanya Marcel saat melihat adiknya termenung di lantai tiga ruangan nya

"Gak apa-apa, kak Marcel kok disini.?"

"Staff resto telepon kakak kalau kamu ada disini, mana nangis pula. Kakak takut kamu bunuh diri.!" Celetuknya. "Bertengkar sama Yoongi.?"

Jimin mengangguk pelan. " Aku lagi kena masalah di sekolah, dan kak Yoongi gak percaya sama aku kalau aku gak ngelakuin apa yg di tuduhkan teman ku. Aku marah karena dia gak percaya sama aku.!"

Kalimat Jimin yg berputar-putar membuat Marcel mengernyitkan dahi, tak adakah penjelasan yg lebih simpel dan mudah di mengerti.?

"Yoongi gak gampang percaya sama orang lain, kalau dia gak melihat sendiri fakta yg sesungguhnya. Iya kan.?"

"Iya.."

"Dek, membangun kepercayaan itu sangat sulit. Mengembalikan rasa percaya terhadap orang lain itu sulit, Jimin. Kamu gak akan bisa meminta Yoongi percaya sama kamu gitu aja tanpa dia tahu fakta yg sebenarnya seperti apa."

"Aku harus gimana kak.?"

"Minta maaf dan akui kesalahan mu.! Kamu ingat kalau dia memiliki ibu yg sedikit gila.? Kamu gak kasihan sama dia.? Dia hidup sendiri disini, seharusnya kita ini membantu. Bukan membebani dia dengan masalah yg baru"

"Besok aku minta maaf."

Marcel mengangguk dan tersenyum, untung saja adiknya itu memiliki hati yg baik dan mudah di bujuk.
Kalau tidak, akan sangat bahaya jika adik perempuan satu-satunya itu memiliki hati pendendam dan selalu mengingat seseorang hanya dari kesalahannya saja.

"Ngomong-ngomong, Ada masalah apa di sekolah.?"

"Di tuduh nyuri hp temen ku.!"

Marcel terkejut mendengar pernyataan sang adik.
Ia sangat tahu Jimin seperti apa, dia tidak mungkin mengambil Sesuatu yg bukan miliknya.

"Rasa bersalah mu akan semakin menjadi, nanti.. lebih baik kamu meminta maaf sama Yoongi secepatnya."

"Maksudnya.?" Tanya Jimin bingung

"Suatu saat kamu akan tahu, Jimin.."





To Be Continued







Cinta Pertama (YoonMin GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang