Aku itu Kamu

418 62 3
                                    

Setelah Eve membakar Mita dengan api kecemburuannya, ia keluar dari tubuh Tania.

Tania bingung, ia merasa lemas sekali. Ia bingung karena terbangun di jalan dengan bajunya yang kotor. Ia bangun dan melihat ke sekeliling, dan berjalan menyusuri jalan sepi itu. Tiba-tiba ia melihat ada polisi dan ambulance di jalan. Dengan sedikit kekepoannya, ia mencoba mengintip kesana, dan matanya membelalak karena disana terbujur kaku sesosok mayat yang sudah tak berbentuk, gosong, tanpa ada sedikit pun kulit yang tersisa.

Ia melangkah mundur dan kemudian berlari menjauh, membuat para polisi heran.

Tania pulang ke kostnya dan membersihkan tubuhnya, ia memakai seragam kerja lalu melesat pergi.

"Tania?" Tanya teman kerjanya heran ketika ia sampai.

"Hai, pagi Grace." Kata Tania sambil melepaskan tali selempang dan meletakkannya di loker.

"Kamu kemana aja? Kamu gak ada kabar selama tiga hari." Tanya Grace

"Ti-tiga hari?"

"Iya. Sampe kita mikir kamu udah resign."

Tania terdiam, heran. Sungguh jika benar ia tak ada di tempat kerjanya selama tiga hari, maka ia harus bertanya pada dirinya sendiri, pasalnya ia tak punya ingatan apapun perihal tiga hari ke belakang.

"Kok Dion belom dateng ya, Grace?" Tania heran karena biasanya pria itu datang lebih pagi dari dirinya, sedangkan hari ini Tania datang agak terlambat, Dion belum muncul sama sekali.

"Kamu gak tau?" Tanya Grace sambil memasang celemeknya

"Tau apa?"

"Dion di rumah sakit, udah tiga hari."

"Hah! Kenapa? Dia sakit?"

"Dia kebakar."

Tania membelalakan matanya.

"Ke-kebakar?"

"Kata Dion, waktu dia ada di jalan belakang, ada api yang loncat ke badannya, terus ngebakar dia. Untung luka bakarnya gak terlalu parah, tapi tetep aja serem."

Grace berlalu menuju booth kerjanya, meninggalkan Tania dengan seribu pertanyaan di kepalanya.

👻👻👻

Gusti datang ke kediaman Raden Mas Kertajaya, dengan tampilan yang berbeda. Ia sudah bercukur dan sangat rapi.

Keluarganya menyambut dia dengan sukacita, bertahun ia menghilang tanpa diketahui dimana rimbanya.

"Sahabatku." Kanjeng Rama memeluk sahabatnya itu ketika Gusti diantar oleh seorang abdi ke pendopo, dimana disana masih ada Bethara dan Kala.

Bumi memandang mereka berempat, di tubuh mereka seolah membawa pedang, panah, juga tameng, bahkan di tubuh Kala ia melihat sebuah salib besar yang bersinar di punggungnya.

Bumi beranjak dan memberi hormat lalu menyapa.

"Saya sangat takjub dengan anda sekalian." Kata Bumi

Gusti tersenyum.

"Saya juga kagum dengan kamu, sang pangeran terdahulu." Kata Gusti sambim memberi hormat.

Bumi terkejut.

"Anda?"

"Setelah melihat iblis, hal seperti ini sudah lumrah bagi saya." Kata Gusti

The CousinsWhere stories live. Discover now