27

3.8K 243 26
                                        

Terkadang Joshua berfikir, kenapa dirinya yang harus menanggung semua ini, kenapa harus dia yang membawa bayi ini, terlalu sulit dipikirkan, terlalu sakit dibayangkan.

Semua orang, bahkan bunda nya serta ibu Adena selalu berkata bahwa dia harus sehat, dia harus bahagia, agar anak nya senang.

Tapi semuanya terasa palsu, semua nya melelahkan.

Rasanya Joshua ingin kembali ke 'masa nya', masa dimana ia menikmati hidupnya sebagai pemuda pada umumnya, hidup normal, membuat prestasi dan membanggakan orang tuanya.

Namun hal itu sekarang hanyalah bayangannya, semua nya sulit dilakukan sekarang.

"Jo, gue berangkat dulu ya," pamit Adena yang berhasil membuyarkan lamunannya Joshua pagi ini.

Joshua mengangguk sebagai jawaban, percakapan mereka sekarang hanya dilakukan saat dibutuhkan. Mungkin Adena sedang lelah.

Setidaknya itulah yang selalu dipikirkan Joshua setelah sifat Adena berubah padanya.

Joshua menatap ke perutnya yang kini sudah menonjol, ia terkekeh pelan saat mengingat semua kesulitan yang ia alami saat mengandung anak nya ini.

Banyak sekali perjuangan yang ia lakukan, terkadang Joshua merasa hebat ketika ia mengingat semua nya, semua usaha yang ia lakukan, semua hal yang diberikan oleh Adena juga sangat ia rindukan sekarang.

Joshua kini lebih sering duduk di balkon, menikmati semilir angin, sangat berbeda dengan kepribadian nya yang dulu. Ia sekarang lebih melankolis.

Joshua kini lebih suka menikmati keheningan dalam raganya, kekosongan relung hatinya, mempertanyakan semua takdir nya.

Apakah salah jika ia kini merasa lelah?

Ponselnya berbunyi, menyadarkan nya lagi dari lamunannya, ia melihat kearah ponsel nya, nama Adena terpampang disana.

"Halo?," tanya Joshua sambil masuk ke dalam kamar dan menutup pintu balkon karna udara terasa dingin.

"Hai? Ini Joshua ya?" Jawab suara diseberang.

Joshua mengernyit karna mendengar suara pria, suara yang terdengar asing ditelinga nya, ini bukan suara Jojo atau teman-teman nya, rasa penasaran menggerayangi hatinya.

Joshua menganggukkan kepala namun ia segera menyadari bahwa hal itu sia-sia karna pria di sana pasti tidak bisa melihat gerakannya.

"Iya, ada apa? Adena nya dimana?" Tanya Joshua berusaha tenang walaupun ia khawatir.

"Oh iya, Adena nya lagi—"

Joshua menekuk alisnya karna bingung saat suara pria itu terpotong dan mulai terdengar suara 'grasak grusuk' di sana. Apa yang kira-kira sedang mereka lakukan sampai seheboh itu di sana.

"Adena nya lagi ke toilet, eum Joshua, Adena bilang dia akan menginap dirumah ku malam ini, jadi kau tidak perlu menunggu nya pulang" sambung pria itu yang membuat Joshua tersentak.

Apakah kini Adena benar-benar sudah tidak memperdulikan dirinya? Apakah ia terlalu lambat untuk menyadari perasaannya sendiri?.

Joshua bingung untuk menjawab apa, mulutnya terasa kelu, bibirnya melengkung kebawah, sambungan telepon sudah dimatikan dari seberang.

Joshua mendudukkan tubuhnya dengan perlahan di sofa ruang tamu, ia meresapi apa yang baru saja terjadi dan berusaha untuk berfikir positif.

Mungkin Adena memang perlu menginap di sana, tapi bayi nya seperti nya tidak mau berfikir positif dan membuat nya juga terus berfikiran negatif.

Tapi lamunannya buyar untuk kesekian kalinya saat ponselnya berbunyi lagi, kali ini bundanya yang menelpon.

"Halo?"

"Bunda kesana ya? Hari ini bunda masak makanan kesukaan kamu, bunda bawain ke sana ya?" Ucap sang bunda dengan nada ceria seperti biasanya membuat Joshua tersenyum pada dirinya sendiri.

Bunda nya bak pahlawan yang datang menyelamatkan nya.

"Yakin mau kesini bun? Lagi berantakan banget, aku males beres-beres," balas Joshua yang diakhiri tawa hambar.

"Sayang, bunda kesana ya? Nanti Joshua bisa cerita apapun,"

Ucapan Bunda membuat Joshua kembali ingin menangis, bundanya selalu tau kapan ia rapuh.

Dan disini lah akhirnya mereka, di taman tempat Bunda nya selalu mengajaknya bermain saat kecil dulu.

Joshua mencurahkan semua rasa terdalam nya, kisah kasih yang tak sesuai keinginannya. Semua rasa lelah yang tak terelakkan darinya ia tumpahkan dalam pelukan bundanya, pelukan paling menenangkan hati.

Jam berlalu, kini langit sudah gelap, sekarang taman sudah sepi, hanya tersisa Joshua dan sang bunda.

"Ingin kembali sekarang?," tanya sang bunda sambil mengelus rambut Joshua yang dibalas anggukan pelan dari anaknya.

Setidaknya hari ini sudah meluapkan apa yang ia rasakan, sang bunda juga tidak memaksanya untuk bertahan dalam hubungan nya.

Tumben, pikir Joshua dalam hati, biasanya sang bunda memberikan kata-kata penyemangat dan memintanya untuk tetap bertahan dalam hubungan nya dengan Adena.

Hari ini, Joshua memutuskan untuk kembali ke rumah bundanya, tentu atas paksaan sang bunda.

Saat sampai disana, rumahnya tampak sepi, apakah sang ayah belum kembali?

"Ayah belum pulang bund?," tanya Joshua yang dibalas gelengan pelan oelh sang bunda.

"Belum, sebentar lagi pasti pulang," balas sang bunda.

Mobil ibunya sudah terpakir apik dihalaman rumah nya, dengan perlahan sang bunda menuntun Joshua agar sampai di depan pintu. Kegelapan ini membuat Joshua agak ketakutan.

'cklek'

Pintu terbuka dan ruangan didalamnya sangat gelap, bunda nya yang awalnya ada di samping nya kini menghilang, entahlah kemana bunda nya, tapi joshua panik.

"Bund?!," teriak Joshua yang dibalas teriakan juga dari luar.

"Sebentar!! Handphone bunda ketinggalan di mobil," balas bunda dengan teriakan juga.

Awalnya Joshua tenang, namun ia makin lama makin takut karena sang bunda sangat lama dan ia mulai takut kegelapan.

Tiba-tiba ia merasakan pundaknya disentuh oleh tangan dingin yang langsung membuat nya berteriak dengan kencang.

Namun sedetik kemudian semua lampu menyala, ia bisa melihat wajah Adena dengan senyum khas nya.

Ia juga bisa melihat bundanya, ayahnya, ibu Adena bahkan feli, jojo dan.. ken? wajah pria itu tampak familiar.

"Selamat ulangtahun! Anak baik," ucap Adena sambil mencium pipi Joshua yang masih membeku ditempat nya.

Kotak di tangan Adena, Kotak itu sama seperti kotak yang ia lihat beberapa waktu lalu.

Senyum nya mulai terbit setelah bisa memproses apa yang terjadi disini.

"Terimakasih," ucap Joshua sambil membenamkan wajahnya di dada Adena, ia tidak menyangka dengan hal ini.

Ulangtahun nya sudah lewat sejak 2 minggu yang lalu, hal itu membuat nya tidak menyangka bahwa ini adalah sebuah kejutan ulang tahun.

Ini mengejutkan. Joshua berharap ini bukan mimpi.

end ap tbc?

slmt malam minggu njjih, infokan bila ada typo.

damn! || a femdom story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang