Satu; Kena Tipu?

103 7 88
                                    


Angin sepoi-sepoi berhembus menerbangkan apa saja yang bisa ia terbangkan di siang hari pas ini, bahkan aroma kentut pun tercium.

Buktinya, gadis berambut sebahu itu sekarang menutup hidung. Orang yang baru saja lewat sepertinya yang kentut, dia tidak mungkin karena kentutnya wangi.

Kenapa jadi kentut? Karena kentut itu sepertinya dia yang datang sebentar tapi galaunya nya lama hilang, waduh..

"Jadi gimana?" Ini adalah percakapan pertama setelah mereka bertemu di taman tengah kota, ini juga menjadi awal dari pembicaraan tanpa akhir mereka nanti.

"Apa?" Si rambut sebahu itu menoleh pada tukang tanya.

"Di izinin gak?"

Paham apa maksudnya pertanyaan itu, dia nyengir, giginya putih dan rapi. Matanya sampai hilang, kalau kata orang-orang itu eye smile, yang ada idol Korea kesukaannya.

"Iya."

"Iya, apa?"

"Di izinin." Sahutnya sambil menatap lurus ke depan, matanya menangkap ada anak-anak yang lagi main bola. Mereka bau matahari, main siang-siang begini.

"Tapi dengan satu syarat." Tambahnya sambil menoleh, si penanya tadi juga menoleh. Senyum mereka merekah alias nyengir seolah satu pikiran.

"Tapi harus sama Nina."

"Tapi harus sama Shani."

Mereka ngomongnya serempak, tapi beda belakang doang. Kemudian bertepuk tangan bangga dengan muka datar, ini adalah kesekian kalinya mereka otak mereka satu.

"Ayy... lo lagi." Sungut Nina, si gadis berambut sebahu.

Shani mengangkat bahunya sambil senyum dikulum, ia kembali bertepuk tangan anggun ala-ala Putri Indonesia kemudian duduk tegak menyilangkan kaki, tangannya ia letakkan di atas paha. Tapi jatuhnya jadi lenjeh.

"Yaaa mau gimana lagi, lo pasti seneng 'kan?"

"Amit-amit." Sahut Nina, Shani cekikikan. Ia masih dengan posisi lenjeh tadi.

"Lagian temen lo siapa lagi kalau bukan gue? Yang ada tuh cuma datang pas butuh aja." Kata Shani. "Lo itu second choice, tau gak."

Nina menatap Shani kesal, mau ngelak tapi bener. Dia cuma sering di manfaatin doang, cuma gadis berambut sepinggang ini yang mengerti dirinya meskipun selalu berdebat.

"Lo juga seneng 'kan pas tau kalau gue juga harus sama Lo?"

Shani mengangguk cepat. "Sayangnya, iya. Gue seneng karna akhirnya perdebatan di rumah selesai, juga sama lo sih."

"Lagian siapa lagi yang gue percaya, biar congor lo ember bocor banget." Tambah Shani.

"Halah sama aja!" Nina menoyor Shani. Gadis itu cuma ketawa ngakak.

Berteman dari SD sampai sekarang, tidak ada rahasia diantara mereka. Shani yang anak tunggal butuh saudara, bertemu Nina yang anak sulung yang mau punya kakak jadinya klop.
Dimana ada Nina, disitu ada Shani. Itu yang sering terlontar dari mulut orang lain.

Tidak ada yang ditutup-tutupi diantara mereka, bahkan hari ini pakai dalam apapun akan di-sharing. Maklum dua-duanya oversharing, karna sudah nyaman satu sama lain. Ceileh...
Waktu SMP ada yang celetuk, "Kalian kenapa ga pacaran aja?"

Keduanya kompak bilang, "Kami lulus SMP nanti langsung nikah aja." Yang celetuk kena mental, salah orang.

Rebutan cowok juga pernah, tapi zonk karena si cowok udah punya cewek.

Kedua kalinya rebutan, Shani ngalah tapi ternyata zonk. Si cowok juga udah punya pacar.

Sampai mereka bilang begini, "Udahlah mending fokus memperbaiki diri aja, biar nanti jadi guru yang baik."

In The Kost 2 (New Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang