Delapan; Kamu Yang Tidak Pernah Melihatku

44 7 100
                                    

Ini mayan panjang sekitar 3rb kata. Bacanya pelan-pelan, di hayati dan di resapi wkwkwk

***

Sebenarnya, kejadian seperti Haris kemarin sudah sering mereka temui. Contohnya Chloe pernah liat Jean lagi duduk bengong kursi tempat mereka merujak, ternyata orangnya baru bangun.

Barang-barang pun sering berubah tempat, meskipun ada yang petakilan, tapi mereka selalu menempatkan barang kembali ke tempat seharusnya.

Mereka juga belum pernah membicarakan ini secara gamblang atau berdiskusi, karena.tidak ada waktu. Kalaupun ada waktu santai, mereka lebih memilih menghabiskan waktu sendirian atau membuat keributan.

Mencoba berpikiran positif karena rumor rumah ini sebelumnya memang pernah ada “dia” dari dunia lain, demi menjaga kenyamanan. Padahal aslinya takut. Tapi ya sudahlah, selama tidak menunggu.

“Hooamm…” Nina yang baru bangun keluar dari kamar dengan mulut lebar, seolah siap menyedot apa aja didepannya.

“Udah kaya kuda nil aja.” Kata Juni baru dari arah depan memergoki Nina yang menguap lebar.

Nina cuma kedip-kedip mengumpulkan nyawa. “Tumben amat belanja pagi-pagi.”

Juni yang membawa plastik putih berisi belanjaan terkekeh. “Beli buat ganti bahan makanan yang gue pakai beberapa hari kemarin, termasuk eskrim Lo.”

“Hah? Biar aja deh.” Nina yang mau menguap lagi langsung ga jadi.

“Engga ‘lah. Itu bukan hak gue, mana ga bilang lagi.”

Kemarin Juni kepedesan gara-gara minta seblak punya Fanny, hasilnya dia makan es krim Nina karena minum air ga hilang.

Ditambah lagi, Nina tadi malam merengek sama Shani bilang kalau es krimnya hilang. Yang mendengar aduan ketawa sampe ngik ngok gara-gara dia nangis.

Mana Bayu dituduh karena makan eskrim yang sama, padahal itu beli sendiri pas ke warung sama Jean.

Dramanya ada-ada aja.

“Gapapa loh, Jun. Yang penting mah bilang aja.” Sahut Nina mengikuti Juni ke dapur.

“Lo nangis tadi malam.” Sambut Juni cekikikan.

“Heh!” Laki-laki itu langsung kabur setelah memberikan plastik tadi ke Nina, buat dimasukan isinya ke kulkas. “Malah gue yang masukin.”

Sebenarnya, Nina tidak masalah dengan penghuni lain kalau mau pakai atau makan makanan yang ada di kulkas, selama itu masih ada bilang.

Tak di ganti pun tak apa, toh kalo ada ya makan. Justru dia senang jika bisa berbagi..

Kata ibu, tidak salahnya jika berbagi. Karena memang tidak tau bagaimana keadaan mereka sebenarnya.

Tapi, selama ini anak-anak kost menurut Nina mempunyai ekonomi yang lebih dari cukup. Mereka tidak jarang berbagi/membawa cemilan jika pulang ke rumah. Tidak banyak, cukup untuk merasakan sedikit.

Jean dan Haris meskipun sambilan jualan online dan kerja serabutan, mereka punya latar belakang lebih dari berkecukupan. Itu cuma mengisi waktu dan tambahan uang jajan aja.

Chloe apalagi, karena berasal dari luar kota. Yang lain pun sama, mereka anak-anak yang tidak neko-neko, dan cukup pintar untuk mengatur keuangan.

Jangan tanya Shani, dia gembel.

“Shan, nitip dong.” Kata Juni waktu liat Shani bawa setrika ke kamar.

“Ogah.”

“Satu kemeja ini doang, itu setrika lo bawa ke kamar.”

In The Kost 2 (New Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang