Kalau bicara soal fasilitas, rumah kost dengan harga sebulan enam ratus lima puluh ribu cukup murah dibandingkan tempat lain biasanya hanya menyediakan kamar saja. Dengan kamar mandi ada dua di lantai bawah, satu di kamar atas begitu juga dengan toilet.Hanya saja, suasana dan penyesuaiannya yang masih belum terbiasa. Tinggal bersama lawan jenis yang seumuran itu susah, pasti ngomongnya pakai urat semua. Perlu adaptasi.
Contohnya pagi ini, hari pertama tinggal bersama satu atap, ceileh…
Suara melengking dari Nina menjadi alarm alami, sampai-sampai Shani yang masih ileran bangun.
Apa yang terjadi?
Rebutan toilet dengan Juni, tapi laki-laki itu kalah karena Nina teriak dekat telinganya. Sukur-sukur ga budek, cuma mata langsung blenger.
Di lantai atas pun sama, pekikan dari Jean terdengar waktu Yohan keluar cuma pake handuk tanpa atasan.
Pagi yang cukup damai.
“Ribut amat sih.” Sungut Shani keluar dari kamar dengan rambut mirip singa, dia menuju kardus air kemasan dan mengambilnya satu. Lalu jalan ke depan melewati keributan yang ada.
Halaman kost ini luas, mungkin bisa dijadikan lapangan basket. Kalau mau lari-lari bisa, tapi lari dari kenyataan ga bisa.
“Ah… kayanya bakal jadi rutinitas gue ke teras tiap pagi deh.” Shani bergumam sendiri setelah meminum habis segelas air kemasan.
Ada Haris dan Bayu lagi olahraga kecil sambil peregangan.
“Bukan karna Bayu, sih. Tapi Haris.” Shani ngomong lagi sambil menoleh. “Hah?!”
Dia kaget ternyata ada Chloe duduk tidak jauh darinya sambil meliriknya.
“Kirain tadi setan.”
“Sembarangan.” Sahut Chloe, ia lalu melihat ke arah yang sama dengan yang dilihat Shani.
“Enaknya cuci mata pagi-pagi…” kata Shani melihat lurus ke depan. Bukan ke depan, tapi liat Haris yang lagi push up.
Waktu pertama kali ketemu Haris kemaren, Shani bisik- ke Nina. "Dia seperti laki-laki yang matang."
Langsung di jitak sama Nina. "Lo kira dia ubi pake matang segala!"
Kalau katanya sih, jatuh cinta pada pandangan pertama. Maklum ya bisa liat yang bening selain ayahnya.
Chloe melirik Shani. “Liatnya biasa aja!” Katanya menutup mata gadis itu sampai terjungkal ke belakang, setelah itu kabur masuk ke dalam mau mandi. Handuk sudah dari tadi bertengger di pundaknya.
Shani cuma cekikikan, kemudian duduk lagi dengan benar.
“Disini ada yang jualan buat sarapan gitu gak sih?” Tanya Shani sama Doni yang baru aja keluar.
“Ada, di warung Mpok inem.”
“Hah?”
“Yang warung gede itu, warung palugada.”
Shani masih loading, maklum masih pagi otaknya belum panas. “Palugada?”
“Apa lu mau gue ada.”
“Anjir.” Doni tertawa melihat reaksi Shani.
“Beneran, apa aja di jual sama dia.”
“Jual jodoh ada gak?”
“Ga ada sih.” Sahut laki-laki itu, mukanya datar. “Mandi sana, udah pada selesai.”
“Ntar ah, mau liat Haris dulu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
In The Kost 2 (New Story)
RandomAda cerita dibalik cerita, ada kisah dibalik kisah. Masa muda yang indah mari kita ciptakan untuk dikenang nanti.