Tujuh Belas; Kebenaran

44 5 36
                                    

Shani sebenarnya tidak terlalu menggubris pesan-pesan yang ia dapati sebelumnya, namun kali ini cukup membuatnya terusik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shani sebenarnya tidak terlalu menggubris pesan-pesan yang ia dapati sebelumnya, namun kali ini cukup membuatnya terusik.

Pasalnya si pengirim pesan cukup dekat dengannya, jika dilihat bagaimana posisi foto yang dikirimkan. Meskipun waktu kirimnya tadi  pagi karena baru saja dia buka, tapi tetap saja menandakan jika mereka cukup dekat.

Saat kembali ke tempat yang sama seperti di foto, tidak ada tanda-tanda ada orang yang mencurigakan disana. Malah terlampau sepi.

“Siapa?” Gumam Shani menatap sekeliling, sampai ia terkejut hp milikinya berdering.

“Lo dimana?” Itu Nina.

Gadis itu diam tidak langsung menyahut. “Di… taman.”

Ga balik? Gue tunggu di parkiran ya.”

“Ga jadi ke toko buku?”

“Jadi, anterin lo dulu, baru ke sana.”

“Berangkat aja, nanti gue balik naik ojek aja.”

Jangan gitu ah, masa yang punya motor ngojek. Gue tunggu, cepetannn!”

“Gue… ada yang mau di urus dulu, ntar gue chat kalau udah.”

“Dih! Ayo, gue tinggal beneran deh.”

“Udah dibilang pergi aja.”

“Jangan balik ngojek ya, awas!”

“Enggeh ndoro.” Shani langsung mematikan sambungan mereka.

Nina jadinya mencak-mencak, mau nyusul Shani tapi temennya udah nunggu. Mau ga mau juga akhirnya dia berangkat bawa motor Shani.

Karena motornya tiba-tiba aja bocor, dibawa ke bengkel. Dia ada kuliah pagi, jadilah nebeng Shani dulu.

Sementara itu, Shani mondar-mandir dengan ponsel di telinganya. Sampai dia berhenti karena telponnya tersambung.

“Bay, dimana?”

“Baru kelar, kenapa?”

“Ada yang mau gue omongin.”

“Soal?”

“Isi kotak tadi malam, ketemu di cafe Bintang aja, ya.”

“Oh oke, gue jemput.”

“Ga perlu, ketemu disana aja.”

***

“Sorry, macet anjay!” Kata Shani pas baru sampai. Bayu sudah duluan.

“Dijemput tadi ga mau. Pesen dulu.” Gadis itu terkekeh.

Sambil menunggu pesanan datang, Shani mengeluarkan dompet yang berisi alat tulisnya.

“Isi kotak itu cuma kertas kecil ini, sama kotak ini.” Kata Shani mengeluarkan sebuah kotak kecil terbuat dari plastik yang biasa tempat manik-manik.

In The Kost 2 (New Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang