**
Manajer Kim menyetir menuju jalan menanjak yang berkelok dan masuk ke area jembatan, sesekali dia melirik Jian dan Seward lewat kaca spion. Di kursi tengah Jian cemberut seraya mengusap lengannya yang memerah karena ditarik cukup kuat oleh Seward. Yah benar, mobil van hitam itu adalah mobil yang membawa lima anggota grup idol termasuk Seward. Sementara itu, empat anggota grup lainnya hanya diam, tidak ingin ikut campur.
Seward kelewat kesal dan cemburu melihat Jian dengan seorang pria di tempat penyewaan yacth yang dia lihat dari dalam mobil. Perasaan cemburu yang memicu tindakan impulsifnya menarik Jian masuk ke dalam mobil hingga membuat lengan gadis itu memerah.
Awalnya Jian kira dia akan diculik dan mungkin juga dijual. Tapi, saat melihat sorot mata Seward yang tampak marah, Jian menciut ketakutan.
"Kenapa kau bisa ada di sana?" tanya Seward dengan suara rendah yang membuat Jian meremang.
Jian takut, dia bungkam dan mengulurkan kertas kusam berisi alamat yang tanpa sadar diremasnya sejak tadi.
Seward bingung, dia kembali bertanya dengan nada menohok. "Ada hubungan apa kau dengan manajer penyewaan yacth itu?"
Terdengar amat salah di telinga Jian, seolah-olah Jian sedang berselingkuh dan hobi memasarkan tubuhnya pada banyak pria.
"Dia mantan pacar bibiku, aku ke sana ingin mencari tahu tentang bibiku." Jian berusaha menjaga suaranya tetap stabil kendati dia sangat ingin menangis.
"Lalu?"
"Bibiku menghubunginya terakhir kali lima bulan lalu. Dia meminta nomor ponselku agar dia bisa menghubungiku nanti kalau bibiku kembali menghubunginya." Jian melirik Seward, melihat mata pria itu yang masih tampak marah. "Aku tentunya tidak akan main mata dengan pria lain Seward, memangnya aku punya kuasa untuk melakukan itu?"
Seward menghela napas pelan. Dia mengusap lengan Jian yang memerah akibat ulahnya. "Maaf Jian. Ini pasti sakit," katanya terdengar menyesal.
"Tak apa." Jian menepis tangan Seward tanpa sadar, dia lalu mencondongkan badan ke depan. "Manajer Kim, bisa turunkan aku di tepi jalan sana, aku ingin pulang."
"Kau bisa ikut Jian," sahut Seward, suaranya melembut. Sepertinya dia sudah tidak marah lagi.
"Tidak, aku mohon. Turunkan aku di sana manajer Kim, tolong."
Manajer Kim melirik Seward lewat kaca spion. Pria itu mengangguk memberi kode kalau dia setuju.
"Baiklah," kata manajer Kim.
Mobil lalu menepi, Jian kemudian turun. Sebelum menutup pintu mobil dia membungkuk dan mengucapkan terima kasih dengan canggung. Setelahnya Jian langsung berbalik dan pura-pura berjalan menuju halte bus yang tak jauh dari sana. Air mata yang sejak tadi ditahan akhirnya luruh membuat kedua pipi Jian basah.
Saat dirasa mobil van hitam itu menjauh, Jian pun jatuh terduduk di trotoar. Dia tersedu. Mengusap lengannya yang masih memerah. "Jahat sekali." Dia tidak menyangka jika Seward akan berbuat seperti itu. Padahal kemarin dia baru merasa kalau Seward adalah pelipur hatinya. Tapi, ternyata sama saja. Hati Jian sakit. Lebih sakit daripada sakit yang terasa di kepalanya. Agaknya itu karena sejak siang Jian berada di jalanan dan terpapar sinar matahari tanpa perlindungan.
Jian singgah sebentar di apotik untuk membeli obat sakit kepala. Setelah itu barulah dia naik bus dan pulang. Dia merasa enggan kembali ke apartemen Seward sebenarnya, tapi pria itu mengirim pesan kalau dia tidak akan pulang malam ini.
"Baguslah," gumam Jian. Dia juga tidak tahu harus memperlakukan Seward seperti apa jika pria itu pulang malam ini.
**
Date : 6 Agustus 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Bill, Sir (✔)
Fanfiction[Completed] [Fanfic SCOUPS Seventeen] Pertengkaran malam itu, membawa Jian terbang ke Korea Selatan seorang diri. Hatinya hancur melihat ayahnya akan menikah dengan wanita lain padahal tanah makam ibunya masih basah. Seolah belum cukup menderita, Ji...