**
Karin adalah cucu pemilik toko alat tulis di sebelah sekolah Jian. Umurnya dua tahun di atas Jian. Dia seumuran Jerry dan semasa sekolah, Jerry dan Karin berteman dengan akrab. Keduanya terpisah ketika Jerry memutuskan untuk berkarier di dunia militer. Sejak saat itu, Jian kerap melihat Karin bersama Jeremy. Hingga Karin datang ke rumahnya dan mengatakan kalau dia akan menjadi ibu tiri Jian.
Tidak seperti yang Jian lihat terakhir kali, kini Karin sudah seperti gadis yang dia kenal. Dandanannya natural dan dia tidak memaksakan diri memakain pakaian ketat yang menjijikan itu.
"Halo calon ibu tiri tidak jadi," sapa Jian.
Karin tersenyum masam. "Halo Jian, Jerry."
Di bawah remang lampu kelab malam, wajah Karin tampak teduh. Dia mengenakan gaun hitam longgar yang mengingatkan Jian pada sosok gadis penyendiri keturunan penyihir tanpa mengenakan riasan mata hitam.
"Mari kita percepat, bisa ceritakan lebih lengkap rencana Jeremy yang kau ketahui itu."
"Tentu."
Seperti yang Jerry sudah ceritakan, apa yang Karin ucap sama persis. Bedanya Karin membeberkan niat tersembunyi para pria berbadan besar yang ingin menggunakan artis sebagai mainan mereka. Tulang punggung Jian terasa dingin, dia tidak ingin orang-orang yang dikenalnya merasakan hal yang pernah dia alami.
"Kita harus mempercepat rencana kita."
Jerry mengangguk. Kengerian terpancar di wajahnya. Entah apa yang pernah dia alami, Jian tidak tahu dan memutuskan menanyakan hal itu nanti.
Awalnya mereka akan melaksanakan rencana dua minggu usai melubang langit-langit ruang latihan tari. Kini terhitung tiga hari sudah berlalu sejak langit-langit ruang latihan tari itu dilubangi.
"Kita bisa melakukannya ketika Jeremy pulang dari Jeju."
"Kenapa dia masih menyempatkan diri untuk berlibur ke Jeju?"
"Mereka bukan liburan, tapi menjemput paket obat-obatan yang diselundupkan dalam salah satu kapal yang akan berlabuh di Jeju malam ini," jawab Karin.
"Ah sialan."
"Jadi, kapan dia akan kembali?"
"Besok."
"Oke, kita akan melakukannya besok."
Jian memutuskan untuk tidak pulang. Jerry juga sama. Mereka akan bermalam di kantor agensi dan menunggu pagi untuk melaksanakan rencana tersebut. Na Hyeri pun datang membawakan mereka pakaian ganti.
"Kalian harus makan, ayo kita makan daging malam ini," ajak wanita itu.
Restoran tujuan mereka ada di belakang kantor agensi. Restoran itu menjadi langganan beberapa artis, termasuk grup idol Seward. Tanpa sengaja Jian bertemu dengan manajer Kim di pintu masuk restoran. Itu artinya Seward atau member yang lain sedang makan di dalam restoran.
Malam ini, restoran itu penuh. Banyak para pekerja kantoran yang datang untuk menikmati daging panggang dan soju. Hanya ada satu meja tersisa tepat di sebelah rombongan Seward. Jian menengok ke meja sebelah, mereka hanya berlima tidak bertiga belas. Ada Seward yang langsung menyadari kehadiran Jian ketika gadis itu baru saja menaruh bokong di kursi, lalu ada Woozi, Mingyu, Dokyeom dan Dino.
Jian mencuri pandang pada Seward yang juga melakukan hal yang sama. Pria itu mengenakan pakaian santai, t-shirt putih dan celana olahraga. Tampak tampan seperti biasa.
Tiba-tiba Jerry mengulurkan ponsel. "Dad ingin bicara padamu Jessie."
Jian lalu menempelkan ponsel di telinganya.
"Sayang, maafkan Dad."
Jian menunduk, melihat lipatan rok yang dikenakannya. "Aku tidak akan kembali ke Colorado."
Suara helaan napas terdengar diujung sambungan. "Baiklah jika itu yang kau inginkan. Dad yang akan ke sana menjemputmu."
"Menjemput wanita sialan itu?" tanya Jian memastikan tanpa maksud apa-apa.
"Bukan sayang, menjemput dirimu dan Jerry. Kalian harus kembali."
"Aku tidak ingin kembali." Colorado memang tempat yang indah, tempat dia dilahirkan dan rumah yang hangat sebelum ibunya pergi meninggalkan dunia ini.
"Setidaknya kau selesaikan kuliahmu Jessie." Ayahnya terdengar lelah. Jian jadi kasihan.
"Apa Dad hanya ingin menceramahiku?"
"Tidak. Dad ingin meminta maaf."
"Dad jahat." Jian bersusah payah menahan air mata. Dia sadar rombongan di meja sebelah menaruh perhatian padanya.
"Maaf sayang. Sungguh ... maaf."
Jian hanya diam tak membalas. Di ujung sambungan juga hening. Baru saja dia ingin mengulurkan ponsel pada Jerry. Suara ayahnya kembali terdengar. "Jessie dengarkan nak, Dad tidak ingin kau terluka di sana. Turuti perkataan kakakmu dan bibimu. Jangan bertindak impulsif dan ceroboh."
**
Date : 4 September 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Bill, Sir (✔)
Fanfiction[Completed] [Fanfic SCOUPS Seventeen] Pertengkaran malam itu, membawa Jian terbang ke Korea Selatan seorang diri. Hatinya hancur melihat ayahnya akan menikah dengan wanita lain padahal tanah makam ibunya masih basah. Seolah belum cukup menderita, Ji...