**
Urusan kontrak dan semacamnya berlangsung cepat dan mudah. Poin-poin yang tertera dalam surat kontrak tak begitu memusingkan. Mereka hanya meminta Jian tutup mulut dan tidak menyebarkan pekerjaannya sebagai gadis sewaan Seward Choi atau idol dengan nama panggung Scoups itu.
Pembicaraan tentang kontrak dilakukan di dalam mobil van putih. Di mana Jian dan manajer Seward duduk di kursi tengah sedangkan Seward duduk menyamping di kursi depan dengan pandangan tak teralihkan dari Jian.
"Apa kau punya ponsel?" tanya manajer Kim, yang memperkenalkan namanya pada Jian sebelum mengeluarkan surat kontrak.
"Punya." Jian mengeluarkan ponsel 2G yang diberikan secara gratis oleh pemilik apartemen yang disewanya.
Seward tergelak melihat ponsel Jian. "Memangnya ada manusia zaman sekarang yang memiliki ponsel seperti itu?"
Jian mendengus. "Ada. Aku orangnya. Dengan ponsel ini aku tidak akan bisa menyebarkan foto atau apapun terkait pekerjaanku ke media sosial." Tentu saja karna ponsel itu tidak tersambung dengan internet dan hanya bisa digunakan untuk menelpon dan mengirim SMS.
Surat kontrak telah ditandatangani dan diberi cap jempol sebagai tanda pengesah. Manajer Kim meminta Seward untuk mengenalkan Jian pada teman-temannya.
"Kenapa harus?" tanya Seward seperti tidak terima memperlihatkan mainan barunya pada pria lain, sekalipun itu anggota grup idol yang sudah dianggapnya sebagai keluarga.
"Harus. Karena pekerjaannya tidak jauh dari statusmu sebagai idol," jawab manajer Kim tegas tak bisa dibantah lagi oleh Seward.
Oleh sebab itu, masalah ponsel 2G milik Jian kembali berlanjut. Mereka juga mempertanyakan hal yang sama. Namun, salah satu dari mereka bersikeras ingin tahu masa lalu Jian dengan alasan agar bisa saling mempercayai satu sama lain. Nama pria itu Yoon Jeonghan.
Mau tak mau Jian membuka kotak pandoranya yang selama ini dia tutup rapat-rapat bahkan dari wanita penyewa apartemen yang kerap menggosip dengannya.
"Kau perlu uang untuk apa? Kuliah? Bertahan hidup?" tanya Jeonghan.
"Untuk mencari koperku yang hilang."
"Bagaimana bisa koper itu hilang?" tanyanya lagi.
Jian menghela napas. Masih tergambar jelas malam ketika dia bertengkar hebat dengan ayahnya dan kenekatannya ke bandara serta membeli tiket pergi ke Korea Selatan. "Aku hanya gadis nakal yang kabur dari rumah. Koperku dirampas sesaat aku turun dari taksi di Seoul. Semua barang-barangku ada di sana."
"Dari mana asalmu?" tanya seorang pria yang dengan suara lembut. Nada bicaranya berbeda dengan Jeonghan.
"Colorado."
Pria itu terkesiap, sorot matanya yang sejak awal lebih bersahabat jadi melembut seolah bertemu dengan teman seperantauan. Di lain hari, Jian mengingat nama pria itu, Joshua Hong, kampung halamannya di Los Angeles.
"Lalu kenapa kau bisa ke Korea Selatan dan kau bisa berbicara fasih dengan bahasa Korea, apa kau keturuan Korea?" tanya pria yang paling pucat.
"Yah, ibuku orang Korea."
"Kau di sini tidak tinggal bersama ibumu?" tanya pria yang berkacamata.
"Ibuku sudah meninggal satu bulan yang lalu."
Sentakan napas terdengar, salah satunya dari Seward. Jian bisa merasakan genggaman tangan pria itu mengetat.
"Apa kau tinggal dengan keluarga ibumu di sini?"
"Tidak. Aku tinggal sendiri. Ibuku punya adik, sayangnya dia menetap di Miami. Aku tidak bisa menghubunginya karena ponselku hancur dilempar ayahku."
"Kenapa kau kabur dari Colorado?" Jeonghan kembali bertanya.
Jian meringis. Dia mengusap pelipisnya pening harus membongkar semua hal yang dia simpan kepada para pria penasaran di hadapannya.
"Karena ... ayahku ingin menikah lagi dengan wanita muda yang umurnya hanya dua tahun lebih tua dariku."
"Sudah jangan menanyainya lagi." Seward mengambil alih. Dia merangkul Jian dan membawanya keluar restoran tempat para idol itu berkumpul.
"Maafkan mereka," ucap Seward merasa bersalah.
Jian menggeleng. "Tak apa, toh hal itu memang perlu aku katakan kepadamu. Kau perlu tau agar bisa percaya kepadaku seperti isi kontrak itu."
"Meskipun kau tidak membicarakannya, aku akan tetap percaya padamu Jian."
Jian mengernyitkan kening, tidak mengerti dengan Seward yang bisa begitu mudahnya percaya kepada orang asing seperti dirinya. Jian ingin mempertanyakan hal itu, tapi dia mengurungkan niat.
Sampai di malam kedua mereka bersama di atas ranjang, akhirnya Jian tahu kenapa Seward bisa menaruh rasa percaya kepadanya.
"Matamu, kau punya mata yang jernih dan jujur saja aku langsung terpikat. Kepercayaan itu datang ketika mendengar kau bicara begitu lugas. Dan setiap pria pasti tahu mana gadis yang sering disentuh pria lain dan mana yang tidak," kata Seward sebelum jatuh terlelap.
**
Date : 1 Juli 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Bill, Sir (✔)
Fanfic[Completed] [Fanfic SCOUPS Seventeen] Pertengkaran malam itu, membawa Jian terbang ke Korea Selatan seorang diri. Hatinya hancur melihat ayahnya akan menikah dengan wanita lain padahal tanah makam ibunya masih basah. Seolah belum cukup menderita, Ji...