**
Cat di dinding kamar tampak terkelupas usai benda kotak yang disebut ponsel pintar mendarat di sana lalu jatuh ke lantai secara mengenaskan dengan bagian-bagiannya pecah berhamburan.
Jian terkesiap. Menatap nanar ponselnya yang sudah tak terbentuk. Meski dia masih punya ponsel lain, tapi apa yang baru saja dilakukan ayahnya lebih menyakitinya. Jian pun murka. "Daddy jahat! Aku bakal pergi dan gak akan kembali lagi!"
Lalu kelopak matanya membuka, hal pertama yang dia lihat adalah langit malam dan lampu-lampu di gedung sebrang dari jendela yang tirai tidak tertutup.
Kemudian, hal kedua yang disadarinya adalah deru napas hangat di tengkuknya. Serta lengan yang menjadi alas kepalanya. Sekejap wajahnya merona mengingat pergulatan panas semalam.
Jian berbalik dengan gerakan pelan takut membangunkan pria di sebelahnya. Dia menurunkan lengan pria itu ke sisi tubuhnya, lalu menarik bantal untuk alas kepala.
Jian menatap lamat wajah pria itu. Namanya Seward Choi. Dia memiliki nama panggung dan nama asli yang berbeda.
Fitur wajahnya tergas, dengan rahang yang membentuk ketampanan yang berkali-kali lipat. Kedua alisnya tebal, mengingatkan Jian pada aktor film berdarah Timur Tengah. Dari semua keindahan itu yang paling Jian suka adalah bibirnya. Tebal dan gemuk begitu lembut yang bisa berubah ganas jika nafsu mengambil alih. Meski begitu, Jian tetap menyukainya.
Di sudut hatinya Jian tidak menyesal harus pergi dari kediaman mewah Ayahnya di Colorado dan sempat terlunta-lunta karena dirampok tunawisma sampai dia bertemu dengan Seward Choi di sebuah kelab malam di daerah Gangnam.
Seolah diselamatkan dari mimpi buruk dan dibawa menyebrang jembatan menuju mimpi indah, Seward Choi memberikan kemewahan untuk Jian. Tentu tidak secara cuma-cuma, Jian harus selalu siap jika Seward menginginkannya di ranjang. Yah, bisa dibilang Jian adalah sugar baby dan Seward adalah sugar daddy. Kendati masih muda dan Seward belum menikah.
Seward menggeliat pelan saat tangan Jian mengusap bibirnya. Dia tersenyum dengan mata tetap terpejam. "Sesuka itu ya sama bibirku?"
Jian terkekeh. "Lebih dari suka," jawabnya.
Seward memindahkan tangan Jian dari wajahnya dan menarik tubuh gadis itu mendekat. Dia membuka matanya sedikit untuk memastikan posisi bibir Jian lalu mengecupnya.
"Kenapa bangun? Belum pagi," ujarnya dengan suara serak.
"Mimpi buruk," balas Jian seperti biasa.
Masa lalu yang mengubah hidupnya seperti saat ini meski Jian bersyukur bisa bertemu Seward memang patut disebut sebagai mimpi buruk. Kejadian itu akan selalu membekas di hati Jian dan tidak akan terlupakan hingga beberapa kali sukses masuk ke dalam mimpinya berbaur dengan kejadian absurd yang diatur alam bawah sadar.
Jian jarang bermimpi, tapi sejak dia memilih pergi ke Korea Selatan meninggalkan ayahnya, dia jadi sering berjumpa dengan bunga tidur. Meski begitu, Seward akan selalu menenangkannya. Padahal Jian tidak pernah bercerita apa-apa soal mimpinya. "Pergilah, pergi, jangan ganggu Jianku lagi," ucap Seward seraya menghalau angin di kepala Jian.
Konyol. Jian tertawa diikuti kekehan Seward.
"Tidur lagi ya, aku masih ada jadwal jam 10, jangan lupa bangunkan aku jika kau lebih dulu bangun."
"Oke." Jian menyetujuinya lalu mengecup kening Seward sebagai ucapan selamat tidur.
Meski Jian selalu tahu, di pagi hari nanti bukan Jian yang akan membangunkan Seward.
**
Date : 18 Juni 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Bill, Sir (✔)
Fiksi Penggemar[Completed] [Fanfic SCOUPS Seventeen] Pertengkaran malam itu, membawa Jian terbang ke Korea Selatan seorang diri. Hatinya hancur melihat ayahnya akan menikah dengan wanita lain padahal tanah makam ibunya masih basah. Seolah belum cukup menderita, Ji...