Extra Chapter : Perahu Kecil di Tengah Danau

23 5 1
                                    

Jian begitu bersemangat mengamati buah jeruk yang sudah matang lalu memetiknya. Dalam sekejap, keranjang buahnya sudah penuh dengan buah jeruk yang matang sempurna.

"Sayang kau tidak disuruh untuk memetik semuanya." Seward terkekeh pelan, dia mendekat dengan sekeranjang penuh buah jeruk juga, lalu menaruhnya di sebelah keranjang buah Jian.

"Ini menyenangkan, sungguh! Apa kita tidak bisa membawa semuanya pulang? Kita bisa membagikannya untuk semua orang."

"Aku senang jika kau juga senang. Tapi, kita tidak bisa membawa semuanya." Seward menahan tangan Jian yang sudah siap memetik buah jeruk lagi. "Sudah ya, sayang."

Jian cemberut tak urung menurut. Membiarkan Seward membawa dua keranjang buah sekaligus ke area belakang restaurant. Pemilik restaurant menyambut riang keduanya. Tentu saja karena mereka tidak perlu susah payah memanen buah jeruk lagi. Seward lalu meminta sebagian buah jeruk itu untuk dibawa pulang.

Selain aktifitas alam seperti memetik buah jeruk, restauran tersebut masih memiliki aktifitas lainnya. Salah satunya adalah bermain perahu di danau luas di belakang restauran. 

Untuk menuju area danau tersebut, Jian dan Seward harus berjalan selama lima menit. Keduanya sempat berhenti untuk mengambil gambar bersama di sisi jalan yang dipenuhi tumbuhan bebungaan, tanaman bonsai yang dibentuk beragam serta pepohonan rindang yang tampak epik dipotret.

"Kau tampak cantik di foto ini," ucap Seward.

"Tentu saja. Aku kan memang cantik," balas Jian seraya mengibaskan rambutnya dengan centil.

Danau itu begitu luas, Jian bahkan tak bisa melihat ujung danau tersebut. Ada dua perahu yang tertambat di pelabuhan kayu di tepi danau. Mereka berdua dibantu anak pemilik restoran yang memberikan pengarahan sebelum bermain perahu.

"Selamat bersenang-senang," ucap anak pemilik restoran seraya mendorong perahu menjauhi pelabuhan.

"Satu, dua, satu, dua," ucap Seward memberi arahan mendayung pada Jian.

Jian mengikuti di belakang. "Ini seru!" ucap Jian senang dan tergelak.

"Kau memang suka melakukan kegiatan di luar ya daripada berdiam diri di rumah?"

"Dua-duanya aku suka asal melakukannya bersamamu."

Mendengar jawaban Jian itu, Seward sontak menoleh ke belakang yang membuat perahu berguncang.

"Hei! Jangan menoleh tiba-tiba begitu, nanti kita jatuh!" Jian berteriak panik. Tangannya langsung memegang pinggiran perahu.

"Salah kau sendiri, kenapa berkata manis seperti itu!" Seward protes. Sudah menoleh ke depan dan ikut memegang pinggiran perahu agar tidak terguncang lagi.

"Aku tidak berkata manis. Aku hanya bicara yang sebenarnya."

"Tapi perkataanmu membuat aku berdebar."

"Ah, salahkan sendiri kenapa jantungmu baperan."

"Hei! Mana bisa aku menyalahkan jantungku sendiri!" Seward menoleh ke belakang sekali lagi. Tidak tiba-tiba seperti tadi, jadi perahu tidak terguncang.

Jian terhenyak saat menatap wajah Seward yang memerah. "Kau merona Choi Seward. Menggemaskan sekali," kata Jian.

Seward langsung memegang wajahnya. Kedua pipinya terasa hangat. Jantungnya berdebar semakin keras. Tiba-tiba dia merasa malu dan menutup semua wajahnya dengan kedua tangan.

"Jangan malu," ucap Jian. Gadis itu menurunkan kedua tangan Seward dari wajahnya. Dia lalu mendekat dan mengecup sekilas pipi pria itu.

"Apa yang baru saja kau lakukan?"

"Menciummu."

"Kenapa?"

"Karena kau menggemaskan."

Seward berdecak. Dia bersusah payah menahan diri. "Jian sepertinya kita harus menepi. Aku tidak tahan." Seward ingin balas mencium Jian juga.

"Tidak tahan? Oh, kau ingin ke toilet ya?" Jian pura-pura tidak mengerti. Dia mengulum bibir, menahan tawa. "Baiklah, kandung kemih yang penuh memang harus segera dikosongkan."

"Jian jangan pura-pura tidak tahu!" Seward protes, dia cemberut dan menggembungkan pipinya sebal, serta memajukan bibirnya yang membuat pria itu makin menggemaskan.

Jian tergelak. Dia sengaja tidak mendayung perahu dan membiarkan Seward yang mendayung sendirian. Posisi Seward yang duduk di depan tentu tidak tahu kalau Jian sama sekali tidak menggerakkan dayungnya. Namun, kelakuan Jian yang curang itu akhirnya ketahuan oleh Seward.

"Bisa-bisanya kau membiarkan aku mendayung sendiri? Awas saja kau Na Jian, aku akan mencium bibirmu sampai bengkak!" ancam pria itu murka.

**

Your Bill, Sir (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang