**
Setelah menurunkan Jian di tepi jalan. Jeonghan yang duduk di kursi belakang terus memperhatikan Jian sampai melihat gadis itu terduduk di trotoar. "Kau sudah keterlaluan," ucapnya.
Seward mengusak rambutnya frustasi. "Iya aku tahu."
"Bagaimana kau bisa menghadapinya di rumah nanti coups hyung?" tanya Dino.
"Aku tidak akan pulang," jawab Seward bertekad.
Dua hari pun berlalu. Tidak pulang ke apartemen selama berhari-hari sudah biasa Seward lakukan. Bermalam di studio rekaman bukan hal baru baginya. Tapi kini dia melakukan semua itu dengan alasan berbeda.
Kalau dulu dia melakukannya karena pekerjaan, tapi kini karena dia perlu menghindar dari Jian setelah apa yang dia lakukan pada gadis itu.
"Kau memang membayar dia, tapi bukan seperti itu memperlakukan seoang perempuan. Aku kira kau menyayanginya Seward." Pada malam kedua Seward bermalam di studio, manajer Kim menemuinya. Masih ada beberapa member di studio sebab mereka baru selesai merekam lagu unit.
"Iya, aku menyayanginnya. Aku hanya takut dia berubah pikiran dan pergi meninggalkanku hyung. Dia bukan gadis biasa. Dia bahkan memiliki sertifikat musik dengan nilai sempurnah dari tempat les ternama di Amerika. Dia bisa saja mencari pekerjaan lain dan tidak membutuhkanku lagi."
Manajer Kim menghela napas panjang. Dia tahu soal itu karena Seward dan juga beberapa member sudah bercerita tentang penemuan koper pink Jian. Tapi, dia tidak yakin kalau Jian akan berbuat seperti yang Seward takutkan. Namun, dia tidak bisa bicara seperti itu di depan Seward sekarang.
"Kau tau coups, saat aku menghubungi Jian untuk minta diajari coding, dia mengatakan kalau dia akan melakukannya jika kau mengijinkannya." Wonwoo angkat bicara.
Dia memang pernah menghubungi Jian secara pribadi untuk diminta mengajari program coding yang pernah Jian lakukan di laptopnya yang membuat Wonwoo berdecak kagum. Tapi, dia belum sempat mengatakan hal itu pada Seward karena jadwal kerja mereka yang begitu padat.
"Benar, dia juga selalu menolak ajakanku bermain skateboard bersama para penari lain karena takut kau akan marah." Vernon menimpali.
Seward makin merasa bersalah. Dia sangat amat keterlaluan. Sudah memarahi Jian dan mengira gadis itu main belakang. Dia tidak tahu sampai kapan dia bisa menghindari Jian dengan tidak pulang seperti ini. Jian pasti tidak akan tinggal diam. Gadis itu pintar, dia pasti akan menemuinya dan mempertanyakan persoalan kontrak yang terjalin antara dia dan Seward.
Tepat lima hari Seward tidak pulang ke apartemen. Dia juga tidak menghubungi Jian lagi setelah pesan di hari itu. Meski begitu, Seward tak pernah absen memesan makanan yang dia alamatkan ke apartemennya untuk makan malam Jian.
Sampai hari itu tiba, Jian datang. Dia tahu kalau hari ini seluruh member sedang ada jadwal rekaman di studio. Di lorong menuju studio, Jian tersenyum menyapa beberapa orang yang dia kenal. Lalu dia bertemu dengan Jeonghan yang langsung mengantarkannya ke studio rekaman.
"Di dalam tidak ada member selain Seward dan Woozi. Kau bisa menunggu di dalam." Jeonghan lalu membuka pintu studio untuk Jian.
"Terimakasih Jeonghan."
Pria itu mengangguk kemudian berlalu.
Seward tak menyadari kehadiran Jian, hanya Woozi yang tahu. Dia tersenyum melambaikan tangan. "Duduk saja di mana pun kau suka. Ini pengambilan rekaman terakhir. Semua member telah pergi makan siang."
Jian menurut, duduk menunggu Seward. Beberapa menit kemudian, rekaman usai. Woozi sibuk dengan komputernya, mungkin sedang menyimpan hasil rekaman hari ini ketika Seward keluar dari ruang rekaman dan menemukan Jian.
"Jian?" Dia termangu. Meski sudah menduga kalau Jian akan menemuinya, tapi Seward tak menyangka gadis itu akan datang sekarang.
Woozi langsung beranjak. Dia ingin memberikan pasangan itu ruang pribadi. "Kalau begitu aku pergi dulu."
Namun, Seward menahannya. Dia tidak bisa jika ditinggal berdua saja dengan Jian. "Tidak Woozi, dia hanya sebentar di sini."
"Ada yang harus kita bicarakan." Jian buka suara.
"Tidak ada. Sebaiknya kau pulang, kita akan bicara di rumah nanti."
"Bagaimana bisa kita bicara, sudah lima hari kau tidak pulang. Jangan konyol Seward!"
"Konyol? aku?"
"Iya! Bagaimana bisa kau melakukan ini padaku? Jika kau tetap tidak pulang, lebih baik putuskan saja kontraknya." Jian marah.
Seward tersentak. Jika kontrak diputuskan itu artinya Jian akan benar-benar pergi meninggalkannya. "Tidak, tidak bisa begitu."
Saat Seward sedang memikirkan kalimat penyangkalan yang tepat, pintu studio tiba-tiba dibuka dari luar.
Seseorang masuk lalu membungkukkan badan. "Permisi, ini pesanan kopi kalian. Maafkan kami terlambat."
Ternyata dia adalah salah satu pegawai di kafe yang berlokasi di sebelah studio. Kafe langganan Woozi. Tadi, dia sempat memesan beberapa gelas kopi untuknya dan juga para member yang lain. Woozi buru-buru menerima pesanannya itu dan membayar secara tunai. Dia merasa geli karena perdebatan Jian dan Seward harus terhenti padahal tadi sedang seru-serunya.
Namun tiba-tiba saja Jian menangis. Bukan karena Seward tapi karena wanita yang mengantarkan pesanan Woozi yang ternyata adalah bibinya Jian.
"Bibi?" panggil Jian tidak percaya.
Awalnya dia tidak terlalu memperhatikan orang itu sebab pencahayaan yang remang di dalam studio. Tapi ketika mendengar suara yang familiar, dia kontan menoleh dan matanya langsung membesar saat melihat keponakannya yang dia cari selama ini berada di hadapannya.
"Astaga! Jessie! Bagaimana bisa kau ada di sini?"
**
Date : 9 Agustus 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Bill, Sir (✔)
Fanfic[Completed] [Fanfic SCOUPS Seventeen] Pertengkaran malam itu, membawa Jian terbang ke Korea Selatan seorang diri. Hatinya hancur melihat ayahnya akan menikah dengan wanita lain padahal tanah makam ibunya masih basah. Seolah belum cukup menderita, Ji...