Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
♡♡♡
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sebelum membaca part delapan ini, alangkah baiknya kalian membaca virtual conversation 03 diinstagram @seraonlybe
https://ln.run/lrgEV (Link instagram post)
────୨ৎ────
Malam ini, kediaman megah keluarga Pramoedya tampak lebih hidup dari biasanya. Lampu-lampu kristal menerangi ruang makan luas yang didominasi furnitur antik warisan keluarga. Aroma lezat hidangan Indonesia bercampur dengan wangi bunga segar yang enghiasi meja makan panjang.
Briana mengenakan dress hitam elegan, berdiri di dekat pintu masuk, menyambut tamu istimewa mereka malam ini. Jantungnya berdegup sedikit lebih kencang saat mobil hitam mengkilap berhenti di depan lobi rumah.
Damien keluar dari mobil, tampak menawan dalam setelan jas hitamnya. Ia tersenyum lebar saat melihat Briana. Briana masih saja terpana hanya dengan melihat sosok Damien berjalan kearahnya. Lima tahun tidak bertemu membuat banyak sekali perubahan pada sosok yang sangat ia itu.
Tubuhnya semakin tinggi tegap, berapa kira kira? 190 cm? ditambah tubuh atletisnya yang dibalut jas formal. Siapapun yang melihat pasti akan terpesono dengan gapura kabupaten yang satu itu.
"Selamat malam, Bri" sapanya sopan, namun dengan kilatan jahil di matanya.
Mereka berjalan bersisian memasuki rumah. Briana bisa merasakan tatapan tajam eyangnya, Benjamin, yang sudah menunggu di ruang tamu bersama Brawijaya, ayah Briana.
Benjamin hanya mengangguk kaku, sementara Brawijaya menjabat tangan Damien dengan senyum diplomatis. "Selamat datang, Damien. Mari, kita ke ruang makan."
Makan malam berlangsung dalam suasana yang cukup kaku. Percakapan didominasi oleh obrolan bisnis ringan antara Damien dan Brawijaya, sesekali diselingi komentar singkat dari Briana. Benjamin lebih banyak diam, matanya tak lepas mengawasi Damien.