Briana menutup wajahnya dengan kedua tangan, mengerang pelan. Bagaimana ia bisa berakhir di sini? Di ranjang Apartemen Damien? Ia merasa sangat malu dan frustasi memikirkannya."Tolol," gumamnya pada diri sendiri. "Kenapa gue bisa setolol ini sih?"
Mengingat fakta bahwa dialah yang memulai ciuman itu.
Briana menggigit bibir, merutuki kebodohannya. Bagaimana ia bisa kehilangan kendali seperti itu? Ia selalu menganggap dirinya sebagai wanita yang rasional dan terkontrol. Tapi semalam, semua prinsipnya seolah lenyap begitu saja.
"Apa yang harus gue lakuin sekarang?" bisiknya pada diri sendiri. Ia tidak bisa terus-terusan bersembunyi di balik selimut. Cepat atau lambat, ia harus menghadapi Damien dan situasi canggung ini.
Briana memejamkan mata, mencoba menenangkan diri. Mungkin ia bisa menyelinap keluar sebelum Dammien masuk ke kamar ini. Ya, itu ide bagus. Ia akan pergi diam-diam, lalu besok berpura-pura seolah tidak terjadi apa-apa di kantor saat bertemu.
Baru saja Briana hendak bangkit, ia mendengar suara langkah kaki mendekat. Jantungnya berdebar kencang. Tanpa pikir panjang, ia kembali berbaring dan menarik selimut hingga menutupi kepalanya. Ia membalikkan badan memunggungi pintu, berpura-pura masih terlelap.
Pintu kamar terbuka perlahan. Briana menahan napas, berusaha agar tubuhnya tetap tidak bergerak. Ia bisa mendengar langkah kaki Damien memasuki ruangan, diikuti suara gelas diletakkan di atas nakas.
"Briana?" panggil Damien lembut. "saya membawakanmu susu stroberi."
Briana tetap diam, berpura-pura tidak mendengar. Namun sepertinya usahanya sia-sia. Damien terlanjur menangkap gerakan kecil tubuhnya saat ia menarik napas.
"saya tahu kamu sudah bangun," ujar Damien, ada senyum dalam suaranya.
Briana merutuk dalam hati. Kenapa Damien harus sepeka itu?
Ia merasakan kasur bergerak saat Damien duduk di tepinya. Jantung Briana berdegup semakin kencang. Apa yang harus ia lakukan sekarang?
"Bri..." Damien berbisik lembut. Tangannya perlahan menyingkap selimut yang menutupi tubuh Briana.
Briana memejamkan mata rapat-rapat, masih berpura-pura tidur meski tahu usahanya sia-sia. Ia bisa merasakan tatapan Damien membelai wajahnya, membuatnya merasa semakin gugup.
Tiba-tiba, briana merasakan sentuhan lembut di punggungnya. Damien mengecup bahunya dengan penuh kelembutan. Sensasi itu membuat seluruh tubuh Briana bergetar.
"Selamat pagi, my beautyfull angel," bisik Damien di telinganya.
Itu sudah cukup. Briana tidak tahan lagi. Ia bangkit tiba-tiba, membuat Damien terkejut dan hampir terjatuh dari tepi ranjang.
"kurang ajar lo?!" seru Briana, suaranya bergetar antara marah dan malu. "Ngapain lo cium-cium gue kaya gitu? Dasar cabul!"
Samien tersenyum geli, "Itu adalah cara ampuh membangunkanmu dari tidur pura-puramu"
KAMU SEDANG MEMBACA
PURE BLOOD
Genç Kız Edebiyatı"Jika hambatannya adalah kesetaraan maka akan saya usahakan sebuah kesetaraan itu dengan sangat, Bri" -Damien ♡♡♡ written by seraonlybe