────୨ৎ────
Lampu-lampu kristal berkilauan memantulkan cahaya keemasan ke seluruh ruangan megah ballroom hotel bintang lima. Dekorasi elegan dengan sentuhan bunga-bunga segar menghiasi setiap sudut, menciptakan atmosfer mewah nan romantis. Malam ini, Benji Group merayakan ulang tahunnya yang ke-100 sekaligus mengumumkan pertunangan yang dinanti-nantikan antara Briana, cucu perempuan dari pemilik perusahaan raksasa ini, dan Baskara, seorang politikus muda yang sedang naik daun.
Para tamu undangan dari berbagai kalangan elit bisnis dan politik berdatangan, mengenakan busana terbaik mereka. Suara percakapan dan tawa riang memenuhi udara, bercampur dengan alunan musik orkestra yang lembut. Di tengah keramaian, Briana berdiri anggun dalam balutan gaun sutra berwarna putih gading, rambut hitamnya digerai rapi dengan hiasan mutiara. Di sampingnya, Baskara tampak tampan dan berwibawa dalam setelan jas hitam yang pas badan.
Namun di balik senyum sopan yang terpasang di wajahnya, hati Briana bergejolak. Pertunangan ini bukanlah keinginannya, melainkan keinginan Benjamin yang ingin memperkuat aliansi bisnis dan politik keluarga mereka. Briana merasa terjebak, dipaksa menjalani peran yang tidak pernah ia inginkan.
Sementara para tamu sibuk bercengkerama dan menikmati hidangan mewah yang disajikan, mata Briana tanpa sengaja menangkap sosok yang membuat jantungnya berdegup kencang. Damien, mantan kekasihnya yang menghilang selama lima tahun dan secara tiba tiba muncul lagi dihadapan Briana beberapa minggu yang lalu, berdiri di sudut ruangan dengan segelas sampanye di tangan. Wajahnya tenang, namun matanya memancarkan emosi yang sulit dibaca.
Briana terpaku. Bayangan tentang malam yang mereka habiskan bersama beberapa minggu lalu kembali membanjiri pikirannya. Malam penuh gairah dan pelepas rindu yang kini terasa begitu jauh. Ada dorongan kuat dalam dirinya untuk berlari ke arah Damien, memeluknya erat, dan mencari ketenangan dari badai emosi yang berkecamuk di dadanya. Namun, ia tahu hal itu mustahil dilakukan.
"Sekar, sayang," suara lembut ibunya membuyarkan lamunannya. "Ayo, sudah waktunya untuk sambutan."
Dengan berat hati, Briana mengalihkan pandangannya dari Damien dan mengikuti ibunya ke panggung besar yang telah disiapkan. Baskara sudah menunggunya di sana, mengulurkan tangan dengan senyum yang terlihat tulus. Briana tidak menyambut uluran tangan itu, berusaha keras menjaga ekspresinya tetap netral.
KAMU SEDANG MEMBACA
PURE BLOOD
ChickLit"Jika hambatannya adalah kesetaraan maka akan saya usahakan sebuah kesetaraan itu dengan sangat, Bri" -Damien ♡♡♡ written by seraonlybe