Hai all
Semoga kalian suka, Aamiin.
9. HUJAN ZERO DAN RINDU
-
1 minggu kemudian..
Tidak terasa sudah satu Minggu lamanya Naura belum juga mengabari Zero. Hari ini, laki-laki ini terlihat begitu putus asa. Terlihat tidak semangat dan semakin tidak bergairah.
Pesan yang dulu dia kirim kepada Naura pun masih menampilkan centang satu. Sebenernya Naura ini kemana? Zero benar-benar tidak bersemangat. Hari ini dia hanya diam termenung di dalam kamarnya.
"Lo dimana, Nau?" Ujar Zero bermonolog. "Tolong jangan buat gue kayak gini, gue nggak bisa," lajutnya dengan lirih.
"Nau, gue punya salah apa sama lo? Sampai lo menghilang kayak gini?" Ujarnya lagi, "tolong sampaikan dulu ke gue kalau lo pengen pergi. Supaya gue siap dengan itu, jangan asal pergi aja. Karena gue beneran nggak bisa," lirih Zero.
"Gue mohon kembali ke gue, Nau. Semesta pasti lo tau perempuan gue itu ada dimana? Tolong kasih gue petunjuk." Ujarnya dengan begitu lirih.
Lalu Zero mengacak rambutnya frustasi. Laki-laki ini benar-benar tidak bisa di tinggalkan oleh Naura. Ternyata benar, dia sudah mencintainya. Dia sudah benar-benar tulus pada Naura. Dia segera turun dari ranjang kamarnya lalu dia mengambil jaket kulit hitamnya dan keluar dari kamarnya.
Dia segera mengambil kunci motornya dan segera melangkah pergi keluar rumahnya. Lalu setelah itu Zero segera menancapkan gas motornya, Zero mengendarai motornya sangat ugal-ugalan. Dia tidak peduli dengan keselamatannya, laki-laki ini hanya ingin melampiaskan amarahnya yang sudah menguasai hatinya.
Sampai di tempat yang Zero tuju, dia segera mematikan mesin motornya. Lalu dia turun dari motornya dan melangkah kedepan. Rumah Naura. Itu tujuan Zero saat ini.
Sepi sekali tidak ada tanda-tanda kehidupan disana, benar-benar sepi. Tetapi Zero tidak menyerah dia memencet bell rumah perempuan itu, tetapi tidak ada orang yang keluar dari sana.
Zero sudah merasa hampa, dia tidak bisa diam jika Naura pergi. Zero pun duduk di teras rumah Naura, petir sudah bersuara di langit. Tetapi Zero tidak peduli, dia hanya ingin bertemu dengan Naura perempuan kesayangannya, hanya itu saja. Dan tak lama air hujan turun membasahi Bumi. Tetapi Zero tidak peduli dengan dirinya. Baju laki-laki itu sudah lepek dengan air hujan, "lo dimana?" Lirih nya begitu sedih.
Sudah ada 2 jam lebih Zero terdiam disana. Dia masih setia duduk di teras Naura, "seenggaknya lo kabari gue, lo kasih tau gue kalau lo ingin pergi." Ujar Zero di tengah-tengah guyuran air hujan.
"Gue rindu dengan lo, gue rindu senyum lo, gue rindu ketawa lo, gue rindu segala yang ada pada diri lo, Nau. Tolong kembali ke gue, tolong datang lagi ke gue, tolong untuk semua yang udah pernah menjadi kenangan jangan lo lupakan. Nau, hati gue masih tetap untuk lo, tapi lo dimana?" Lirih Zero. Hujan menjadi saksi atas kerinduan laki-laki ini pada Naura.
Tidak munafik Zero memang merindukan perempuan itu. Zero kangen, jika Naura ada mungkin dia sudah memeluk perempuan itu dengan erat, apalagi sekarang dirinya sedang kedinginan akibat hujan yang terus mengguyur dirinya. "SEMESTA GUE RINDU," teriak Zero sambil mendongakkan kepalanya ke atas.
3 jam kemudian...
Hujan sudah lumayan reda, tetapi Zero masih berada disana. "Nau, lo beneran pergi?" Lirih Zero. "Gue yakin lo akan kembali ke gue, mungkin sekarang semesta lagi hukum gue, tapi gue yakin lo pasti balik ke gue lagi. Gue yakin itu," lajutnya dengan begitu sungguh.
Zero segera berdiri dan menghampiri motornya. Dia segera naik ke atas motornya, lalu dia membelah jalan itu.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/372802394-288-k956267.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ZERO ERLANGGA
Teen Fictionkeindahan itu rupa-rupa, yaa? pantai, gunung, langit, dan dia.