12. KEHILANGAN

45 2 0
                                    

Alow

Semoga kalian suka, Aamiin.

12. KEHILANGAN

Kehilangan sudah menjadi perihal biasa untuk manusia, karena semua ada masanya. Dan masa ada manusianya. Kita hanya belajar mengikhlaskan dalam suatu hal

Happy reading !!


-----

Semua anggota LEVIX sudah berada di depan ruang ICU. Mereka semua terlihat begitu gelisah, mereka takut terjadi hal-hal yang tidak di inginkan. Andre yang sejak tadi mondar-mandir di depan pintu itu terus berdoa dalam hatinya kepada sang pencipta.

"Gue yakin Zero bakal baik-baik aja," kata Randi berusaha bersuara.

Ya, Zero pasti akan baik-baik saja. Semesta pasti baik pada laki-laki itu.

"Kita solat yuk, berdoa sama Tuhan. Supaya dia nggak kenapa-kenapa," ajak Alengka pada mereka semua.

Mereka mengangguk dan setuju. Lalu setelah itu, mereka melangkah menuju musholla dekat rumah sakit itu.

Selesai solat, mereka semua segera berdiri lagi di depan ruang ICU. Dokter belum juga keluar, membuat hati mereka semakin takut.

"Ya Allah, semoga Zero nggak papa," lirih Dirgan.

"Sorry, bukan gue berucap buruk atau apa, tapi setelah gue liat dia parah banget. Dan nggak sadarkan diri di tempat," tutur Revan menjelaskan. Karena dia lah yang melihat kejadian itu tadi.

Semuanya terdiam. Rasa takut semakin besar di benak masing-masing. Mereka tidak tahu jika Zero akan pergi malam ini. Mereka tidak tahu bagaimana jika Zero pergi untuk selamanya, mereka juga tidak tahu bagaimana jika laki-laki dingin itu sudah tidak bernafas, apakah akan terjadi malam ini?

"Anjing! Dokternya lama banget, bangsat!" Erang Andre yang geram menunggu.

Sudah ada 3 jam lamanya Dokter belum juga keluar.

"Sabar, Bos," jawab Sagara.

Ceklek

Pintu ruang ICU terbuka.

Mereka semua segera berdiri menghadap Dokter Dikta yang berdiri di depan pintu ruang ICU.

"Bagaimana, Dok?" Tanya Andre dengan nada sedikit lirih.

Dokter tidak menjawab.

"Dok! Gimana, Dok!" Katanya lagi dengan nada tinggi.

Dokter masih terdiam.

"JAWAB ANJING JANGAN DIEM AJA, GIMANA KEADAAN TEMEN GUE!" Teriaknya sudah emosi.

Dokter menggelengkan kepalanya.

"Maaf," katanya.

"Baik-baik aja kan?" Timpal Revan.

"Sebaiknya kalian lihat saja ke dalam, saya tidak bisa menjelaskan." Tutur Dokter Dikta.

Andre pun segera menabrak tubuh Dokter Dikta, membuat tubuh Dokter Dikta terdorong. Begitupun dengan yang lainnya mereka segera masuk ke dalam.

ZERO ERLANGGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang