Salsa duduk di salah satu meja di kafe, memandangi suasana sekitar sambil menunggu temannya, Kiara yang belum tiba. Aroma kopi yang kuat dan suasana hangat kafe membuatnya merasa nyaman. Matanya tertuju pada panggung kecil di sudut ruangan, tempat seorang pria muda sedang menyanyi dengan suara merdu.Musik live mengisi ruangan, dan Salsa merasa terpesona. Ada sesuatu tentang pria itu yang menarik perhatiannya. Ia mencoba mengingat-ingat, merasa bahwa wajah penyanyi itu tidak asing baginya, meskipun ingatannya masih samar.
Sambil menikmati alunan musik, Salsa berusaha mengingat di mana ia pernah bertemu pria itu. Suaranya yang khas dan caranya memainkan gitar terasa sangat familiar, tetapi Salsa tidak bisa langsung menghubungkan titik-titik ingatannya.
Ketika lagu berakhir, pria itu menundukkan kepala sedikit, memberi salam kepada penonton yang memberikan tepuk tangan. Salsa mengamati lebih dekat, berusaha mengingat lebih jelas.
Tiba-tiba, potongan ingatan muncul di benaknya. "Ah, dia yang waktu itu menolongku saat tas dicopet!" pikir Salsa. Dia merasa sedikit kaget sekaligus senang, mengingat kejadian beberapa waktu lalu ketika pria itu dengan baik hati membantunya di tengah kerumunan.
Salsa merasa kagum dengan bakat dan ketulusan pria itu. Dia merasa ingin menyapa setelah pertunjukan selesai, sekadar untuk berterima kasih lagi dan mengenalnya lebih jauh. Namun, sebelum dia bisa mengambil keputusan, Kiara datang dan membuyarkan lamunannya.
“Hei, maaf telat!” sapa Kiara sambil duduk. “Kamu lagi lihat apa?”
Salsa tersenyum, masih sedikit terpesona. “Oh, cuma menikmati musik aja”
Kiara mengangguk, dan keduanya pun tenggelam dalam obrolan seru sambil menikmati suasana kafe yang penuh energi positif. Salsa merasa hari itu lebih istimewa, dengan kejutan kecil dari pertemuan tak terduga yang mengisi pikirannya.
Setelah kembali ke kamar, Salsa duduk di tepi tempat tidur, merenung sambil menatap langit-langit. Pikirannya terus melayang pada pria yang menyanyikan lagu di kafe tadi malam. Suaranya, wajahnya, dan cara dia memainkan gitar terasa begitu familiar, seakan ada sesuatu yang belum lengkap dalam ingatannya.
Dia mencoba mengingat kembali detil-detil kecil dari pertemuan mereka, mengapa pria itu terasa begitu dikenali. Namun, semakin dia berusaha, semakin sulit untuk mengingat di mana mereka pernah bertemu sebelumnya.
Salsa merasa penasaran dan tidak bisa menepis rasa ingin tahunya. Rasa penasaran itu semakin kuat, terutama setelah melihat bakat pria itu yang begitu menawan. Dia merasa bahwa bertemu lagi dan mungkin mendapatkan kesempatan untuk berbicara dengan pria itu bisa memberikan jawaban atas rasa penasaran yang mengganggunya.
Dengan tekad yang bulat, Salsa memutuskan untuk kembali ke kafe tersebut keesokan harinya. Dia berharap bisa bertemu lagi dengan pria itu dan mungkin mengetahui lebih banyak tentang dirinya. Salsa juga berharap dapat mengungkap kenangan yang samar-samar, dan siapa tahu, mungkin mereka bisa berbincang lebih jauh.
Dia menulis rencana untuk hari berikutnya, memastikan dirinya siap untuk kembali ke kafe. Setiap kali membayangkan suasana kafe dan suara pria itu, hatinya terasa berdebar. Salsa mengatur alarm pagi hari, bertekad untuk memastikan dia tidak melewatkan kesempatan untuk kembali ke tempat yang kini terasa istimewa baginya.
Dengan rasa antusiasme yang baru ditemukan, Salsa mematikan lampu kamar dan berbaring di tempat tidur, menunggu malam berlalu. Dia merasa bersemangat untuk hari esok dan kesempatan yang mungkin akan membawa jawaban atas rasa penasarannya.
Malam hari, Salsa kembali ke kafe yang sama dengan penuh harapan. Setelah memesan minuman, dia duduk di meja yang sama seperti sebelumnya, menunggu pertunjukan musik dimulai. Begitu pria itu muncul di panggung dan mulai bernyanyi, Salsa merasa hatinya berdebar. Suara dan penampilannya yang memukau sama seperti malam sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simfoni Rasa
FanfictionDi Jakarta, ada Salsa, seorang psikolog yang nggak cuma cantik, tapi juga pintar banget. Dia dari keluarga terpandang, jadi dari kecil udah dapet pendidikan yang oke punya. Setiap hari, Salsa kerja di rumah sakit, ngebantuin pasien-pasiennya yang pu...