Eps 7

1.5K 96 6
                                    

Sebulan berlalu dan hubungan Salsa dan Lian semakin akrab. Awalnya, pertemuan mereka selalu tidak terduga, seperti takdir yang terus mempertemukan mereka dalam situasi-situasi yang tak terduga. Namun, sekarang mereka berdua mulai merencanakan pertemuan mereka sendiri.

Salsa merasa ada yang berbeda dalam hidupnya. Dia jadi sering menunggu-nunggu pesan atau telepon dari Lian dan setiap kali nama Lian muncul di layar ponselnya, senyum lebar selalu menghiasi wajahnya. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, makan malam di kafe-kafe kecil yang nyaman atau menonton film di bioskop, tertawa bersama, dan berbagi cerita. Lian selalu punya cara untuk membuat Salsa merasa istimewa, tanpa harus berusaha keras.

Salah satu malam yang mereka habiskan bersama terasa begitu istimewa. Setelah selesai makan malam di sebuah restoran favorit mereka, Lian mengajak Salsa untuk berjalan-jalan di taman kota yang penuh dengan lampu-lampu hias yang indah. Mereka berbicara tentang banyak hal, mulai dari kehidupan sehari-hari hingga mimpi-mimpi mereka. Di tengah percakapan, Lian berhenti sejenak dan menatap Salsa dalam-dalam, seolah-olah ingin mengingat setiap detail dari wajahnya.

"Kalau dipikir-pikir, sebulan ini rasanya cepat banget ya," kata Lian dengan nada lembut.

Salsa tersenyum, merasakan getaran hangat di dalam hatinya. "Iya, benar. Tapi aku senang kita bisa semakin dekat."

Lian mengangguk, senyumnya menular pada Salsa. "Aku juga. Aku merasa beruntung bisa mengenal kamu lebih dalam, Sal."

Salsa merasakan pipinya sedikit memerah, namun dia tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Waktu terasa berhenti sejenak saat mereka saling berpandangan di bawah sinar lampu taman yang temaram.

Di momen itu, Salsa menyadari bahwa perasaannya terhadap Lian semakin tumbuh. Dia bukan hanya seorang teman, tetapi seseorang yang mulai mengisi kekosongan di hatinya.

Ketika mereka akhirnya memutuskan untuk pulang, Salsa merasa enggan berpisah. Tapi Lian, dengan sikap tenang dan perhatiannya yang khas, mengantarnya sampai ke pintu rumahnya seperti biasa. Sebelum berpisah, Lian selalu memastikan bahwa Salsa sudah masuk ke dalam rumah dengan aman, dan malam itu tidak berbeda.

Namun, saat Salsa membuka pintu untuk masuk, dia berbalik dan tersenyum pada Lian. "Li makasih untuk hari ini. Aku senang banget."

Lian balas tersenyum, menatap Salsa dengan lembut. "Aku juga senang, Sal. Sampai ketemu lagi, ya."

Salsa mengangguk, lalu masuk ke dalam rumah dengan perasaan yang hangat dan penuh. Sepanjang malam itu, dia tak bisa berhenti memikirkan Lian.

Hubungan mereka yang semakin dekat ini membawa warna baru dalam hidupnya, sesuatu yang tidak pernah dia duga sebelumnya.

Salsa semakin yakin bahwa Lian bukan hanya seseorang yang kebetulan hadir dalam hidupnya, tapi seseorang yang mungkin akan jadi bagian penting dari masa depannya.

*****

Keesokan harinya, Lian mengajak Salsa untuk makan sushi di restoran favoritnya. Lian memang tahu kalau Salsa suka banget sama sushi, jadi dia sengaja milih tempat itu biar Salsa senang.

Mereka duduk di meja dekat jendela, menikmati pemandangan kota sambil menyantap sushi yang enak banget. Sepanjang makan, Lian terlihat agak gelisah, seperti sedang mencari momen yang pas untuk bicara.

Salsa, yang udah kenal Lian cukup baik, bisa merasakan ada sesuatu yang Lian ingin sampaikan.

Akhirnya, setelah menyelesaikan piring terakhir, Lian menarik napas dalam-dalam dan menatap Salsa dengan mata yang penuh ketulusan.

"Sal," kata Lian perlahan, "ada sesuatu yang udah lama aku ingin bilang sama kamu."

Salsa merasa jantungnya berdegup lebih cepat, dia sudah menduga ke mana arah pembicaraan ini, dan dia merasa senang sekaligus gugup.

Simfoni Rasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang