"Dingin?" tanya Bintang dengan suara lembut sambil merapatkan selimut yang sudah hampir sepenuhnya menutupi tubuh Bulan yang kurus. Kakinya menggeliat sedikit setiap kali hawa dingin terasa menusuk. Bintang duduk di sebelah kursi roda Bulan, menemani kembarannya yang belum ingin beranjak sedari tadi.
Bulan hanya bisa mengangguk lemah. Matanya yang redup menatap kosong ke depan, ke arah pepohonan yang bergoyang pelan. Nafasnya terdengar berat dengan sedikit bunyi di setiap tarikan nafasnya. Kulitnya pucat, hampir transparan, memperlihatkan pembuluh darah halus yang menjalar seperti pola tidak beraturan di bawah kulitnya.
"Mau masuk aja gak?" lanjut Bintang, mencoba menyarankan dengan lembut agar Bulan tidak terlalu lama berada di luar rumah. Ia khawatir udara pagi yang sejuk akan segera berubah menjadi panas, sinar matahari yang mulai menyengat juga tidak baik untuk Bulan.
Bulan menggeleng pelan, "Kita gak jadi ke tempat Snowy?"
Setelah keluar dari ruang baca, suasana hati Bulan semakin memburuk ketika mereka berpapasan dengan Ayah dan Bunda. Mereka sedang mempersiapkan untuk memperkenalkan Snowy kepada Lana sebelum Lana kembali ke Teras Seduh sore ini. Hati Bulan semakin hancur mendengarnya meski sudah lama ia mempersiapkan dirinya, ia sadar Snowy bukan miliknya. Ia langsung memohon kepada Bintang untuk menemaninya ke tempat Snowy setelah mendengar hal itu.
Snowy adalah salah satu kuda peliharaan keluarga mereka yang nantinya akan diserahkan kepada Lana. Snowy bukan sekadar kuda bagi Bulan, ia telah merawat kuda berwarna putih itu sejak kecil. Itulah sebabnya ia ingin menyapa kuda itu sebelum akhirnya Snowy resmi menjadi milik Lana. Tapi kenyataannya, Bulan tidak sanggup melihat interaksi antara kedua orang tuanya dan Lana. Bohong kalau dia tidak iri. Bahkan ia belum sempat menghabiskan waktu dengan Bunda sejak kepulangannya.
Masih bolehkah ia menyebut Ayah dan Bunda sebagai orang tuanya?
Ketika matahari mulai naik lebih tinggi, Bintang merasa harus membawa Bulan kembali ke dalam rumah. "Ayah, Bunda, sama Lana masih di sana, nanti sore aku temani. Mataharinya udah panas, udah kelamaan juga ini kamu di luar."
Bulan mengangguk, ia tidak ingin merepotkan kembarannya lebih banyak lagi. Bintang langsung berdiri dan dengan hati-hati mendorong kursi roda Bulan menuju ke dalam rumah. Setiap langkah yang diambilnya dipenuhi dengan kehati hatian, memastikan roda kursi tidak tersandung apapun. Benturan kecil sekalipun bisa menyebabkan pendarahan di tubuh Bulan yang lemah.
Sejak kecil, ia telah terbiasa dengan mimisan tanpa sebab, luka kecil yang sulit berhenti mengeluarkan darah, serta lebam-lebam yang tiba-tiba muncul di sekujur tubuhnya. Setiap kali ia terjatuh atau terbentur, tubuhnya akan dipenuhi dengan memar berwarna ungu tua hingga hitam yang tak kunjung hilang selama berminggu-minggu.
Sejak bertambahnya usia, kondisinya semakin memburuk. Ia semakin sering mengalami pendarahan spontan meski tanpa mengalami trauma. Tulang dan persendiannya mulai mengalami kerusakan permanen akibat pendarahan berulang yang terjadi di dalam sendi-sendi utamanya, seperti lutut dan siku. Setiap kali terjadi pendarahan, sendi-sendi tersebut akan menjadi kaku dan sakit, hingga akhirnya rusak. Bahkan gerakan sederhana, seperti berjalan terlalu lama atau berdiri terlalu lama, bisa menyebabkan pendarahan internal yang berbahaya. Pada akhirnya ia harus menggunakan kursi roda untuk mengurangi tekanan pada sendi-sendi yang telah rusak.
Ketika mereka melewati halaman belakang rumah, Bintang sempat melirik ke arah tempat Snowy biasanya berada. Namun, ia tidak berkata apa-apa. Ia tahu betapa pentingnya kuda itu bagi Bulan, dan ia tidak ingin memperburuk perasaan kembarannya dengan mebahasnya kembali.
Sesampainya di dalam rumah, Bintang langsung membawa Bulan ke kamarnya. "Pokoknya aku yang urus semuanya. Kamu di rumah aja, istirahat yang banyak. Sebelum sore nanti, aku akan bilang ke Ayah kalau kamu nggak mau pergi," ucap Bintang sambil membantu Bulan berbaring di tempat tidurnya.

YOU ARE READING
Teras Seduh
Genel KurguMemiliki ingatan yang baik adalah anugerah. Tapi jika terlalu baik malah menjadi buruk. Memori itu akan menumpuk dan larut antara satu sama lain. Seperti kopi dan air yang sudah diseduh. Hitam Pekat. Tapi bagi sebagian orang itu nikmat.