Bab. 5 Manusia yang Jatuh menjadi Iblis

57 12 2
                                    


Bab. 5 Manusia Yang Jatuh Menjadi Iblis

Di kehidupan sebelumnya.

Pasangan suami istri itu selalu mesra jika bersama, sudah dua tahun setelah pernikahan. Setelah melakukan hubungan suami istri yang cukup intim, mereka merebahkan diri di atas ranjang.

Liyi mencium lembut kening Ru Yuan. "Rasanya aku tidak ingin berpisah denganmu," bisiknya lembut.

"Suamiku, bawa aku bersamamu." tatapan Ru Yuan dengan penuh harap.

Dia lelah mendapat siksaan fisik dan mental dari keluarga Zhou. Ibu mertua yang menindasnya, ayah yang sibuk tidak peduli dengan kehidupan wanita di sana.

"Aku tidak bisa menempatkanmu dalam bahaya, tetaplah aman di sini.
Ru Yuan, sudah dua tahun kita menikah. aku ingin sekali punya anak."
Liyi membubuhkan ciuman kemudian memeluk wanitanya dari samping.

Tidak ada yang janggal dengan hubungan mereka berdua. Ru Yuan yang tidak bisa membuka kedok keluarga dan sebaliknya, mereka yang pandai menyimpan rahasia. Hanya Liyi yang membuatnya bertahan.

"Karena itu bawa aku bersamamu, kita bisa lebih sering berhubungan, mungkin bisa cepat punya anak," Ru Yuan putus asa memohon.

Zhou Liyi tersenyum dan tidak mengatakan apa pun, pendiriannya tidak akan goyah, dia tidak akan membiarkan Ru Yuan bersamanya ke perbatasan yang rawan dengan perang.

Setelah dua bulan Liyi berada di rumah, kini saatnya dia kembali ke perbatasan.
Setelah dia berpamitan, Ru Yuan merasakan tidak nyaman di perutnya.

Saat di dapur dia mencium aroma yang menusuk hidung, membuat semua isi dalam perutnya melonjak ingin keluar.

Dia segera keluar dari ruangan itu mencari udara segar, diikuti Meiyin yang merupakan pembantu pendampingnya.

"Nona kau baik-baik saja?" bertanya dengan lari kecil mengikuti Ru Yuan.

Dia melihat Ru Yuan berlari ke belakang, tengah mengeluarkan isi perutnya sampai terasa pahit di mulut.
"Aku baik-baik saja hanya mual."

"Nona apa kau telat datang bulan?" celetuk Meiyin.

Ru Yuan mengangkat kepalanya, pertanyaan itu seperti tamparan baginya, jika benar dia hamil, dia tidak tahu harus senang atau sedih, karena dia merupakan orang yang tidak diharapkan di sana.

Dia mampu bertahan karena Liyi yang memperlakukannya sangat baik, tidak bisa membayangkan tanggapan dari keluarganya yang selalu menganiaya.

"Meiyin rahasiakan ini, jangan beritahu siapa pun."

"Tapi nona, bukankah mereka akan senang jika memiliki cucu, mungkin pandangan mereka terhadap Anda akan berubah."

"Aku tidak yakin itu, tolong rahasiakan sampai Liyi kembali."

"Baik nona."

Dia melakukan pekerjaannya seperti biasa, menjelang pagi sudah cuci baju, memasak, menyapu halaman, dia diperlakukan seperti pembantu ketika Zhou Liyi tidak ada.

Makin hari kondisi badannya memburuk, mulai dari tidak nafsu makan, muntah, lemas, sakit kepala. Dia menahan semua sampai suaminya Liyi kembali.

Tapi tanpa diduga Meiyin membocorkan berita kehamilannya, Nyonya Zhou murka mendengar hal tersebut. Matanya menonjol, dengan wajah merah padam, membanting cawan di tangannya ke sembarang arah.

"Beraninya dia mau melahirkan keturunan Zhou dari rahim Li. Tidak akan aku biarkan!"

Nyonya Zhou membawa beberapa pelayan bersamanya, mendatangi Ru Yuan yang tengah beristirahat di halaman.

Mengulang Waktu Ru YuanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang