Desa itu memiliki bangunan sederhana, papan kayu, beratapkan alang-alang, pakaian penduduknya pun sangat sederhana, tidak jauh beda dengan pengemis di kota, Pakaian yang banyak tambalan, mereka memakai pakaian berlapis-lapis untuk menghadapi musim dingin, mereka memakai sendal dari rajutan alang-alang untuk menghangatkan kakinya.
Para pasukan pemberontak mulai membangun tenda untuk mereka bermalam, mereka berbaur dengan mudah dengan penduduk atau memang mereka sudah saling mengenal.
Seorang anak perempuan berusia lima atau enam tahun menggenggam tangan Ru Yuan, dia tersenyum hangat dan cerah, menonjolkan giginya yang rata.
“Kakak kau cantik, jika sudah besar nanti apa aku akan secantik dirimu?”
Memang Ru Yuan gadis yang cantik, meski pakaian sederhana yang dia pakai, jubah biru pemberian Mo Anran sangat cocok dengannya, membuatnya terkesan mewah saat di kenakan.
Ru Yuan membuka mulutnya. Namun, menutupnya kembali kemudian berkata lembut, “tentu, kau juga akan tumbuh cantik.”
“Tapi kami selalu diburu dan dibunuh, apakah aku bisa tumbuh dewasa atau akan mati sebelum dewasa?”
Seperti tertusuk duri tajam dan panjang, Ru Yuan memperlihatkan keterkejutan yang tidak dapat diungkapkan, bagaimana bisa gadis kecil berbicara tentang kematian.
Desa apa ini? kenapa penduduknya kebanyakan wanita, anak-anak dan lansia. Pikirannya berputar. Dia menatap Mo Anran yang juga dikelilingi anak-anak.
Mo Anran membagikan permen kepada mereka satu-persatu. “Jangan berebut nanti kalian pasti kebagian.Mereka bahagia, tersenyum dan tertawa, Ru Yuan kembali menatap gadis kecil di hadapannya.
“Kenapa kau tidak ikut mengambil permen?”
“Aku tidak ingin permen.”
“Apa yang kau inginkan?” Ru Yuan berjongkok menyamai tinggi gadis kecil itu.
“Aku ingin hidup.”
Ru Yuan sungguh tak mengerti dan banyak pertimbangan, dia takut bertanya lebih jauh akan membuat hatinya terjatuh kembali.
Setelah Mo Anran selesai membagikan permen dia mendatangi Ru Yuan. “Apa yang kalian lakukan?”
Sisa beberapa permen yang dia berikan pada gadis kecil itu. “Ambil ini dan kembalilah pada ibumu.” Gadis itu menurut tak berkata lebih lanjut kemudian meninggalkan mereka.
Setelahnya Mo Anran mengulurkan tangan membantu Ru Yuan berdiri.
“Siapa para penduduk desa ini?”
“Aku pikir kau sudah bisa menebaknya.”
Desa yang sangat miskin berada di utara, di kehidupan lalu Ru Yuan tidak pernah peduli dengan apa yang di lakukan pasukan pemberontak, dia sama sekali tidak mempunyai pandangan, kecuali dengan pertimbangan bahwa mereka adalah keluarga dari para pasukan pemberontak atau keluar prajurit yang telah gugur.
Ru Yuan menggeleng, Mo Anran menuntun tangan Ru Yuan menuju api unggun yang telah dibuat, mereka tidak akan dapat bertahan dengan cuaca dingin tanpa api.
“Mereka adalah keluarga yang berhasil selama, anak dan istri dari prajurit bawahan ayahmu, Jenderal Wang Yuze. Mereka berhasil selamat dari pengejaran, pemusnahan tapi sampai saat ini mereka tidak pernah bisa hidup tenang. Tempat ini satu-satunya yang membuat mereka dapat bernapas tenang, walau dingin mereka tidak dalam ketakutan akan dipenggal sewaktu-waktu.”
Ru Yuan menghentikan langkahnya, suaranya serasa tercekik di tenggorokan, selama ini dia merasa paling menderita, menjadi korban dan seolah hidup dalam kesakitan tanpa akhir, terlebih setelah kematian Zhou Liyi, hidupnya yang lebih buruk dari kematian, kini dia mulai menyadari bahwa perbuatan pamannya bukan hanya untuk balas dendam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengulang Waktu Ru Yuan
RomanceBukan terjemahan! Wang Ru Yuan dijuluki wanita iblis berhati es, setelah menjadi istri Zhou Liyi kemudian balas dendam dengan meracuni satu persatu keluarga zhou, sampai terakhir dia meracuni suaminya yang mencintainya dengan tulus. Dia telah jatuh...