Bab. 23 Titah Pernikahan

7 3 0
                                    

Pagi hari benteng digegerkan dengan utusan kekaisaran, rombongan kereta kuda dan pengawal tiba di depan pintu gerbang.

Di salah satu kereta ada seorang gadis dengan tersenyum cerah, memandang dari jendela kereta. Rasa puas melimpah di hatinya karena sudah sampai tujuan, setelah melalui perjalanan yang panjang. Perjalanan satu bulan dari ibu kota yang seperti neraka telah berakhir.

“Yang Mulia, kita sudah sampai,” ucap pelayan pribadinya.

“Apa menurutmu, dia akan senang melihatku di sini?”

“Tentu, hubungan Tuan Putri dan Jenderal Zhou sangat baik, dia pasti menerima kedatangan Anda.”

Seorang pria paruh baya turun dengan pakaian mewah, berdiri dengan membawa sebuah gulungan.

“Titah Kaisar.”

Para prajurit berlutut, Zhou Liyi dari kamarnya bergegas keluar melewati para prajurit, kemudian menghadap pria tersebut dengan berlutut.

Ru Yuan tidak ikut, dia bersembunyi di sudut tembok dan sedikit mengintip, mencoba mendengarkan apa yang sedang terjadi.

Titah apa lagi yang akan di dapatkan Zhou Liyi.

“Dekrit Kaisar,” teriak pria itu.

“Aku Kaisar, telah memutuskan untuk memberi hadiah kepada Jenderal Zhou Liyi atas pencapaiannya selama ini, tidak ada yang bisa kuberikan selain Putriku yang berharga, aku  harap pernikahan kalian akan menjadi bahagia dan dapat terjalin sampai tua bersama. Demikian perintah dan hadiah yang dapat aku berikan. Selain itu, aku juga memberikan sebidang tanah di daerah utara seluas lima belas hektar.
Sekian perintah dari Kaisar.”

Zhou Liyi terkejut, begitu pula dengan para prajurit tapi mereka tetap diam sampai momen penyampaian selesai.
Utusan itu menutup kertas gulungan kemudian diberikan kepada Zhou Liyi yang masih berlutut.

Para prajurit saling berbisik, lalu bagaimana dengan Nona Ru Yuan.
Menolak adalah sebuah pengkhianatan Zhou Liyi terpaksa menerima dekret itu. Bahkan Changing pun tak mengerti apa yang dipikirkan oleh kaisar tersebut, setelah membuang sepupunya kini memberikan putrinya.

Mereka semua bangkit, putri Li Anhua turun dari kereta dengan dibantu pelayannya. Dia putri yang cantik dan anggun, meski dia adalah putri yang tak diharapkan. Dia mendatangi Zhou Liyi, wajahnya memerah dan menunduk.

“Jenderal Zhou, mohon bantuannya.”

“Ya, masuklah.” Wajah Zhou Liyi dingin seolah tak menyambut kedatangan putri tersebut, dia berbalik dan kembali ke ruangan, setelah memerintahkan pada prajurit untuk menyiapkan kamar Putri dan utusan tempat beristirahat.

 Seharusnya Ru Yuan senang karena saat dia meninggalkan Liyi akan ada  seseorang yang berada di sampingnya, tapi hatinya terasa diikat kencang dan terasa sesak.
Dia bersandar pada dinding menutup matanya, setelah sadar para prajurit mulai bubar, dia segera menuju ke kamar kembali.

Ru Yuan tidak bisa menahan ekspresinya yang memperlihatkan wajah masam kepada Zhou Liyi.
“Apa kau mendengar apa yang terjadi?”

“Tidak.” Ru Yuan ingin bersikap biasa. Namun, nyatanya dia tidak bisa, suaranya terasa tercekat dan tercekik di leher.

“Ru Yuan, aku bisa jelaskan, aku akan menolak perintah Kaisar, aku hanya akan menikah denganmu.”

Ru Yuan memaksakan bibirnya tersenyum. “Jenderal Zhou, selamat atas pernikahanmu, aku turut bahagia.”

“Aku tidak akan menikahi Putri. Percayalah padaku, aku hanya ingin menikah denganmu.”

 “Zhou Liyi, aku tidak pernah bilang mau menikah denganmu, kurasa sudah cukup kita main rumah-rumahan, main pura-pura jadi keluarga. Sekarang sudah tidak menarik lagi.”

Mengulang Waktu Ru YuanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang