Bab. 8 Kesalahan

46 9 0
                                    

Di kehidupan sebelumnya.

Setelah satu tahun berlalu, mereka berdua sudah melampaui batas. Pikiran dan jiwanya telah rusak, tidak bisa lagi menjalan takdir busuk yang mereka hadapi.

Pasukan pemberontak telah menguasai beberapa daerah, perang terus mencetus, korban berjatuhan dari para prajurit maupun warga.

Sebuah harga atas pemusnahan keluarga Wang. Wang Hao Yu sangat puas, balas dendamnya tercapai, meski dia sama sekali belum menyentuh kekaisaran.

“Ru Yuan, bunuh aku.” Liyi meminta pada Ru Yuan. Wanita di depannya sudah sama berantakkannya, hari-hari yang dilalui seperti neraka, setiap detik dosa menggerogoti jiwanya.

Ru Yuan menatap pria itu dalam. “Ya, mari kita akhiri semuanya.”

Dia mengeluarkan sebuah botol kecil dari dalam pakaiannya, racun yang selalu dibawanya. Seolah sudah mempersiapkan kematian.

Wanita itu tersenyum sebelum menuangkan cairan ke dalam mulutnya. Kemudian dia menyatukan bibirnya pada Liyi, sebagian racun itu mengalir tertelan oleh Liyi dan sebagian diminum sendiri.

Mereka saling duduk berpelukan.
“Ru Yuan, jika ada kehidupan lain. Aku ingin tetap mencintaimu.”

“Kenapa kau begitu bodoh, namun jika ada kehidupan lain. Aku tidak akan melakukan dosa seperti ini.”

“Ru Yuan.” Suara Liyi perlahan parau dan bergetar, efek racun mulai terasa. kerongkongan dan lambungnya terbakar.

“Ru Yuan.” Dia memeluk wanitanya erat. Kemudian terbatuk mengeluarkan darah.

Berbeda dengan Ru Yuan yang efeknya lebih lambat karena sering minum penawar yang dipaksa oleh pamannya.
Liyi terhuyung tidak dapat menopang tubuhnya, Ru Yuan segera menidurkannya di atas pangkuan.

“Ru Yuan.”

“Hmm?”

“Semoga namamu tetap Ru Yuan, agar aku bisa mengenalimu di kehidupan selanjutnya.” Liyi merasakan sakit yang luar biasa di sekujur tubuhnya, dia mengejang dan akhirnya meninggal.

Meski pria yang dicintainya terbujur kaku dan mulai dingin. Ru Yuan tidak meneteskan air mata sama sekali. Dia dengan tenang menatap dan membelai wajah Liyi, mengamati wajah biru yang perlahan memucat.

“Aku akan segera menyusulmu.” Suara yang ringan dan halus. Sebuah kata perpisahan pada dunia yang kejam. Ru Yuan meringkuk, tangannya mengepal jerami menahan rasa sakit sampai lemas, perlahan matanya menutup.

Beberapa hari kemudian Ru Yuan mendapati dirinya berbaring di atas ranjang. Matanya menyisir tempat itu, dia berada di kamarnya.
Dia mengangkat tangan mengamati jerinya.

“Kenapa aku belum mati,” gumamnya.

Seorang pelayan wanita yang mendapati Ru Yuan terbangun segera keluar memanggil tuannya.

Wang Hao Yu tergesa-gesa memasuki kamar Ru Yuan.
“Keponakanku kau sudah sadar. Bagaimana bisa kau bunuh diri lagi. Kau harus tetap hidup. Kau adalah keturunan Wang yang menjadi tiang. Aku tidak akan membiarkanmu mati.”

Telinga Ru Yuan terasa panas mendengar pernyataan pamannya. Kenapa dia dijadikan alasan untuk sesuatu yang tidak diinginkannya.

Dia menurunkan tangan, melirik pria paruh baya di sampingnya, tanpa mengucap sepatah berkata pun.

Di kehidupan sekarang.

Ru Yuan bangun di sebuah kamar sederhana, dia menggali ingatannya apa yang terjadi semalam.

Setelah sampai di kota, rombongan berpencar mencari makanan. kemudian dia makan bersama Zhou Liyi dan pasukannya.

 Mereka makan di sebuah rumah makan yang besar,  tanpa sadar Ru Yuan banyak minum hingga mabuk. Dia tidak ingat apa yang terjadi setelahnya.

Mengulang Waktu Ru YuanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang