Bab. 22 Keluarga

8 3 0
                                    

Seperti mengurusi sebuah keluarga kecil, setiap pagi Ru Yuan menyiapkan sarapan dan pakaian yang akan dikenakan Zhou Liyi. Setelahnya, Sang Jenderal akan pergi kerja, mengawasi latihan prajuritnya. Tangan kanannya belum sepenuhnya sembuh, terkadang dia akan berlatih pedang dengan tangan kirinya. Dia akan sering berdebat dengan Changing masalah kondisinya.

“Dasar keras kepala,” gerutu Changing.
 Dia tidak tahan melihat Zhou Liyi yang keras kepala, seperti patung batu dan tidak peduli dengan kondisi bahunya.

Untung ada  Ru Yuan yang membantunya untuk memarahi jenderalnya itu sampai bahunya sembuh.

Seminggu telah berlalu. Ru Yuan menatap Zhou Liyi yang tertidur pulas di atas ranjang.
Dia pria yang paling bahagia saat ini, telah bersama wanita yang dicintainya, namun tidak dengan Ru Yuan yang dipenjara oleh takdir buruknya.

Dia tidak bisa lepas oleh takdir penghianat, tapi dia ingin menikmati hari-harinya dengan bahagia. Lebih lama menatap suami di kehidupan lalunya itu.

Mata Zhou Liyi perlahan terbuka, tapi tidak mendapati Ru Yuan di sampingnya, dia beranjak dan duduk dengan kaki menggantung.
Awalnya dia takut apa yang dialami adalah mimpi, matanya menyapu kamar itu kemudian berangsur menjadi tenang kembali melihat Ru Yuan duduk di dekat jendela.

Bahagia menang sederhana tapi bagi mereka sulit dicapai, Ru Yuan tersenyum lembut menatap Zhou Liyi.

“Kau sudah bangun?”

Hal paling menakutkan adalah kehilangan senyuman itu, Liyi melangkah ringan, berlutut di hadapan Ru Yuan, menidurkan kepala ke atas pangkuan Ru Yuan.

“Ru Yuan, apa kau pernah bermimpi mengerikan, sehingga kau ingin cepat bangun dan tersadar itu hanyalah mimpi?”

“Mungkin pernah, jadi mimpi seperti apa yang membuat Jenderal kita ini ketakutan?”

“Kepergianmu, itu mimpi yang sangat menakutkan. Aku berharap itu hanya mimpi …  hanya mimpi.”

Bola mata Ru Yuan bergetar dan bibirnya seolah kaku, dia mengepalkan tangan untuk menghilangkan getaran pada tangannya, dia tidak bisa menghindari mimpi menakutkan yang akan terjadi padanya.

Dia hanya bisa menepuk kepala Liyi dengan lembut, meski rasanya dia telah terjatuh dalam jurang yang gelap.

Setelah menyiapkan sarapan lengkap, Hong Changing selalu datang, tanpa malu untuk makan bersama mereka. Dia duduk bebas, tidak peduli dengan lirikan tajam dari sepupunya itu.

“Kenapa kau selalu makan di sini?”

“Aku suka makanan kakak ipar,” jawabnya ringan dengan senyum lebar.

Changing mempunyai intuisi yang tinggi, tidak heran kecurigaannya terhadap Ru Yuan belum sepenuhnya hilang. Diam-diam dia mengawasi gerak-gerik gadis itu tanpa disadari Zhou Liyi.

“Tidak masalah, banyak makanan yang kumasak,” kata Ru Yuan untuk menengahi.

“Lihat kan, kakak ipar saja tidak terganggu.”

Zhou Liyi membusungkan badan dan menegakkan kepala, berkata dengan suara berat. “Tapi aku terganggu.”

“Haha … kita kan keluarga, jangan begitu,” bujuk Changing sambil tertawa.

Zhou Liyi yang kaku, Changing yang seperti anak kecil, ruangan itu terasa ramai, membuat musim dingin terasa hangat.

Setelah selesai makan Ru Yuan meletakkan supitnya kemudian berkata, “aku ingin ke kota menemui keluarga Liu, mereka pasti khawatir.”

Zhou Liyi di hadapannya tengah menikmati hidangan. “Tidak perlu, aku sudah mengirim pesan untuk mengabarkan keadaanmu.”

“Kalau begitu, aku ingin ke pasar membeli barang.”

Mengulang Waktu Ru YuanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang