Bab. 24 Jalan Hidup Yang Berbeda

7 3 0
                                    

Jalan Hidup Yang Berbeda
 
Ru Yuan pernah membayangkan ingin pergi dari Zhou Liyi, di awalnya mengulang waktu. Tidak tahu waktu dan kenangan telah menjeratnya kembali dalam pelukan pria itu.

Dia meneguk arak berkali-kali, berharap terlelap dan semua hanya mimpi, ketika dia bangun menjalani hidup yang dia harapkan.

Semua sirna, karena kenyataannya kepahitan ini bukan mimpi, Ru Yuan meletakkan Syal di samping Zhou Liyi yang tertidur karena mabuk.

Sebelumnya Ru Yuan minum bersama Changing dan Chan Fan, karena mabuk, mereka berdua kembali di kamarnya masing-masing. Dia sudah menyiapkan segalanya agar bisa pergi dengan mudah. Memberi obat tidur pada makanan.
Mungkin penjaga sedang tidur nyenyak saat ini.

Ru Yuan mengambil bundelan dari lemari yang akan dibawanya, memakai mantel hitam yang hangat. Sebelum melangkah keluar, dia menatap kembali ke arah Zhou Liyi yang menidurkan kepala di atas meja.
Perasaan ragu masih menyelimuti hatinya, tapi dia mempunyai keyakinan semakin jauh darinya, Liyi akan aman. Dia memberikan ciuman perpisahan di kening.

“Liyi, jika ada kehidupan selanjutnya, aku pastikan akan mencintaimu dan bersamamu tapi tidak sebagai Ru Yuan saat ini, terima kasih atas cintamu, semoga kau bahagia.”

Ru Yuan kembali menciumnya kemudian melangkah pergi.

Koridor dan ruangan demi ruangan sepi senyap, semua dalam perhitungan Ru Yuan sampai tiba di depan benteng menuju pintu keluar, dia dikagetkan oleh suara.

“Pada akhirnya kau akan pergi.”

Seorang pria dengan tubuh tinggi bersandar pada dinding dan menyilangkan tangan.

Ru Yuan tahu pria itu paling waspada padanya, dia tidak mengira hanya dia yang tidak terpengaruh oleh obat tidur yang dimasukkan dalam makanan maupun minuman. Panglima Hong Changing.

“Apa ada hal yang ingin kau jelaskan keluar selarut ini, Nona Ru Yuan. Apa yang akan dipikirkan Liyi jika kau tiba-tiba menghilang.”

Ru Yuan melengkungkan bibirnya dengan berat. “Changing, kau satu-satunya orang yang tidak bisa kulabui. Tapi aku yakin kau akan menjaga Liyi.”

“Tentu saja, dia adalah sepupu dan atasanku.”

“Terima kasih, tapi jalan kita berbeda, mulai sekarang kita akan menjadi musuh.”

“Aku akan memberimu kesempatan jika kau kembali, aku akan mengangga semua tidak pernah terjadi tapi jika kau melangkahkan kaki melewati ambang pintu, kita akan menjadi musuh.”

 Ru Yuan terdiam, berdiri di tempatnya, menghela napas kemudian mendengakkan kepala, matanya terbuka lebar melihat bintang di angkasa.
Keyakinannya mulai muncul untuk mengubah jalan cerita hidupnya, jika kudeta berhasil bukan hanya masyarakat yang selamat tapi Zhou Liyi juga akan selamat. Dia memasang taruhan untuk kedua kalinya.

Dia menarik kepalanya, melai melangkah maju perlahan, melewati Changing yang masih bersandar.

“Selama tinggal.”

Changing tidak menunjukkan ekspresi, dia menutup mata sesaat sebelum beranjak dan melangkah ke arah berlawanan dari Ru Yuan.

Padang pasir menjadi padang salju telah dilewati, Mo Anran menunggu dengan satu kuda di bawah pohon. Dia menurunkan tangan yang awalnya disilangkan di atas dada.

“Selamat datang.”

Ru Yuan mendengus. “Ini bukan sesuatu yang patut dirayakan.”

“ Ayolah jangan terlalu kaku. Ayo naik.”
Mo Anran menaiki kuda kemudian mengulur tangannya.

“ Kenapa hanya bawa satu kuda? Aku bisa menunggangi kuda sendiri.”

Hutan yang dilalui cukup aman, terkadang ada babi liar namun mereka menghindar, tidak terlibat penyerangan, perkelahian maupun hadangan.

Terlalu damai rasanya sangat aneh, beberapa kali mereka istirahat, mengistirahatkan kuda. Membuat api unggun untuk menghangatkan kemudian melanjutkan perjalanan sampai menemukan rumah tua yang telah di tinggalkan.

“Kita istirahat sebentar sampai hari mulai terang,” usul Mo Anran.

Tempat itu sudah tidak bisa dibilang rumah karena bangunannya sudah lapuk dan hanya menyirikan tiang keliling dan atap, dinding sudah termakan rayap dan roboh. Dari jejaknya sudah ada beberapa orang yang telah istirahat di sana terlihat bekas kayu dan arang yang sudah dingin.

“Cuaca dingin dan bermalam di luar, kita seperti sepasang kekasih yang kabur dari rumah karena tidak mendapat restu dari orang tua.”

Ru Yuan menyatukan alis mendengar omong kosong dari pria di sampingnya itu, dia tidak terganggu hanya bermain dengan kayu kecil di tangannya.

“Tidak benar, aku tidak bisa bayangkan jika Jenderal Zhou tahu istrinya hilang saat dia bangun, menurutmu apa dia langsung pergi mencarimu.”

“Hentikan omong kosongmu dan diamlah.”

“Nona Ru Yuan, apa kau tega meninggalkannya.”

Ru Yuan mematung, hatinya mendapat pukulan yang membuatnya tidak dapat menghindar.

“Aku tidak rela tapi apa yang bisa aku perbuat, marga Wang aku pikul tidak mudah.”

Awalnya kekaisaran  terbentuk dari enam kerajaan dan raja pada masanya adalah keluarga Wang, Zhou, Li, Qin, Xia dan Tang.
Namun, berjalannya waktu pengaruh keluarga Li yang mendominasi dan hilangnya raja terdahulu. Menjadi kesatuan kaisar saat ini, keturunan raja menyebar, beberapa menjadi bangsawan dan ada yang menjadi rakyat biasa.

Mereka melanjutkan perjalanan, paginya mereka sampai di sebuah desa, desa yang sederhana tidak miskin maupun kaya terlihat dari penampilan dan bangunan rumahnya.

“Kita akan istirahat di sini sebelum memulai perjalanan.”

Ru Yuan turun dari kuda diikuti Mo Anran, mereka berada di depan penginapan, dan hal aneh menarik perhatian mereka. Ada dua ember berisi arang yang masih berasap di depan pintu penginapan.

“Mereka memasang pengusir nyamuk atau apa?” Ru Yuan menggeleng.

“Entahlah, aku jarang ke desa ini, mungkin sejenis tradisi.”

Seorang pria paruh baya membuka pintu, senyumnya ramah melihat pengunjung datang.

“Selamat datang Tuan dan Nyonya, apa Anda pengantin yang sedang mencari penginapan, tepat sekali kalian berkunjung ke tempat ini. Mari silakan masuk.”

“Pengantin? Jangan bicara sembarangan.” Ru Yuan berkata tak acuh dan membelokkan pandangan.

Memang mereka pantas menjadi pasangan, Ru Yuan yang anggun dan Mo Anran yang dewasa dan ramah, tidak heran orang akan salah paham, namun mereka membiarkan kesalah pahaman itu berlanjut. Tidak ada gunanya menjelaskan hubungan mereka.

“Kami membutuhkan dua kamar.”

Mereka masuk ke dalam, ruang depan tampak sepi mungkin pengunjung belum bangun atau tidak ada pengunjung.

“Tentu, kami akan memberikan kamar yang nyaman untuk kalian, mari ikuti saya.”

Pria tua itu membawa mereka ke lantai atas, melewati tangga yang mengkilat dan kokoh, terlihat terawat dan bersih.
Mo Anran bertanya, “Tuan, apa boleh aku tahu, kenapa di depan penginapan ada dua ember berisi arang?”

“Oh itu untuk penangkal hantu.”

“Hantu?”

“Sejak beberapa tahun terakhir desa ini menjadi keributan masalah hantu, mereka bilang melihat Jenderal Wang Yuze gentayangan.”

Kaki Ru Yuan berhenti menaiki tangga. “Apa maksudmu?”

“Aku juga belum melihatnya secara langsung, tapi sudah banyak yang melihat langsung, kami menempatkan arang untuk penangkal. Pokoknya malam hari jangan keluar, larangan itu perintah Walikota.”

“Walikota?”

Ru Yuan mengerutkan dahi, dia memutuskan menyelidiki lebih dalam siapa orang  yang menyebarkan berita palsu tentang mendiang ayahnya.
 
 
 

Mengulang Waktu Ru YuanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang