Bab. 6 Pertemuan Yang Tidak Diinginkan

60 12 4
                                    

Bab. 6 Pertemuan yang Tidak Diinginkan

 
Ru Yuan tersenyum lepas, menatap langit biru, tempat burung terbang bebas. Dia meninggalkan dosa dan beban yang belum dilakukan di kehidupan keduanya.

Setelah persiapannya cukup, dia akan pergi ke utara. Tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan, pamannya  sedang pergi dan ibunya dititipkan pada keluarga Li.

Setelah mengemasi barangnya, dia siap meninggalkan rumah bobrok itu. Jika di kehidupan sebelumnya dia pergi untuk menikah, sekarang dia pergi untuk bebas.

Ru Yuan mengikuti kelompok saudagar kaya yang menuju ke utara. Mereka membawa banyak barang dengan kereta kuda, maupun gerobak dan menyewa banyak penjaga, yang melindungi mereka dari bandit atau perampok. Tak jarang rombongan seperti ini akan diikuti orang biasa yang menuju daerah yang sama.

Di bagian belakang, banyak warga yang akan menuju utara berjalan bersama Ru Yuan. Mereka akan  saling tukar sapa dan bersama seperti keluarga untuk sementara.

Seorang pria paruh baya berbadan tegap melihat Ru Yuan dengan bundelan kain di pelukannya, dia tidak menahan untuk bertanya.
“Nona Muda, apa yang akan kau lakukan di utara?”

Ru Yuan menengok pria itu, kemudian mereka berjalan berjejer. “Aku ingin memulai hidup baru di sana, paman
sendiri apa yang akan kau lakukan?”

“Oh, aku hanya mengunjungi keluarga. Orang biasanya akan ke kota untuk memulai hidup baru, kenapa kau malah ke perbatasan?”

“Aku dengar meski dingin di sana tempat yang damai.”

“Benar, tidak ada yang berani  perang di sana karena kondisi alamnya. Apa kau memiliki tujuan?”

Ru Yuan tersenyum sebelum menjawab, “sebenarnya tidak.”

“Kalau begitu ikutlah denganku, anakku di sana punya rumah makan kau bisa membantunya.”

“Benarkah?” Dia merasa beruntung dan tersenyum cerah. Awalnya dia khawatir dengan tempat tinggal tapi tawaran dari orang yang tidak dikenalnya membuatnya semangat.

“Jadi nama Paman siapa?”

“Namaku Liu Ren De.”

“Senang kenal dengan Anda, aku Wang Ru Yuan.”

Rombongan itu akan beristirahat sebentar, dua atau tiga jam sekali selain waktu makan. Ketika malam mendirikan tenda tapi untuk penduduk biasa mereka akan bermalam di bawah pohon atau goa yang mereka temui.

Ru Yuan melahap roti yang dibawanya dengan hemat, karena memerlukan waktu lima belas hari untuk sampai ke kota, pengisian ulang, sebelum ke utara.

Meski begitu dia senang terbebas dari beban, merasakan kedamaian dunia. Kerusakan kehidupan sebelumnya tidak akan terulang.

Dia melihat cakrawala yang terbentang di antara jalan berbatu dari tempatnya berdiri.  Kota yang akan mereka singgahi, untuk  beristirahat dan mengisi pasokan makanan sebelum melanjutkan perjalanan.

Di tempat lain, gerombolan pria menaiki kuda dengan buru-buru. Senjata tajam menggantung di pinggang mereka. Wajahnya sangar dengan banyak bekas luka pada badannya.

Mereka para bandit yang mengincar kelompok saudagar, mereka bengis yang melakukan apa saja.
Suara entakkan kaki kuda semakin jelas terdengar, para rombongan saudagar melihat burung terbang dengan tidak biasa.

“Kita harus segera jalan, sepertinya ada yang tidak beres,” kata seorang pengawal.

Saudagar itu hanya mengangguk dan setuju dengan yang mereka katakan. Para rombongan segera berkemas melanjutkan perjalanan.

Mengulang Waktu Ru YuanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang