Bab. 13 Sebuah Roti

35 8 0
                                    

Bab. 13 Sebuah Roti
 
Ru Yuan meraba lampion yang akan dipasang di depan rumah makan, setelah mengaitkan lampion itu tidak sengaja kakinya terpeleset dari tangga, tubuhnya melayang diudara sesaat, beruntung ada seorang pria dengan badan tinggi menangkapnya.
Wanita itu terkejut dan tak sengaja berkata, “Liyi.”

Pria itu tersenyum sambil berkata, “aku bukan Jenderal, Nona Ru Yuan.”

Tubuh gadis itu yang masih di pelukannya, menengok ke belakang kemudian melepaskan diri, maju ke depan berputar.
“Maaf.”

“Sepertinya aku benar-benar tidak ada harapan.”

“Apa maksudmu?”

“Tidak apa-apa. Ngomong-ngomong kenapa kau melakukannya sendiri?”

“Oh itu, Tuan Liu sedang membeli daging dan Nyonya Liu sedang sibuk jadi aku menawarkan diri untuk membantu memasang lampion.”

“Nona Ru Yuan sebaiknya kau memakai pakaian yang lebih tebal mungkin akan hujan salju hari ini.”

Ru Yuan menatap langit. “Terima kasih nasihatmu.”

“Bukan apa-apa.”

“Apa kau mau mampir, aku punya roti kukus yang hangat.”

“Boleh juga.”

Mereka masuk ke dalam rumah makan, Changing duduk di salah satu bangku, sedangkan Ru Yuan ke belakang mengambil roti.

Di sana ada Liu Anhe yang sedang memasak daging, “Nyonya apa ada sesuatu yang bisa aku bantu?”

“Tidak perlu sepertinya kau sedang tamu?”

“Benar, dia teman di perjalanan.”

Liu Anhe melihat sekilas dari sudut pintu. “Seorang prajurit?”

“Benar.”

Tak lama kemudian Zhou Liyi masuk dengan tatapan tajamnya ke arah Changing.
“Sepertinya bertambah satu lagi,” kata Liu Anhe yang melihat Zhou Liyi.

Changing yang ditugaskan mengawasi Ru Yuan malah duduk santai di dalam rumah makan, membuat Liyi marah, otot biru menonjol di dahinya.

“Cepat pergi,” dia berkata dengan wajah menghitam.

“Ya ampun, kami hanya berteman. Jangan salah paham Jenderalku Sayang.”
Changing tidak punya pilihan selain pergi, melihat Liyi yang selalu memasang wajah suram ketika dia dekat dengan Ru Yuan.

Pria itu tidak mengerti dengan sikap sepupunya itu yang selalu berubah.
Ketika keluar Ru Yuan  tidak mendapati Changing di tempatnya, hanya Liyi yang duduk tegak, sedang menuang teh pada cawan.

“Mungkin airnya sudah dingin, aku akan menggantinya.” Dia meletakkan kue kukus yang hangat di depan Liyi.
“Jadi ke mana Tuan Hong?”

“Dia bilang ada urusan karena itu dia segera kembali.”

“Jadi tuan Jenderal juga yang sedang menganggur? Tadi dia bilang lagi senggang karena itu aku menawarinya untuk sarapan.”

“Aku juga belum sarapan jadi aku putuskan untuk mampir.” Liyi tidak pandai berbohong, bawah bibirnya akan berkedut ketika berbohong. Ru Yuan mengetahuinya tapi tidak berkomentar. Dia senang melihat Liyi ingin menemuinya.

“Jika tidak ada keperluan, aku akan ke belakang, jika selesai kau bisa memanggilku.

“Tidak, duduklah, temani aku makan.”

“Tapi aku perlu membantu nyonya Liu untuk menyiapkan keperluan rumah makan.”

“Sebentar saja duduklah.” Liyi berkata memelas membuat Ru Yuan tidak punya pilihan. Dia duduk tenang di hadapan Liyi, beberapa kali mata mereka akan saling menatap.

Liyi tak mengatakan apapun dan memakan roti kukus dengan lahap.
“Jenderal Zhou, sepertinya kau sangat suka dengan roti buatanku.”

“Iya rasanya mengingatkanku pada masa lalu. Ah maksudku rotimu enak sayang untuk di lewatkan dan sup ayam buatanmu sudah lama aku tidak memakannya.”

Seketika Ru Yuan melebarkan mata, dalam kehidupan ini Liyi belum pernah memakan sup buatannya tapi bagaimana bisa dia mengatakan hal itu.

Dia mulai berpikir ulang namun Liyi tidak merasa apa yang dikatakannya salah, dia melanjutkan mengunyah.
“Apa ada yang salah?”

“Tidak.” Ru Yuan tidak berani menanyakan hal yang lebih jauh, mungkin dia salah dengar pikirnya.

Dia bahagia bisa menjalani masa-masa damai seperti sekarang, namun seketika pikirannya terus kembali dengan rencana pamannya, membuat wajahnya berubah masam.

“Nona apalah yang membuatmu begitu tidak menyukai keberadaanku? apa aku mengganggumu?”

“Tentu tidak, aku merasa senang kau berada di sini jika kau senggang mampirlah kemari aku akan memasakkanmu makanan yang enak.”

“Kalau begitu aku tidak akan menolaknya. Lalu apa yang membuatmu khawatir sampai melipat wajah seperti itu?”

“Aku hanya tidak terbiasa dengan cuaca yang begitu dingin.”

“Pastikan kau pakai baju yang lebih tebal, tetaplah hangat dan berada di dalam rumah.”

“Ya, Aku akan memerhatikannya. Terima kasih atas saranmu.”

Tak terasa Liyi telah menghabiskan semua roti kukusnya dan membuat Ru Yuan tercengang. “Baiklah, aku harus pergi, aku harus mendisiplin bawahanku.”

Ru Yuan tak bisa menahan tawa, mendisiplinkan bawahan tapi atasnya malah keluyuran. Dia menggeleng kepala menatap Liyi.
“Yah  … jangan lupa mampir lagi.”

“Tentu aku akan datang ke sini lagi.”
Ru Yuan mengantar Liyi sampai menunggangi kuda.

“Nona Ru Yuan, lain kali aku akan mengajakmu mengelilingi benteng jika kau tidak keberatan.”

“Tentu aku akan menunggunya.” Mereka saling tersenyum sebelum Liyi pergi.

Ketika Liyi keluar dari gerbang kota, tiba-tiba Changing menghadangnya tepat ketika kuda Liyi melaju cepat, kuda Changing di hadapannya.
 “Kenapa kau masih di sini?”

Mereka berjalan beriringan di atas kuda.

Liu Yuxian pulang dari pasar membeli keperluan jualan, sayur daging dan keperluan lainya. Ru Yuan langsung membantunya membereskan, mencuci dan mengiris.

Liu Ren De juga pulang membawa kedua cucunya, Liu Hua memegang tangan Ru Yuan yang membuatnya menghentikan pekerjaannya.
"Ada apa anak kecil?"

"Kakak siapa tadi yang bersamamu?" tanyanya.

Ru Yuan memiringkan kepala dan mengingat-ingat. "maksudmu pria berpakaian sirah tadi?"

Dia mengangguk kemudian berkata, "kelak jika aku besar, aku akan mencari kekasih seperti dia."

"Kenapa kabar berpikir begitu?"

"Tentu saja, seorang prajurit kan sangat keren." Dia berkata dengan mata cerah.
Liu Anne yang mendengar itu menasihatinya, "Jangan hanya mencari yang keren tapi juga yang mencintaimu."

"Apa Kakak juga mencintainya?"

"Memangnya kenapa kau tanya seperti itu?"

"Aku lihat dia sangat mencintai kakak, karena dia selalu melihat Kakak dengan lemah lembut."

"Dasar sok tahu!" celetuk Liu Xiang.
"Kakak, kelak nanti aku juga akan menjadi jenderal yang hebat."

Beberapa menit kemudian Liu Xiang dan Liu Hua berdebat. Ru Yuan melanjutkan pekerjaannya sambil tersenyum.
 
 
 
 
 
 

Mengulang Waktu Ru YuanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang