POV Myrina :
Hari buruk,
Cuaca dingin berangin.
Langit mendung hujan mengepung,
Aku menertawai diri sendiri dalam perjalanan pulang.
Yah, saat senyum sudah tidak bisa menahan tampias tangis
apalagi yang bisa kulakukan selain menambah kadar senyum jadi tawa.
Dalam keadaanku sekarang aku memiliki dua opsi untuk merespon penghujung hari yang sial ini,
pertama menangis dalam keluh dan opsi kedua menangis dalam tawa.
Konsekuensinya,
jika kau melakukan yang pertama orang-orang pasti mengiba kepadamu,
dan memberikan simpati dengan cara yang menyayat hati.
Mungkin mereka akan menyeru "lihat ada gadis kecil menangis sendirian tengah malam begini..."
dan membawamu ke kantor polisi terdekat karena disangka anak hilang.
Tapi lain halnya jika kau melakukan opsi kedua
'menangis dalam tawa.',
bisa jadi orang-orang malah menganggapmu gila.
Atau...
mereka mendiamkanmu karena mengira kau menangis dalam rasa...
ya rasa haru,
rasa rindu,
rasa sendu
atau apapun itu.
pokoknya rasa yang melarutkan mu.
Memang opsi kedua ini
'menangis dalam tawa' akan terdengar konyol sekali,
tapi percayalah semua orang di posisiku sewaktu-waktu memerlukan opsi ini.
Dan kuputuskan untuk memilih opsi yang kedua,
tak apa,
dengan penampilanku sekarang
ditambah esensi tumpukan berkas kertas Detail Engineering Desain yang tertolak
dan banyak revisi dalam genggamanku
tidak mungkin mereka mengir bahwa aku orang gila.
Palingan dikira orang stress karena tumpukan kerja.
Tapi..tidak,
aku tidak akan menangis disini,
setidaknya jangan di stasiun ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chetosia Myrina
Romance22++ [Harap Bijak Dalam membaca, Ketagihan dan candu novel ini bukan tanggungjawab Author] Kisah Perjuangan Petinggi BIN dan Peneliti Ternama Indonesia untuk bisa hidup normal bersama, mampukah mereka melawan takdir semesta yang mengharuskan Teknolo...