Ran menghitung sisa tabungannya, semuanya masih tak cukup untuk biaya pergi ke ibu kota. Jikalau harus bekerja serabutan lagi maka tak akan ada waktu, tahu begini dia menyesal menolak tawaran Kano yang ingin meminjami uang.
"Ah, tidak boleh begitu! Kano juga butuh uang!" Ucap Ran sambil menggeleng. Dia menjatuhkan tubuhnya di atas selimut, senyumnya terulas mengingat saat namanya disebut dan dinyatakan lolos ujian. Dia juga ingat salah satu peserta yang lolos adalah seorang gadis kaya yang pernah mengejeknya preman.
"Aku bisa buktikan jika aku bukan preman."
Gadis cilik yang lahir tanpa nama keluarga itu meringkuk dalam selimut kumalnya. Masih tak percaya jika dia benar-benar lolos ujian, ibu kota sudah di depan mata, berulang kali Ran mencubit pipinya saat dirasa semua seperti mimpi.
"Selamat tinggal desa Barat," gumamnya hingga tertidur pulas.
***
Ran berdiri di depan seorang pria muda berpakaian serba hitam, masih sama seperti pertama kali bertemu, pria itu tak menampakkan wajah penuh. Selalu ditutup cadar hitam.
"Selamat karena sudah berhasil," pria itu menyunggingkan senyum tanpa sepengetahuan Ran.
"Kenapa anda membantu saya?"
"Entahlah." Si pria hanya mengendikkan bahunya, tak ada alasan yang jelas. Dia juga malas menjabarkan alasannya. Itu sebabnya hanya satu kata yang keluar.
"Besok harus berangkat ke ibu kota ya? Kalau begitu hati-hati karena disana tak akan sesuai dengan harapanmu."
Pria itu berbalik tanpa menjawab puluhan pertanyaan dari si gadis kecil yang terus mengekor hingga tanpa Ran sadari pria misterius itu hilang. Mata indahnya menatap sekeliling, masih tak percaya jika pria itu hilang tiba-tiba.
"Oi! Ran!" Dari kejahuan suara Kano masuk ke pendengaran Ran yang masih mencari si pria misterius. Bocah laki-laki itu melambai pada temannya lalu berlari mendekat.
"Sedang apa disini sendirian? Kau tidak menyiapkan untuk ke ibu kota?" Kano menembaki Ran dengam pertanyaan-pertanyaan kecil sambil mengekori Ran. "Kau mencari sesuatu?" Tanya Kano sedikit jengkel, sejak tadi pertanyaannya hanya dijawab dengan gumaman tak jelas.
"Kau!" Ran mendesis saat tangannya ditarik paksa oleh Kano. "Tadi ada pria misterius bersamaku lalu entah kenapa dia tiba-tiba hilang. Padahal aku hanya menatap kakiku sekejap dia langsung hilang!" Ran berteriak frustasi, dia masih ingin berbicara lebih panjang dengan pria tersebut.
"Mungkinkah dia tahu akan kehadiranku jadi dia pergi secepat kilat?" Kini Kano pun mengedarkan pandangan ke segela arah, mungkin saja dia sembunyi di balik pohon-pohon di ujung sana. "Dia yang memberimu token ujian kan? Dia menepati janjinya kan?"
"Tentu. Aku sudah berhasil lolos ujian jadi tak perlu membayarnya. Tapi..."
"Ah benar!" Kano memotong ucapan teman baiknya. Tujuannya menemui Ran kali ini bukan tanpa maksud, setelah pekerjaan membantu paman Fuan dia bertemu dengan Shion yang katanya mencari Ran.
Raut wajah penasaran tertampang di wajah cantik gadis yang sebentar lagi menyandang status murid Akademi Kerajaan. Sebelumnya Shion tak pernah mencarinya, kabar ini membuat bulu kuduknya berdiri, bisa saja itu berkaitan dengan nyonya Sae, tentang janji ayahnya yang ingin menyerahkannya pada rumah bordir.
***
Tiba di hari keberangkatan. Ran tak begitu membawa barang banyak. Hanya buku pemberian kakek guru, pakaian yang masih layak digunakan, token ujiannya yang paling utama. Dia bangun lebih pagi seperti biasa, ibunya masih terlelap, ayahnya menginap di rumah judi, kakaknya masih berada di desa lain untuk bekerja. Ran tak ada niatan untuk berpamitan pada ibu atau ayahnya, bisa jadi orang tuanya akan menghalanginya untuk pergi. Tangan kecil memeriksa kantong baju, memastikan kantong uang yang diberikan oleh Shion tak ketinggalan.
![](https://img.wattpad.com/cover/370171139-288-k430962.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Legend
FantasyRan, gadis kecil yang tak punya nama keluarga. Bukan tak punya keluarga namun keluarganya hanya memberi nama singkat itu saja. Dia gadis malang yang selalu berlarian ke sana kemari untuk mengantar barang agar mendapat imbalan. Menginjak usia 14 kedu...