Mendengar kabar kematian Meisha semua orang benar-benar berfikir bahwa kematian Meisha adalah takdir karena kecelakaan.
Sang ayah yang baru saja pulang dia harus menerima kenyataan pahit anak bungsunya meninggal, menyesal, marah, dan kesal menjadi satu. Lagi dan lagi dia melampiaskan kekesalannya pada Anak sulungnya. William.
"Kenapa kamu gak ngasih tau saya hah?!" Marahnya lalu memukul perut Alvaro
"Maaf yah! Aku udah telepon berkali-kali tapi gak aktif mulu" Ucap Alvaro membela dirinya
"Alasan!" Desis William yang semakin emosi, bagaikan monster dia terus-menerus menghajar sang anak.
"Stop yah!! Aku juga anak ayah tapi kenapa cuma aku yang di tuntut?! Kenapa cuma aku yang di salahkan?! Kenapa?!" Tanpa sengaja Alvaro berteriak dengan air mata yang berlinang
William yang semakin emosi karena Alvaro berteriak padanya, dan mengira anaknya sudah berani melawan
"Berani kamu teriak pada ayah hah?!" Sulut William
"Maaf yah, aku gak sengaja teriak" Lirih Alvaro
"Dengar!! Jangan panggil aku ayah, karena kamu bukan anakku!" Tegas William
Deg!
"Ayah jangan bercanda, aku ini anakmu!" Ucap Alvaro
William tertawa jahat. "Alvaro Alvaro! Anakku itu cuma Meisha sedangkan kamu hanya anak dari seorang pembunuh! Orang tuamu yang sudah membunuh istriku! Tujuh belas tahun lalu aku membuat rem mobil keluarga kandungmu itu blong, aku kira semuanya mati tapi ternyata hanya dirimu yang hidup!" William berhenti sejenak. "Aku membawamu pulang ke rumah dan merawatmu. Tapi apakah aku pernah terbesit dalam pikiranku untuk menyayangimu? Tentu tidak! Aku selalu menuntut kamu untuk menjadi sempurna karena suatu saat nanti aku bisa memanfaatkan kamu" Lanjutnya dengan nafas memburu menahan emosi.
Pantas saja sedari kecil Alvaro selalu diperlakukan beda oleh sang ayah ternyata ini alasannya.
"Tapi yang salah itu orang tuaku, kenapa ayah yang menghukum ku?" Tanya Alvaro lirih
"Ya, aku tau kamu tidak salah tapi setiap aku melihat wajahmu yang sama dengan bajingan itu membuat aku teringat dimana dia membunuh istriku!!" Desis William yang semakin emosi dengan tega dia membanting Vas bunga yang terbuat dari kaca hingga pecahannya mengenai kepala Alvaro. Bukannya langsung berhenti, William justru bersiap untuk memukul kepala Alvaro menggunakan balok kayu.
"Om stop! Jangan lakukan itu om!" Teriak Aldrich yang datang tepat waktu, dia datang karena ingin meminjam buku catatan
"Kamu?!" Sulut William
"Om berhenti atau saya laporkan ke polisi!" Ancam Aldrich. Mendengar akan di laporkan ke polisi, William langsung pergi meninggalkan mereka berdua.
Melihat Alvaro yang tak sadarkan diri , Aldrich langsung memapahnya ke mobil lalu membawanya ke rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit, Alvaro langsung di bawa ke Ruang ICU.
"Bener-bener iblis om William!" Gumam Aldrich kesal
Dua jam berlalu, dokter sudah keluar dari ruang ICU dan segera Aldrich mendekatinya
"Bagaimana keadaan Alvaro Dok?" Tanyanya
"Alvaro mengalami kritis karena adanya pukulan keras di sekujur tubuhnya. Beruntung kamu membawanya segera jika tidak itu akan berakibat fatal.Mungkin besok atau lusa dia akan tersadar" Jelas Hans
"Apa boleh saya boleh menjenguknya?" Tanya Aldrich
"Bisa tapi hanya sebentar" Jawab Hans
"Baik Dok, terimakasih" Lalu Hans pergi karena banyak pasien yang harus di tanganinya.
Esok harinya sebelum berangkat ke sekolah Aldrich memutuskan untuk menjenguk Alvaro yang ternyata sudah berada di ruang inap, tetapi dia belum sadar juga. Lalu Aldrich berangkat ke sekolah dan menitipkan Alvaro pada Dainty, sang suster.
****
Sesampainya di sekolah, Lion bingung kenapa suasana hati ini begitu suram seperti tidak ada kehidupan.
"Tumben pada diem? Kenapa kalian?" Tanya Lion mencairkan suasana
Mereka hanya terdiam dan fokus dengan pikirannya masing-masing
"Ini ada apa sih sebenarnya?" Tanya Lion pelan, karena penasaran Lion langsung menghipnotis mereka dan menyuruh berkata jujur. Sedangkan Lion menyiapkan ponselnya untuk merekam.
Semuanya menjelaskan kenapa hanya diam seperti ada masalah, tetapi yang membuat Lion terkejut adalah penjelasan dari Galtero. Lalu Lion menghipnotis kembali mereka dan menyuruh melupakan kejadian barusan, seolah rahasia mereka masih aman pada dirinya.
"Bener-bener gak nyangka gue sama kalian" Desis Lion lalu pergi
To be continued

KAMU SEDANG MEMBACA
The Unbreakable Bond
Roman pour Adolescents"The Unbreakable Bond" mengisahkan tentang tiga anak kembar, namun ironisnya dua di antara mereka telah meninggal dunia. Sisa satu anak kembar harus menjalani misi berbahaya yang harus diselesaikan untuk mengungkap kebenaran di balik tragedi kematia...