Kehilangan

18 3 0
                                    

Draxen, Hara, Meisha, Mileta, Elizabeth,Falea, Reyen, Drigalz, Ayaana dan Ayyara, mereka berada di cafe sembari menikmati makanan dan minuman serta alunan lagu.

Hara melihat keseberang, disana ada yang menjual bunga mawar putih, setelah izin dia langsung pergi dan membeli bunga mawar putih, disaat Hara mau kembali ke teman-temannya tiba-tiba tali sepatu Hara lepas dan dia membetulkannya, karena posisi di tengah jalan dia tidak menyadari bahwa ada sebuah truk yang melaju kencang hingga menabrak Hara. Sang sopir tidak mengetahui bahwa dia menabrak seseorang, dia terus melajukan mobilnya hingga tak sadar sudah melindas Hara. Tubuh Hara kini terpisah menjadi bagi dua dan kedua kakinya hancur. Bunga mawar putih kini berubah menjadi warna merah darah.

*****

"Kok Hara lama ya?" Tanya Drigalz khawatir

"Iya udah sejam lebih" Ujar Falea

Semua temannya Hara sangat khawatir, dan mereka memutuskan untuk menyusul ke tempat Hara.

Di depan Apotek, sebelah Tukang Bunga. Banyak orang-orang yang berkerumunan dan ada polisi juga.

"Itu ada apa sih?" Tanya Reyen heran

"Gak tau, ayo kita tanya" Ucap Draxen

Mereka melangkahkan kakinya dengan cepat

"Maaf pak saya mau tanya, ini ada apa ya?" Tanya Ayyara pada polisi

"Oh ini mbak ada korban tabrak lari, badannya kepisah dan kakinya hancur" Jawab polisi itu

Kesembilan teman Hara terperangah melihat pemandangan tragis di hadapan mereka. Tubuh Hara yang terpisah menjadi dua, dengan kedua kakinya yang hancur, menimbulkan rasa ngeri dan duka yang mendalam di hati mereka. Bunga mawar putih yang dibelinya kini telah menjadi warna merah darah, memercikkan kepedihan yang begitu nyata.

"Hara!!" Tangis mereka menjerit.

Draxen, yang selalu tegar di antara teman-temannya, merasakan kegelisahan yang tak terkatakan. Hara, sahabatnya yang selalu ceria dan penuh kehidupan, kini tergeletak tanpa suara di jalanan yang sama-sama mereka lewati menuju cafe tempat mereka berkumpul.

Mereka mencoba menelan ludah, berusaha tegar meski hati mereka hancur berkeping-keping. Falea, dengan mata berkaca-kaca, mencoba menenangkan diri sendiri dan yang lainnya. Meisha, yang selalu penuh perhatian, tak sanggup menahan air matanya yang berlinang tanpa henti.

Elizabeth, yang biasanya tegar dalam situasi sulit, merasa kehilangan kata-kata. Falea yang selalu ceria dan penuh semangat, kini terdiam dalam kebingungan dan kesedihan. Reyen yang selalu jenaka, kini terdiam tanpa ekspresi wajah.

Drigalz, yang selalu bersemangat dalam setiap situasi, merasa kehilangan kehangatan dan keceriaan yang biasanya datang dari Hara. Ayaana dan Ayyara, sahabat sejati Hara, menatap dengan mata berkaca-kaca pada sosok yang tak lagi bernyawa di hadapan mereka.

Mereka berharap ini hanyalah mimpi buruk yang akan segera berakhir. Namun, kenyataan pahit itu menampar mereka dengan kekejaman yang tiada tara. Hara, sosok yang selalu penuh canda dan tawa, kini telah pergi selamanya meninggalkan mereka dalam duka yang mendalam.

Di bawah sinar matahari yang perlahan redup, kesembilan teman Hara berpegangan erat satu sama lain, merangkul kepedihan dan kehilangan yang tak terungkapkan. Mereka tahu, meskipun Hara telah pergi, kenangan indah tentang sahabat mereka akan selalu mengalir dalam setiap detak jantung mereka, selamanya.

****

Sementara di rumah Lion, dia duduk merenung sambil melihat ponselnya

"Kenapa belum ada kabar dari Paman Charlie ya? Ini masih centang satu lagi. Terpaksa aku harus mencari tau sendiri" Monolog Lion

Tiba-tiba saja dirinya mengingat saat mendengar pembicaraan Alvaro dan Aldrich.

"Gue harus tanya ke Alvaro!" Pikir Lion

Lalu membuka aplikasi hijau, saat mau mengirim pesan pada Alvaro tapi dirinya tidak sengaja menekan logo telepon

"....."

"Tadinya gue mau kirim text, eh ketekan yang telepon" Jelas Lion

"....."

"Sebenarnya ada yang mau gue tanyain sih. Besok kan Minggu jadi free. Kita ketemuan di Cafe xxx" Ujar Lion

"......"

"Gue gak nerima penolakan. Ini penting!" Kata Lion sambil menutup telepon

****

Besok siangnya Lion berangkat ke Cafe xxx, dia sudah berada di sana selama dua jam lebih namun Alvaro tak kunjung datang.

"Lion?" Sapa Sky

"Oh hai" Balas Lion

"Lo ngapain disini?" Tanya Gerald

"Gue lagi nge-babu di cafe ini" Jawab Lion asal. "Lo gak liat gue lagi ngapain?" Tanya Lion sewot

"Kan cuma basa-basi" Ketus Gerald

Lion memilih mengacuhkan Gerald, lalu membuka ponselnya

Lion : Lo dimana dah? Ini gue udah nungguin lu sampe lumutan tau!

Pesan terkirim tetapi centang satu

"Apa ada urusan OSIS ya? Terus ponselnya mati" Lion mencoba berpikir positif.

Lion mencari kontak Agavin lalu meneleponnya

"....."

"Kalian lagi rapat OSIS?"

"......"

"Oh gitu ya? Tadi Alvaro ada gak?"

"......"

"Oh enggak kok" Ucap Lion mengakhiri teleponnya

"Ini pasti ada sesuatu yang terjadi. Padahal gue mau tanya ke dia" Gerutu Lion

"Apa gue coba tanya ke mereka aja ya?" Batin Lion bertanya

"Eh Sky, Gerald" Panggil Lion

"Kenapa?" Tanya mereka

Lion menghampiri mereka dan duduk di kursi yang kosong

"Kalian tau seseorang yang bernama pak Arga?" Tanya Lion yang membuat mereka kebingungan, pasalnya yang bernama Arga itu banyak.

"Tukang sayur di gue namanya Arga" Jawab Sky

"Kuli bangunan tetangga gue namanya Arga juga" Jawab Gerald

"Anjing!" Geram Lion

Lalu Lion mengeluarkan ponselnya dan mencari foto Arga

"Kalo ini kalian kenal gak?" Tanya Lion lagi

Sedangkan yang ditanya hanya menggeleng pertanda tidak tahu.

"Ok dah, thanks ya. Bye the way Gue duluan" Pamit Lion meninggalkan mereka berdua

To be continued

The Unbreakable Bond Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang