Karena kondisi putrinya yang semakin menurun, Shanan akhirnya memilih keputusan besar dalam hidupnya, ia akan pergi bekerja keluar negeri tepatnya negeri tirai bambu-China. Terpaksa ia lakukan karena Shanan ingin Umbrella-nya sembuh, ia inin putri semata wayangnya itu mendapatkan perawatan yang terbaik.
Setelah banyak bernego dengan Umbrella akhirnya izin pun Shanan dapatkan. Rasanya memang tak adil ia harus merawat putrinya seorang diri padahal ayah dari Umbrella jelas masih ada. Biarlah, Shanan tak pedulikan itu yang terpenting sekarang adalah Umbrella. Payungnya.
"Bundaa.. kayaknya bunda salah ngasih nama deh!"ucap Umbrella
"Kenapa?"tanya Shanan penasaran.
"Bunda pernah bilang kalau alasan bunda ngasih nama aku Umbrella itu biar aku bisa melewati dan bantu orang melewati badai masalah kehidupan? Tapi, yang ada aku malah jadi masalahnya bundaa.. aku masalah buat bunda kan?. "
"hush.. siapa yang bilang bella itu masalah buat bunda, NGGAK YA!"tegas Shanan
"Gak ada yang bilang, tapi ini pikiran bella sendiri. Bun.. bangga gak sama bella? bella gak punya prestasi apa-apa yang bisa buat bella seberharga itu di hidup bunda"
"Bunda selalu banggaaa sama bella, Bella ada di sini menemani bunda pun itu sudah sangat sangat berarti untuk bunda. Bella adalah Payung hatinya bunda"
Sepintas ingatan membuat Shanan tersenyum. Tak pernah terpikirkan bahwa ia akan seorang diri merawat putrinya, shanan bersyukur masih memiliki Umbrella dalam hidupnya. Umbrella adalah alasan ia kuat sampai saat ini.
Sudah sedari pagi tadi Mila bersama suami dan putrinya tiba di rumah shanan, dan hari ini Shanan akan berangkat. Hari ini pula Umbrella begitu manja dan rewel tak ingin lepas dari bundanya barang sebentarpun, Shanan tidak keberatan dengan itu tapi karena hal ini Shanan jadi semakin tak rela untuk berpisah.
Umbrella memeluk Shanan untuk terakhir kalinya sebelum akan terpisah beberapa tahun kedepan, Umbrella benar-benar tidak ingin bundanya pergi tapi bagaimana lagi jika jalannya sudah seperti ini, umbrella hanya bisa menerima.
"Udah ya.. bella jangan sedih nak, bella gak sendiri sekarang ada tante Mila ada Thesa juga, bella gak bakal kesepian. Ikhlas ya nak.. Bunda gak akan lama kok, bella harus jadi anak yang kuat."ucap Shanan
"Bunda.. bundaa jangan pergi.. Bella gak mau bunda pergi. Bella gak bakal sakit lagi.. bella janji asal bunda gak pergi.."ucap Umbrella di sela isak tangisnya.
"Maaf ya bell.. bunda sayang banget sama bella, bunda izin ya? bantu bunda dengan cara bella harus selalu bahagia.. bunda gak akan lama, setelah pulang nanti kita bakal jalan-jalan berdua, bella mau kemanapun bunda turutin"
"Jadi anak yang baik ya bella, Payung hati bunda harus selalu bahagia!.."ucap Shanan lalu mengecup kening Umbrella sebelum pergi.
"Jangan lupa sama bella ya bun.. jangan lupa untuk kembali bunda.."
"Tentu. Bunda akan selalu ingat bella, bunda akan segera kembali nak."
***
Firasat Umbrella tak mengenakkan, ia terus merasa khawatir semenjak bundanya pergi. Karena perasaan itu juga ia tidak berhenti menangis semenjak Shanan berangkat. Mila- tantenya entah sudah berapa kali menyuruhnya diam, tantenya itu tidak selembut saat ada bunda ternyata Mila wanita yang emosian dan kasar. Dangat berbeda dengan Bunda.
Umbrella terbatuk. Saat ia hendak mengambil minum di atas nakas tak sengaja tangannya menyenggol foto ia bersama bunda. Perasaan khawtir lagi dan lagi hinggap. Umbrella segera berjongkok dan memunguti pecahan kaca itu.
"Bunda.."lirih umbrella seraya memandangi lekat wajah Shanan yang tengah tersenyum begitu cerah.
.
.
.
Mila tengah bersantai sambil menyaksikan acara televisi bersama Thesa-putrinya yang masih berusia 8 tahun.Mila membeku kala sebuah berita terkini tampil di layar televisinya. Pesawat itu.. pesawat yang sama yang kakaknya naiki hari ini.
"Mas! Mas.. Sini.."teriak Mila memanggil Ryo-suaminya
"Ada apa sih teriak-teriak Mil.."
"I-itu bukannya pesawat yang di naiki Mbak Shanan? B-bukan kan Mas..?"ucap Mila dengan air mata yang sudah menggenangi pelupuk matanya.
Ryo yang di tanyai juga ikut membeku mencerna berita yang tersiar, ingin menyangkal tapi sudah jelas itu pesawat yang ditumpangi Kakak iparnya.
Mila segera mengambil ponselnya lalu memnghubungi nomor orang yang ia cemaskan. tapi, nahas tak ada jawaban.
Fakta menyakitkan harus mereka telan, Shanan menjadi salah satu korban pesawat *** Airlines yang jatuh ke laut, dan jasadnya belum diketemukan.
Benar firasat buruk Umbrella. Bak petir di siang bolong, ia tidak pernah menyangka Bunda akan secepat ini meninggalkannya. Shanan meninggalkan Umbrellanya sendiri. Rasanya Umbrella ingin sekali marah pada semesta yang mengambil bunda dari hidupnya, jika bunda lelah dan semesta kasihan padanya mengapa tidak dirinya saja yang semesta ambil? Mengapa harus bunda? Apa kurang cukup semesta mempermaikannya dengan segala rasa sakit ini?.
Kabar kecelakaan itu sempat membuat Umbrella drop dan terpaksa dilarikan ke rumab sakit. Umbrella benar-benar terpukul. Tapi bukannya mendukung dan memberikan kasih sayang juga pengertian, Mila yang merupakan tantenya malah bersikap begitu acuh dan sarkas. Mila menyalahkan apa yang terjadi pada Umbrella.
"Jika saja Mbak Shanan gak punya anak menyusahakan seperti kamu, dia mungkin gak perlu berangkat keluar negeri untuk bekerja! Kalau saja ia tidak punya anak penyakitan seperti kamu hidup Mbak saya gak akan semenderita ini! Kenapa? Kenapa harus Mbak Shanan yang pergi kenapa gak kamu saja!"Ucap Mila diiringi air mata yang meluruh.
Umbrella tidak menjawab apapun, ia juga berfikir seperti itu mengapa tidak dirinya saja yang mati, mengapa harus bunda?. Kalau bisa ia menukar nyawa ia rela menukarnya dengan nyawa bunda.
"Bunda.. kenapa bunda ninggalin bella.. katanya bunda akan kembali, mengapa bunda malah pergi begitu jauh.. Bunda Bella gak yakin hidup bella akan baik-baik saja setelah ini, tolong ajak bella juga untuk pergi bunda.. bella gak bisa tanpa bunda"
KAMU SEDANG MEMBACA
umbrella life
RandomKenapa semesta senang sekali mengambil orang-orang berarti dalam hidupku? Apakah semesta begitu suka melihatku lagi dan lagi terluka? Jika cara semesta menjadikan ku kuat dengan mengambil apa yang aku punya aku katakan ini keterlaluan, aku hanya pun...