11. Penolakan

14 2 0
                                    

Senjani Putri Dhikara– putri sulung Dhikara Abimaza. Senja itu definisi  gadis sempurna, dia cantik, pintar jika di bandingkan dengan Umbrella, Umbrella gak kalah banding sih, Umbrella juga pintar dan cantik.

Tadi sore Umbrella sudah bertemu dengan sang Ayah, Umbrella sudah sangat excited tapi lagi-lagi yang ia dapat hanya kekecewaaan. Dhikara menyapanya setelah itu ia pergi. Tidak ada raut wajah gembira menyambutnya, tidak ada pekukan hangat yang umbrella dapat.

Umbrella ingin sekali merasakan pelukan dari sang Ayah. Kalau tahu sang Ayah tidak akan memberikannya ia akan menjadi yang pertama memeluk tubuh jangkung itu.

Kalau sudah begini apa alasan Umbrella akan betah tinggal di sini? Tidak ada.

Umbrella merebahkan tubuhnya di kasur, bukan kasur milik Senja tapi kasur miliknya. Umbrella sudah punya kamarnya sendiri sekarang. Drama hari ini membuat energi Umbrella terkuras ia benar-benar lelah sekarang.

Umbrella tidak mau membebani pikirannya dengan memikirkan Ayah ataupun Kakaknya. Umbrella akan pikirkan lagi itu besok saja.

Sebelum menyelami dunia mimpinya Umbrella sempatkan untuk berkabar pada kedua sahabatnya.

Squad Nyalsè🐒

Hallo gess||

Mau laporan nih, ||
gue udah sampe jam 11 tadi,
udah makan 3x,
udah mandi juga,
gak nyaman tinggal disini ada monyet emosian🙂‍↕️
pengen balik lagi tapi gak bisa.

Egiww
||Spil monyetnya bell!

Lagi bersemedi di kamarnya, pundung.||

Tata
||Kenapa gak bisa? kalo gak nyaman biar Papah gue yang jemput.

Di larang,||
wih.. baik sekali
terima kasih bestie
besok keputusannya ya,
mau pikir-pikir dulu

Egiww
||orang'nya baik' gk bell?

gak tau||

Tata
||udah ketemu ayah lo?

udah||

Umbrella mengakhiri obrolannya saat pening menyerang kepalanya dan seperti tidak mau ketinggalan dadanya juga ikut berdenyut nyeri.

"Kalau mau sakit tuh satu-satu lah, main keroyokan aja"gerutu Umbrella seraya mencari obatnya di dalam tas, saat sudah ketemu Umbrella hendak meminumnya dengan segelas air yang tersedia di atas nakas tapi karena rasa sakit itu seolah dirinya kehilangan tenaga alhasil gelas berisi air itu jatuh kelantai dan pecah.

Sial. Umbrella merutuki dirinya, ia tidak bisa meminum obatnya tanpa bantuan air meskipun sudah bertahun-tahun mengonsumsi pil pait itu lidah Umbrella tetap tidak toleran dengan rasanya.

Tidak bisa lama-lama duduk dan meratapi kesakitan Umbrellla memutuskan pergi kedapur untuk mengambil minum, dengan langkah lemah Umbrella keluar dari kamarnya menahan setiap sakit yang menghujani tubuhnya saat ini.

Dhikara– pria itu baru keluar dari kamar putri sulungnya, di buat panik saat melihat putrinya yang lain limbung di depan matanya tapi syukur dia sempat menahan hingga tak membuat Umbrella membentur lantai.

Sedikit kesadaran yang Umbrella miliki ia dapat melihat wajah panik dari sang Ayah sebelum akhirnya hanya gelap yang menyambut.


Dari celah pintu kamarnya Senja, gadis itu mengintip kejadian ribut dari luar kamar, netranya melihat sang Mama, Oma dan Ayah begitu panik dihadapkan 'Adik nya yang tak sadarkan diri. Sebenarnya ia juga merasa sedikit khawatir, tapi entah mengapa sekarang yang mendominasi adalah amarah Senja benci orang asing yang katanya adalah Adiknya itu. Apalagi orang-orang di rumah ini tidak ada yang mau menjawab pertanyaannya mengenai siapa orang itu, menambah marah dan mungkin sekarang Senja bukan sekedar marah tapi benci. Ia simpulkan bahwa Umbrella adalah anak hasil kesalahan sang Ayah.

"Nja, boleh ayah masuk?

Suara sang Ayah terdengar dari balik pintu.

"Iya"balas singkat Senja

Dhikara memasuki kamar  putri sulungnya. Senja mengabaikan kehadiran sang Ayah dengan terus fokus mengerjakan tugas sekolahnya. Senja rasanya sangat marah pada setiap orang di rumah ini, dan Dhikara adalah yang paling membuatnya marah.

"Nja.. Ayah mau bicara sebentar sama Nja, udahan dong nugasnya"ucap Dhikara

"Yaa Tinggal bicara aja, Aku dengerin."

Dhikara menghela nafas dalam lalu mengambil duduk di sofa yang tersedia tidak jauh dari meja belajar.

"Nja sudah ketemu Umbrella?"

"Udah"

"Senja.. Maafin Ayah"lirih Dhikara

"Maksud ayah?.. Oh jadi bener ya, Ayah hianatin Mama!?"

Hening. Dhikara terdiam. Melihat respon sang Ayah yang hanya diam Senja menyimpulkan ucapannya itu benar, ia mulai terisak hatinya sakit tak menerima apa yang terjadi. Ayah yang sangat Senja percaya membuatnya kecewa.

"Nja..  Nja boleh marah sama Ayah tapi Ayah minta tolong jangan benci Umbrella.. Nja, Umbrella cuman punya kita keluarganya, Umbrella hanya punya Ayah orang tuanya. Ayah harap kamu bisa memaafkan Ayah dan menerima Umbrella di sini."ucap Dhikara

"Ayah keluar. Aku mau sendiri"usir Sanja.

***

Umbrella mengerjap membuka matanya.

"Dek.. Apa yang di rasa sekarang sayang? Perlu mama panggilkan dokter?"tanya Rina

Umbrella menggelengkan kepala membalas pertanyaan Ibu tirinya.

"Maaf.. udah ngerepotin"lirih Umbrella.

"Gak, gak ada ngerepotin sama sekali. Adek jangan kepikiran omongan Kakak tadi ya? Sekarang Adek punya Mama yang bakal selalu ada buat kamu"ucap Rina

Di balik masker oksigen itu Umbrella mengulas senyumnya, Rina sangat baik, Perlakuan wanita itu juga selalu mengingatkannya pada bunda, sama lembutnya.

Rina mengusap lembut surai legam milik Umbrella, Rina selalu merasa bersalah jika di hadapkan dengan Umbrella. Kesalahan fatalnya di masalalu nyatanya tidak membuat Umbrella membenci dirinya, gadis itu berperilaku begitu sopan dan menghormatinya, meskipun Umbrella belum memanggilnya dengan sebutan 'Mama dan ia tidak tahu apakah Umbrella sudah menganggap dirinya sebagai ibu sambung atau di lubuk hati terdalamnya ia masih belum bisa menerima, Rina bisa memaklumi jika memang seperti itu kenyataannya.

"Tante.. Terima kasih, terima kasih sudah mau menerima Bella."ucap lirih Umbrella

☂☂️☂

umbrella life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang