13. Ketika sudah mulai berdamai

18 3 0
                                    

Tak pernah terpikirkan olehnya bahwa takdir kehidupan begitu rumit, tak pernah terbesit sedikitpun bahwa ia akan sampai di titik sekarang, tak pernah pula ia terpikir bahwa akan di pertemukan dengan mereka, mereka yang menjadi semangat baru untuknya.

Tidak mudah untuk bisa berada di titik sekarang tidak mudah baginya berdamai dan menerima takdir yang selalu membawa pada hal yang tak pernah ia sangka. Akan tetapi karena ia tahu kehidupan akan terus berjalan tak peduli apakah ia sudah menerima takdirnya atau masih meratapi setiap hal yang terjadi, tidak akan ada yang peduli.

Umbrella menyadari satu hal setelah segala hal ia lalui sampai pada saat ini, bahwasanya Dunia adalah tempat semua rasa lelah dan luka, but kita hanya perlu menjalaninya semaksimal mungkin mengisi waktu dengan kebaikan sampai pada akhirnya tuhan menyuruh kita pulang kepadanya.

Umbrella sudah berdamai dengan takdirnya ia sudah menerkma dengan lapang segala hal yang terjadi dalam kehidupannya, tapi mengapa semesta seolah selalu tak pernah puas menorehkan luka padanya.

Semesta begitu senang mengujinya dengan perpisahan, Umbrella benci hal itu.

Diruangan yang tak asing lagi baginya, ruangan bercat putih dengan bau obat-obatan khasnya, sekarang bukan ia yang terbaring lemah disana tapi orang berarti untuknya yang terbaring.

Umbrella  menangis tak henti-hentinya seraya menggenggam tangan yang sudah keriput di makan usia milik sang oma, rasanya begitu sakit, kalau begini lebih baik ia saja yang sakit dari pada harus melihat orang lain sakit seperti ini. Sungguh Umbrella tak kuat.

Ini terlalu tiba-tiba, Umbrella tak siap.

Rina– wanita itu setia di mengusap punggung Umbrella yang bergetar karena terisak.

"B-Bella.. cucu oma.. nak.. maafin oma ya, maafin semua k-kesalahan oma. Tumbuhlah jadi gadis yang baik dan ceria.. jadi kuat dan sehat nak, maaf oma terlambat– "

"Oma jangan ngomong seperti itu! Bella gak suka!"ucap Umbrella di sela isakannya

"Kak Senjani, jaga Adik kamu dengan baik ya nak. Oma titip Bella"Senja hanya diam dengan mata sembab dan berkaca-kaca.

Umbrella tak dapat lagi berkata apapun ia begitu takut sekarang, sangat takut.

"Umbrella.. Maaf.."lirih Ana sebelum akhirnya ia menghembuskan nafas terakhirnya di iringi bunyi nyaring dari EKG yang menampilkan garis lurus.

"Oma..! Jangan..J-Jangan tinggalin bella.. oma bangun! Oma harus temenin bella, oma harus tebus kesalahan oma, ayo bangun oma...."Umbrella menangis histeris, bukan hanya umbrella yang merasa kehilangan tapi Dhikara selaku anak pun tak kalah hancurnya.

Ini tidak terjadi secara tiba-tiba, memang Ana sudah sakit-sakitan sejak lama, bahkan sudah memasuki pada fase komplikasi pada organ-organ vital.

Seperti sudah memiliki firasat, Ana wanita itu menyadari kesalahannya dan berniat ingin menebusmya pada Shanan dan cucunya tapi Ana terlambat, Shanan sudah lebih dulu berpulang dan ketika ia baru akan memulai memperbaiki hubungannya dengan Umbrella– sang cucu, nyatanya Ana tak punya begitu banyak waktu.

***

Selepas mengantar sang Oma keperistirahatan terakhirnya, Umbrella kembali drop saat di pemakaman tadi Umbrella tak bisa menahan kesedihannya sampai ia pingsan, sudahlah ia sakit batin sakit fisik juga, Umbrella sangat terpukul dengan kepergian sang Oma bahkan dirinya tak henti-henti menangis. Dan saat terbangun umbrella ada di kamarnya dengan nassal canula terpasang di hidung bangirnya, tak ada orang yang ia dapati saat ia terbangun, Umbrella tak ambil pusing ia tidak peduli apapun sekarang selain menangisi sang Oma yang sudah pergi.

umbrella life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang