FIFTEEN | HILANGNYA KERTAS PUTIH

2.4K 334 74
                                    

haii kawan, sorry baru
sempet lanjut lagi..

semoga puas di bab ini ya,
happy reading!

*
*
*

Kini Mala tengah berada di perpustakaan kampus. Dirinya pergi kesana sebelum ke kelas untuk mengembalikan buku yang bulan lalu ia pinjam, karena wanita itu baru selesai memakai nya.

Selesai mengembalikan buku tersebut, Mala tak berlama-lama disana, ia kembali keluar perpus untuk langsung menuju kelas nya.

Meski kelas masih lama dimulai, tetapi ia memilih untuk mengistirahatkan diri disana selama jam kosong. Entah kenapa pagi itu ia sudah diterjang rasa tak enak pada dirinya.

"Mala!"

Langkah Mala terhenti ketika merasa dirinya terpanggil. Ia menghela nafas kasar, dan perlahan berbalik badan untuk melihat siapa yang memanggil dirinya.

Melihat Mala yang sepertinya menunggu sorang Lelaki, Pria itu segera berlari kecil untuk menghampiri Mala. Tak lain itu adalah Lelaki yang masih saja mengejar Mala.

"Lama kita tidak bertemu. Kamu selesai mencari buku lagi?" Tanya nya.

Mala menggeleng, "balikin buku bulan lalu. Ada apa ya kak?" katanya sambil kembali bertanya.

Fano menggeleng, "gak ada apa-apa. Apa kamu sudah sarapan?"

"Sudah."

"Ini untuk kamu,"

Mala melirik sebuah coklat yang Fano sodorkan untuknya. Ia tak langsung mengambil, melainkan mengernyit heran pada Lelaki ini.

"Kenapa kak Fano terus-terusan kasih saya coklat?" bukannya menerima, justru ia kembali bertanya.

"Bukan kah kamu suka coklat?"

Mala membuang nafas pendek. "bukan berarti waktu itu saya terima, kak Fano malah terus-terusan kasih coklat." Ujar Mala.

"Selagi kamu suka, mengapa tidak?"

"Berkali-kali saya tegasin, saya punya suami."

Fano mengangguk "saya tau."

"Jangan cuman sekedar 'tau' aja kak, saya juga lagi jaga perasaan, tolong stop kejar-kejar Mala." Tekan Mala pada Lelaki di hadapannya.

"Saya tau kamu sudah bersuami, tapi bukankah saya pernah mengatakan bahwa kita bisa berteman dengan baik?"

"Selayaknya kakak tingkat dan adik biasa, bukan lebih dari itu. Kalau kak Fano terus-terusan kayak gini, justru itu bikin susah buat hapus perasaan kakak ke saya." Ucap Mala penuh penegasan.

"Apa saya perlu sekali untuk berhenti mengagumi kamu?"

"Itu gak perlu ditanya lagi kalau kak Fano bisa pikir."

Mala menghela nafas panjang, tubuhnya semakin merasa tak enak saat itu. Ia memejamkan matanya sejenak, setelah itu kembali melihat pada coklat yang masih Fano pegang.

"Maaf kak, saya gak bisa terima coklat nya. Sekali lagi maaf, dan makasih buat effort kak Fano ke saya. Maaf kalau respon saya gak sesuai ekspektasi kak Fano."

ONLY YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang