Aletha memasuki kamar mandi di sebuah pusat perbelanjaan untuk mengganti pembalut. Tadi, Aletha dan Brahma menonton film di bioskop, dan sebentar lagi pusat perbelanjaan akan tutup. Beberapa toko bahkan sudah tutup.
"Halo."
Aletha menghentikan langkahnya yang akan memasuki bilik toilet. Sejujurnya, Aletha tidak takut dengan hantu. Ia justru lebih takut telinganya salah mendengar. Belakangan ini telinganya agak sakit karena menyelam di laut cukup dalam saat melakukan kunjungan lapangan penelitian.
"Halo, Mbak. Boleh minta tolong gak?"
"Oh, hai. Maaf, aku kira salah denger. Mau minta tolong apa, ya?"
"Boleh minta tolong beliin pembalut dan celana gak, Mbak? Saya ternyata tiba-tiba haid. Gak bawa celana cadangan dan pembalut. Maaf banget ngerepotin. Uangnya nanti saya ganti."
Aletha merasa kasihan dengan perempuan ini. Terdengar frustasi dan pasrah. Suara seraknya juga seperti habis menangis.
"Mbak ada di bilik mana, ya? Saya ada pembalut ini. Kebetulan lagi haid juga."
"Saya di sini," ujarnya seraya mengetuk pintu bilik.
Aletha pun balas mengetuk pintu bilik yang terkunci. "Ini, Mbak."
Pintu bilik terbuka, kepala perempuan itu muncul. Wajahnya terlihat habis menangis.
Aletha tersenyum dengan tangan menyerahkan pembalut kepada perempuan di hadapannya. "Toko-toko udah pada tutup. Paling aku pinjemin jaket aja, ya."
Perempuan itu menerima pembalut dari Aletha. "Terima kasih, ya."
Aletha mengangguk dengan tangan mengambil jaket yang menggantung di sisi tasnya. "Ini jaket mungkin bisa bantu nutupin belakang, Mbak."
Perempuan itu dengan wajah sungkan menerima jaket dari Aletha. "Makasih banyak, ya."
"Sama-sama." Aletha tersenyum menenangkan. "Aku harus ganti pembalut juga. Nanti kita bisa keluar bareng. Kalau Mbak merasa gak yakin, aku bisa bantu cek."
"Sekali lagi, terima kasih, ya."
Aletha tersenyum dan mengangguk. Ia pun pamit untuk masuk ke salah satu bilik untuk mengganti pembalutnya. Gadis itu pun dengan melakukan apa yang menjadi tujuan awalnya memasuki toilet.
Tidak perlu waktu lama, Aletha sudah keluar dari bilik toilet dan membasuh tangannya di wastafel. Baru setelahnya, perempuan yang meminta bantuan Aletha tadi keluar dari bilik toilet dan membasuh tangan di wastafel.
"Terima kasih banyak bantuannya, ya."
Aletha menatap perempuan di sampingnya dari cermin. Ia tersenyum sopan dan mengangguk. Tangannya mengambil tisu untuk mengeringkan tangan.
"Itu jaketnya berharga buat aku. Kalau boleh, nanti jaketnya dikembaliin lagi, ya? Gak harus sekarang. Besok atau lusa gak masalah." Aletha menatap tepat di mata perempuan itu dengan sungkan.
Perempuan itu mengangguk. Tangannya yang sudah kering terulur ke arah Aletha. "Saya Azizah. Kamu siapa? Mungkin nanti kita bisa tukeran kontak."
"Aku Aletha," balas Aletha yang berjabat tangan untuk sesaat dengan Azizah. Tangannya kemudian masuk ke dalam kantung celan, mengeluarkan kartu pengenal dari sana. "Ini id card aku bisa di foto aja. Kontak infonya ada di situ."
Azizah pun mengangguk dan memfoto kartu pengenal Aletha. "Nanti, kalau jaketnya udah aku cuci, bakal aku kabarin, ya. Mungkin kita bisa temenan juga."
Aletha terkekeh. "Kayanya seru kalau kita temenan juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aletha and Metis Against The World ✓
Ficción GeneralIni hanyalah sebuah cerita tentang Aletha dan Metis serta sudut pandang pemeran pendukung lainnya