Babak I: Pertemanan

74 19 11
                                    

"ALE!!!"

"SHABRINA!!!"

Aletha dan Shabrina pun berpelukan. Mereka memang sudah lama tidak bertemu. Kira-kira tiga bulan yang lalu, dan mereka memang seperti itu setiap kali bertemu. Heboh dan mengundang perhatian banyak orang. Malu belakangan, yang penting semangat saat saling menyapa.

"Le, Shab, udah anjir. Malu diliatin orang," ujar Rania menahan tawanya.

Aletha dan Shabrina juga tertawa untuk menertawai kehebohan mereka.

"Sia dari kemaren gak bisa ketemu ujug-ujug ketemu di sini."

Aletha masih tertawa akibat ucapan Shabrina. "Lu juga, Shab. Susah banget ditemuinnya. Katanya, 'mau cerita, mau cerita,' eh, gak ketemu-ketemu. Males."

"Emang kayanya kita teh harus dadakan, da, Le."

"Iya, parah. Udah jadi budak korporat soalnya," balas Aletha. "Eh, gak deh. Lu aja yang budak korporat, gua budak NGO."

"Yuk kita masuk. Udah laper," ujar Zahra untuk mengingatkan Aletha dan Shabrina yang masih bercanda.

Aletha, Hana, Isyana, Nadine, Rania, Salsa, Shabrina, dan Zahra, kini sedang bertemu. Awalnya hanya Hana, Isyana, Nadine, Rania, Shabrina, dan Zahra saja. Namun Nadine tiba-tiba mengirim pesan kepada Aletha untuk ikut berkumpul. Karena itu, Aletha juga mengajak Shabrina untuk ikut juga.

Mereka berkumpul di sebuah cafe and eatery yang berada di Sudirman. Mengambil posisi di tengah-tengah dari kantor mereka semua. Tempat kerja Aletha sendiri tidak memiliki kantor, karena memang pekerjaan bisa dilakukan di rumah, kecuali untuk mengambil data penelitian. Alamat kantor untuk yang didaftarkan pun menggunakan alamat kampus agar lebih mudah mendapatkan izin usaha.

Shabrina ini orang yang asik untuk diajak berbincang dan bercanda. Namun ia bukan bagian dari lingkar pertemanan Hana, Isyana, Nadine, Rania, Salsa, dan Zahra. Sama seperti Aletha. Dan di antara semuanya, Shabrina paling dekat dengan Aletha, tetapi tidak dekat dengan Nadine. Begitupun dengan Nadine yang dekat dengan Aletha, tetapi tidak dekat dengan Shabrina.

"Lu teh lagi ngegalauin siapa sih, Ra?" tanya Shabrina begitu makan mereka sudah selesai. "Asaan di Twitter ngegalau terus."

Rania terkekeh malu. "Gua belum cerita, ya?"

"Ya atuh gimana mau cerita kalau kita baru ketemu sekarang, Ra?" keluh Shabrina dengan mata sinisnya.

Shabrina memang seperti itu. Tatapan matanya terkadang tidak bisa dikontrol. Begitupun dengan mulutnya yang asal mengatakan apapun.

Rania salah tingkah dan mnegerang malu karena tiba-tiba saja memikirkan lelaki yang disukainya. "Aduh, gua malu banget."

"Apa, sih, Ra. Belom ge cerita, sia geus salting. Najis."

"Atuh, Shab, gua bener-bener sesuka itu sama dia," balas Rania dengan kekehan.

Mereka itu memang jarang berbicara serius. Pasti lebih banyak tertawa.

"Saha sih emangna. Coba atuh liat mukanya."

"Gua gak ada fotonya," balas Rania mendumal. "IG-nya juga di-private."

Shabrina menatap aneh ke arah Rania. "Naon sih, Ra? Terus gimana ceritanya lu suka sama dia?"

Rania menahan senyumannya. Daritadi bibir gadis itu tidak berhenti tersenyum. Aletha dapat menyimpulkan jika Rania benar-benar sedang jatuh cinta.

"Gua cuman ketemu dia di lift, Shab. Gua kan HR, terus dia anak regulatory, jadi kita beda lantai. Gua lantai 15, dia lantai 27. Gua tuh jadi gak pernah punya kesempatan untuk ketemu dia dan kenalan sama dia, Shab."

Aletha and Metis Against The World ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang