Sudah Brahma bilang bukan, jika ia lebih banyak berkegiatan di luar kantor daripada di kantor. Contohnya adalah hari ini.
Hari ini, Brahma mewakili PT. Ratam untuk rapat bersama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di sebuah hotel bintang lima.
Di hotel bintang lima yang didatangi Brahma sepertinya agak sibuk hari ini. Karena bukan hanya rapat kementerian saja, tetapi ada acara lainnya dengan institusi berbeda. Di satu ruangan itu, di sebelah ruangan di mana Brahma akan rapat, sudah penuh orang-orang. Baru menjelang jam sepuluh, tetapi orang-orang sudah siap mengikuti lokakarya.
Brahma tanpa sadar menghela napas pelan. Sepertinya rapat yang akan dilakukan jam sepuluh akan agak terlambat, mengingat ruangannya saat ini tidak seramai ruangan lokakarya. Padahal sama-sama mulai jam 10.00 pagi.
Saat akan kembali ke dalam ruangannya, Brahma tersenyum melihat teman kuliahnya dulu. "Woy, lu ke mana aja?" sapanya dengan tangan yang terulur untuk berjabat tangan.
"Lu yang ke mana aja, jir," balas Rama, teman Brahma, dengan tangan yang menerima jabatan tangan Brahma. Keduanya menyapa dengan menempelkan bahu mereka masing-masing.
"Lu S2, jadi?"
"Udah tiga tahun lalu," jawab Brahma dengan santai.
"Si anjir, cepet banget."
Brahma hanya terkekeh mendengar respon tersebut. "Lu ngapain di sini?"
Rama menggerakan dagunya ke arah belakang Brahma. "Gua ikut workshop itu. Gua kan sekarang di USAID."
"Workshop itu pake undangan khusus, gak? Gua mau masuk, dong."
"Masuk aja bareng gua," ajak Rama. "Eh, tapi emangnya lu ke sini mau ngapain?"
"Gua mau rapat sama ESDM dan KLHK, cuman masih sepi ruangannya. Baru lima orang, padahal rapatnya mulai jam sepuluh."
Rama terkekeh. "Ya gitu lah kalau sama pemerintah mah."
Brahma pun ikut terkekeh. "Gua sambil nunggu, sambil cari ilmu lah."
Rama hanya mengangguk acuh. "Ayo kita masuk. Nanti kalau ada daftar hadir, bilang dari USAID aja, ya."
Sepasang teman itu sudah memasuki ruang lokakarya diadakan. Ruangannya lebih besar dari ruang rapat yang akan digunakan Brahma nanti. Brahma dan Rama kemudian mengambil tempat duduk di dekat pintu masuk dan keluar ruangan. Kata Brahma agar ia lebih mudah ke luar dari ruangan.
Saat sedang melihat-lihat isi ruangan, mata Brahma terpaku pada seorang perempuan dengan gigi kelinci dan lesung kecil yang muncul di salah satu sisi dagunya saat tersenyum. Mata agak bulatnya itu terlindungi kacamata kotak. Jangan lupakan pipi tembamnya yang terlihat sangat menggemaskan. Brahma agak menyayangkan si perempuan memakai masker yang tergantung di lehernya, membuat senyuman manis itu tertutup masker.
"Cakep, yak?" bisik Rama saat menyadari siapa yang ditatap Brahma.
"Lucu sih, gemesin."
"Dia peneliti paling muda di tim penelitian ini."
Brahma menatap ke arah Rama. "Tau dari mana?"
"Kan USAID donor penelitian mereka. Di proposal tim peneliti, dia yang paling muda. Dia ikut penelitian ini pas masih kuliah. Soalnya jangka waktu penelitian ini tuh dua tahun. Kalau gak salah, dia baru banget lulus deh. Gak pake skripsi karena dia nulis paper sama dosennya, yang juga tim peneliti, dan masuk SINTA 1 paper-nya. Jadi kampusnya kasih pengecualian buat dia. Gua lupa lagi namanya. Cuman inget mukanya aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aletha and Metis Against The World ✓
Narrativa generaleIni hanyalah sebuah cerita tentang Aletha dan Metis serta sudut pandang pemeran pendukung lainnya